Prolog

172 35 24
                                    







Salah satu yang kubenci adalah percekcokan keluarga. Apalagi ketika melihat sepasang suami istri dengan mudahnya mengatakan kata perceraian di depan anaknya sendiri. Ironisnya, perceraian ini berdampak terhadap anak dan membuat mereka kehilangan kepercayaannya terhadap sekitar.

Ribi Elisa~~



_______________






PRANG

CRAK

"AKU TIDAK INGIN HIDUP MISKIN DENGANMU! AKU MUAK!"

Ribi memejamkan matanya erat-erat. Kedua tangannya meraba telinganya dan mulai menutupnya rapat-rapat, menghindari suara yang membuat telinganya berdenging nyeri. Matanya merah, menyorotkan ketidaksukaan terhadap apa yang sedang ia dengarkan.

"Kak... Beni takut, Kak."

Ribi menunduk, melihat adik kesayangannya tengah menangis tersedu-sendu. Astaga! Ribi sampai lupa bahwa Beni sedari tadi berdiri di sampingnya.

Gadis yang masih berusia tiga belas tahun itu mendekap adiknya erat, menyalurkan kehangatan yang memungkinkan bisa meredakan tangisnya. Ia berdecih dalam hati. Mengapa harus anak kecil seperti Beni yang harus dihadapkan dengan kerusakan keluarga?

Ribi menyembulkan kepalanya, melihat orang tuanya yang masih bertengkar. Matanya melirik serpihan kaca yang berserakan di lantai dan membulatkan matanya ketika melihat kaki ibunya tak sengaja menginjak serpihan kaca tersebut.

Buru-buru Ribi menarik kembali kepalanya. Ia menahan nafasnya beberapa saat.

PRANG

"AKU INGIN BERCERAI MAS!"

Ribi kembali membulatkan matanya tak percaya. Tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mencengkeram kuat telinga adiknya hingga tak sadar si kecil merintih lirih.

"RIBI!"

Ribi mengangkat kepalanya lantas berdiri menghadap ibunya, menunggu ibunya berucap kembali.

"Mamah dan Papahmu akan bercerai! Sekarang kamu pilih ingin ikut dengan siapa?"

Ribi memejamkan matanya. Tangannya masih bertengger di kedua telinga adiknya, seolah tak membiarkan adik kesayangannya mendengar kata terlarang itu.

Ribi menatap nyalang ke arah ibunya. Demi apapun dia sangat benci kata terlarang yang keluar dari mulut ibunya. Kata terlarang itu mampu menggerogoti ulu hatinya. Sangat menyiksa batinnya.

"Ribi nggak mau ikut siapa-siapa! RIBI BENCI KALIAN!!" bentaknya tanpa sadar pergi meninggalkan adiknya yang sudah dibawa lari oleh ibunya.





💰💰💰





Jangan lupa vote sama komennya guys!
Share cerita ini juga ke teman-teman😚

Aku akan balik lagi setelah lapak ini rame wkwk
*Plak

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang