Bagian 30 || Hanya senjata

8 7 2
                                    



Apresiasi tulisan ini dengan memberikan vote dan komen setidaknya beberapa biji. Yang bacanya offline langsung vote aja, ya! Vote kalian bakalan masuk setelah data nyala kok! Jadi kalian gak perlu bolak-balik nyalain data!!💜💜

_______________________________





Salsa menoleh ke samping, melihat Ribi yang sedang mencoret-coret angka di atas buku catatannya. Dia mendengus bosan. Guru yang mengisi materi terakhir pada hari ini tidak masuk ke kelasnya, alhasil semua murid X IPS 4 jadi gaduh.

Sebenarnya, ia bisa saja bergabung dengan gerombolan siswi yang tengah joget di depan kamera, tetapi kini dia sudah resmi menjadi teman seorang Ribi Elisa—gadis bermata sipit yang hobinya diam dan lebih memilih menyibukkan diri dengan membaca buku.

Salsa menoleh pada Ribi sekali lagi. Bagaimana bisa gadis itu mengerjakan soal matematika disaat kelas ricuh seperti ini? Apakah dia mampu berkonsentrasi?

Menghela napas, Salsa menyenderkan tubuhnya pada kursi. Tangannya merogoh laci meja dan menemukan dua box kue pisang di sana.

“Apa, nih?” gumamnya sembari meraih sticky note yang terletak di atas box kue.

Non ini kue pisang dari den Gerry. Katanya harus dimakan, jangan sampai enggak dimakan. Kalau nggak dimakan katanya mau dihukum.

“Hahhh dasar cowok resek! Yang ada gue yang akan hukum lo karena nggak peka-peka!” Ia menoleh pada Ribi, lalu menyenggol lengannya. Membuat gadis itu menoleh. “Bi!”

“Apa?”

“Buat lo. Dimakan, ya?” Salsa menyodorkan satu box kue pisang tadi pada Ribi.

Gadis berambut sebahu itu menerimanya dengan senang hati. “Nggak ada racunnya, 'kan?” Bukan Ribi namanya kalau tidak frontal.

Salsa yang awalnya sedih pun akhirnya terkekeh kecil. “Ya nggak ada lah.” Ia menumpukan dagunya pada dua tangan, kemudian memutar-mutar ponselnya, “gue sedih karena Gerry nggak inget kalau gue nggak suka pisang. Katanya pengin jadi calon suami yang baik dan pengertian, tapi hal sekecil itupun lupa. Sakit gue, Bi.”

Ribi meringis prihatin melihat perubahan ekspresi Salsa. Setelah sadar akan sesuatu, ia terkekeh samar. “Jangan kaget sama dia. Gerry kan pelupa.”

💰💰💰

“AAAA!!! GANTENG BANGET SIH?!”

“KAKAK GANTENG SIAPA YANG PUNYA?!”

“TOLONG TURUNIN DIKIT KADAR KETAMPANANNYA, KAK! Ya Allah dosa nggak sih kalau gue pengin comot tuh pipi putihnya?”

“BERAPAPUN UMUR ABANG, DEDEK SIAP MENERIMA, BANG!!”

“Berjas nih. Pasti good rekening, ya?”

Teriakan melengking dari para siswi yang sedang berkerumun di lapangan berhasil mengalihkan atensi Ribi dan Salsa yang hendak pergi ke parkiran.

“Wah rame banget. Kira-kira ada apa, ya, Bi? Jangan-jangan ada Papi Roger lagi! AAAA MAU DONG DIMADU!”

Ribi meraup wajah Salsa kesal. “Stres ya lo?!”

“Bodo amat! Ayuk ke sana!” Tanpa persetujuan dari Ribi, Salsa menarik paksa tangannya dan menyeretnya untuk membelah kerumunan. Dia menyenggol siapa saja yang menghalangi jalannya. Membuat Ribi meringis malu.

Dua RiBu | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang