Queen menatap malas pelajaran didepannya, tanpa niat untuk mendengarkannya dia memainkan ponselnya dibawah bangku supaya tidak ketauan. Murid yang lain sibuk mendengarkan, tapi tidak bagi Queen moodnya yang kadang naik turun karna pms yang dia alami sudah biasa baginya kadang amarahnya tak terkontrol seperti kemarin.
Merasa terabaikan oleh seorsng murid guru itu mendekatinya, berjalan ke arah bangku paling belakang. Sementara murid yang lainnya hanya memandang nasib Akhir dari Queen.
"Queen!" seru guru tersebut sambil bersedekap dada.
"Apasih gangu aja jangan berisik nanti ketahuan noh sama Pak Budi," acuh Queen dia tetap memaikan ponselnya tanps memperdulukan ucapan itu.
"Oh bagus main ponsel saat pelajaran bapak heh," ucap pak budi, mendengar itu Queen mendongakan kepalanya dengan cepat dia memasukan ponselnya ke laci padahal sudah ketahuan.
"Eh bapak enggak kok heheh." elak Queen.
"Sekarang kamu keluar dari kelas saya hukum, hormat didepan tiang bendera sampai jam istirahat!" Perintah guru tersebut.
"Tapi kan Pak," tanbah Queen, dia tak mau dihukum kali ini saja.
"Tak ada bantahan." akhirnya Queen dengan berat hati menlangkahkan kakinya ke luar kelas, semua memandangnya dengan kasihan.
Cahaya matahari hari ini terasa sangat panas entah itu hanya perasaan Queen atau memang seperti itu. Keringat bercucuran dari dahinya, tangannya sudah kelu memghormat. Bagaimanapun dia harus melakukannya jika tak mau terkena masalah selanjutnya.
"Lama-lama gue bisa tepar nih... mana panas banget lagi huft," gumam Queen melihat langit yang tampak cerah didampingi sinar matahari yang menusuk kulit.
Dia melirik jam dinding yang kebetulan ada di koridor, disamping dia berdiri. Sebentar lagi penderitaannya akan berakhir 5 menit lagi bel istirahat akan berbunyi, keadaan disekitarnya pun masih sepi tak ada yang lewat atau apalah itu.
"Ekhmm..." suara deheman itu berhasil mengalihkan pandangnnya ke oramg yang telah ada disampingnya entah bagaimana dia bisa sampai didekatnya.
"Huh... apa?" ucap Queen memandang jrngah orang tersebut, Andre saat tak diharapkan malah hadir didepannya.
"Kenapa lagi heh?" tanya Andre dengan menaikan alis sebelahnya.
"Gak papa," ketus Queen dia sedang malas berurusan dengan Andre.
"Yaudah yuk kantin!" ajak Andre dengan menarik tanhan Queen yang sedang hormat.
"Gak belom bel," tolak Queen yang berusaha melepaskan tangannya tapi gagal.
"Gak ada bel Queen sayang, bel nya rusak gak bunyi." jelas Andre.
"Apa.. kenapa gak bilang dari tadi," pekik Queen dengan langkah seribu dia meninggalkan tempat itu menuju kantin tentunya yang hanya meninggalkan Andre sebagai kenangan lalu.
Akhirnya hal yang ditunggu-tunggu Queen telah tiba, dia bergegas memasukan semua bukunya ke dalam tas dari tadi dia sudah malas mendengarkan pelajaran bayangkan Sejarah, buat apa coba pikir Queen kalo yang berlalu biarlah berlalu gak usah dikenang nanti malah sakit, eh canda.
Queen pulang seperti biasanya diantar oleh Andre, dari perjalanan pulang sampai ke rumahnya Queen tak mengeluarkan suara, dia hanya sibuk dengan kebiasaannya ya kalian bisa tebak lah apa itu, memeluk Andre setidaknya moodnya tidak terlalu buruk. Setelah selesai mengantar Queen, Andre melajukan Motornya untuk pulang ke apartemannya.
Diperjalanna dia hanya berfikir tentang Queen bagaimana, mengapa sikap Queen sering berubah ubah bukan padanya saja tapi pada orang sekitarnya. Dia harus mencaritahunya sendiri, dia melangkahkan kakinya menuju apartemnnya berada.
"Sedang apa kalian disini?" ucap Andre baru saja dia membuka pintu telah dikejutkan oleh kedatangan orang tuanya itu telah berada disana.
"Sini duduk dulu nak," ujar Ayahnya, Andre dengan malas melangkahkan kakinya duduk dengan jarak yang berjauhan dari mereka.
"Nak kami disini ingin minta maaf dengan semua yang kami lakukan selama ini." sebelum ucapan Tom ayahnya selesai Andre malah menyambungnya.
"Kenapa kalian tiba-tiba datang dan ikut campur kehidupam saya," sambung Andre dengan agak menyindir.
"Ndre mama cuman pengen kamu pulang lagi ke rumah ya tinggal bersama lagi," ucap wanita didepannya mereka sudah seperti orang asing.
"Gak masuk akal." Elak Andre dengan mengalihkan pandangnnya ke arah lain.
"Nak kami disini ingin memperbaiki semuanya," jawab Emy dengan sendu.
"Iya nak tolong maafkan kami," sambung Tom.
"Oke saya akan kembali dengan satu syarat... kalian harus bisa menerima Queen." tantang Andre.
"Baiklah apaun untukmu nak kali ini kami sadar semua yang terjadi ini salah," ucap Tom dengan menunduk.
Emy berdiri menghampiri anaknya itu memeluknya erat menyalurkan kerinduan yangbtertagan sejak beberapa bulan ini mereka telah menjadi orang asing tanpa mengenal, namun sesekali Andre sering mencari tau keadaan orang tuanya bagaimanapun mereka adalah sebab dirinya ada di dunia ini.
"Mama senang akhirnya kita bisa kumpul lagi." Setetes air mata Emy jatuh, bahadia karna keluaeganya akan kembali utuh.
"Iya ma, pa Andre juga minta maaf udah buat kalian kecewa," sambung Andre, Tom memandang sendu ini semua karna egonya sendiri membuat keluarganya hancur.
"Yaudah kita pulang ke rumah sekarng ya Ndre," celetuk Tom dengan teesenyum bahagia.
Andre membalasnya dengan anggukan, mereka semua pun pergi meninggalkan apartemen Andre menuju rumah mereka. Rumah yang sepi sunyi tanpa ada kebahagiaan tapi kali ini semua akan berubah kebahagiaan mereka telah pulang, sinar yang akan membuat rumah itu penuh canda dan tawa.
Dalam hati mereka sebenarnya ingin kembali tapi lagi-lagi egonya yang melarang hal itu terjadi. Apakah semua akan baik-baik saja dan berjalan lancar?? tapi hanya takdir yang bisa menentukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen ( END )
RandomKenangan bagaikan mimpi buruk, dilupakan dan diingat. Bayangan tentang rindu mengambang di atas kepala baik buruknya takdir hanya tuhan yang tau. Rasa itu ada ,namun tak terlihat oleh mata bukan karna rasa sakit menjadikan halangan. Aretta punya ba...