Reina pulang dari kantor Johnson company dengan jalan kaki. Dia malas untuk naik angkutan umum karena dia lupa mengambil uang.
"Sial, aku hanya membawa $5 dolar dan aku lupa menukar uang" umpatnya dan mengeluarkan handphonenya. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti dipinggir jalan. Kaca mobil itu terbuka dan ternyata itu adalah Alfa.
"Oh Alfa" sapa Reina padanya.
"Reina, kau mau menumpang? Kebetulan aku searah dengan arah apartemen mu" tawar Alfa padanya. Reina mengangguk pelan.
"Bolehlah" jawabnya membuka pintu itu dan duduk disamping Alfa sambil mengenakan sabuk pengaman.
"Kau ada urusan apa sampai searah dengan apartemen ku?" Tanya Reina pada Alfa yang sedang menyetir. Alfa tersenyum getir dan melirik Reina sekilas.
"Aku ingin menjenguk kakak gilaku itu di penjara. Dia diletakan disana oleh Thomas beberapa hari yang lalu. Aku khawatir dengan keadaannya" balas Alfa membelokkan mobilnya ke perempat jalan. Reina terkejut mendengarnya.
"K..kakakmu disini?" Tanya Reina membulatkan matanya. Alfa menghembuskan nafasnya.
"Apa kau mau ikut? Aku tidak memaksamu" ujar Alfa pada Reina yang benar-benar terkejut itu. Reina menghembuskan nafasnya dan melirik Alfa.
"Baiklah aku tak apa" jawab Reina pelan. Alfa membelakkan matanya dan memberhentikan mobilnya karena lampu merah.
"Kau yakin? Dia membuatmu hampir di..." Reina menutup mulut Alfa dengan telunjuknya.
"Sudah aku sudah sembuh dari traumaku setengah tahun yang lalu. Jadi tak apa lah" ujarnya sambil tersenyum. Alfa tersenyum kecil dan mengacak rambut Reina yang pendek itu.
"Baiklah" Alfa akhirnya mengendarai mobilnya menuju penjara disana. Sesampai dari penjara Reina sudah membawa seikat mawar putih dan bungkusan berisi roti dan coklat. Alfa melirik Reina yang seperti orang piknik.
"Kupikir kau akan makan itu saat kau beli. Tapi untuk orang itu " ucap Alfa menggandeng tangan Reina. Dia terkekeh dan mengambil tangan Alfa itu.
"Aku khawatir dia makan yang tidak enak disana" balas Reina ramah. Akhirnya mereka memasuki area penjara itu dan berada di ruangan kunjungan yang dibatasi dengan kaca dan juga ada ganggang telfon. Tak lama kemudian seorang petugas membawa seorang pria dengan pakaian tahanan nya itu didalam ruangan itu. Reina menghembuskan nafasnya agar terlihat normal.
"Arthur" lirih Reina melihat mata biru Arthur yang dia pernah temui beberapa waktu lalu. Dia memundurkan langkahnya dan membiarkan Alfa duduk disana. Arthur tersenyum seringai dan dia mengambil telepon itu. Alfa yang mengangkatnya.
"Hai adik sialan. Kau senang kalau aku dipenjara hah?" Ucap Arthur memandang Alfa di kaca itu.
"Arthur, tolong lah. Aku tahu kau membenciku tapi aku tak tahu alasannya" jawab Alfa melonggarkan dasinya. Arthur terkekeh dan mengebrak kaca itu sampai Reina terkejut.
"Kau tahu kenapa aku membencimu? Karena kau!kau!kau!kau yang membunuh ibu!" Gertak Arthur geram pada Alfa. Alfa melirik Reina dan beruntungnya dia tidak mendengar karena sudah dibatasi dengan telefon. Alfa menghembuskan nafasnya.
"Arthur ibu yang menyelamatkan nyawaku waktu itu. Aku juga tidak percaya bahwa ibu mendorongku dan dia tertabrak truk 20 tahun itu. Aku tahu aku menyesal kenapa tidak membiarkan aku tertabrak waktu itu tapi.." Alfa terkejut melihat ekspresi Arthur yang siap menerkamnya dibalik kaca itu.
"Beruntung aku ada disini. Jika tidak nyawamu akan aku habisi" geram Arthur pada Alfa yang benar-benar lelah dengan semuanya. Reina memberanikan dirinya dan menyentuh pundak Alfa itu.
"Alfa" lirih Reina pada Alfa. Arthur tersenyum dan menyentuh kaca itu.
"Reina" desah Arthur melihat gadis pujaannya berada didepannya. Reina menaruh bunga dan bungkusan itu di meja itu dan mengambil telefon yang dipegang oleh Alfa.
"Itu bingkisan dariku" ujar Reina menaruh telefon itu karena waktu kunjungan sudah habis. Reina mengambil tangan Alfa.
"Kita pulang ya" pinta Reina dengan mata yang memelas. Alfa mengangguk dan pergi meninggalkan Arthur disana. Arthur tersenyum dan mengambil barang dari Reina itu. Dia mengambil mawar itu dan menghirupnya.
"Pilihanmu bagus sekali Reina. Kau tahu bunga kesukaanku" desahnya dan kembali ke sel nya.
Reina yang berada di Starbucks dengan Alfa itu sedang meminum segelas frape coklat dan sekeping cookies dan Alfa meminum capuccinonya dengan lesu. Reina menopang dagunya dengan tangan nya.
"Aku tahu kau ada masalah Alfa" ujar Reina mengunyah cookienya itu. Alfa terkekeh pelan.
"Kau tahu saja" umpat Alfa tersenyum getir. Reina meneguk minumannya dan mengelap bibirnya itu.
"Aku pendengar dan pemberi solusi yang baik" ucapnya memperbaiki poninya. Alfa mengelap bibirnya itu dan menghembuskan nafasnya.
"Baiklah" Alfa membuang tisu itu. Mata birunya melirik keliling cafe itu dan memejamkan matanya sebentar.
"Jadi aku dan Arthur adalah kakak dan adik. Dia berbeda 3 tahun dariku. Dulu dia sangat menyayangiku seperti saudara pada umumnya. Ibu kami lebih menyayangi Arthur ketimbang diriku. Tapi saat aku berusia 5 tahun, aku dan ibu pergi ke supermarket membeli bahan membuat kue untuk Arthur yang akan berulangtahun, tapi saat itu hujan begitu deras. Kantung belanjaan ibuku jatuh dan sebagian jatuh di tengah jalan. Aku berusaha mengambil barang-barang yang jatuh dari jalanan sampai...." Alfa melirik matanya ke langit-langit. Dia menutup matanya dengan tangannya.
"Sebuah truk datang dengan kecepatan tinggi. Ibuku yang melihatnya mendorongku dan dia... Tertabrak" lirih Alfa menahan tangisnya. Reina hanya mendengarkan."Aku terkejut melihatnya dan mendapatkan ibu sudah tak bernyawa. Arthur benar-benar kecewa saat itu karena mendapat berita yang tidak mengenakkan saat ulangtahunnya. Dia benar-benar menyalahkan ku sebagai kematian ibu" lirih Alfa kembali. Reina beranjak dari duduknya dan memeluk Alfa dari samping.
"Menangis lah jika kau ingin menangis. Tak usah ditahan. Kau terlalu menahannya selama ini. Dibenci oleh kakakmu dan tidak dianggap olehnya. Kau berusaha hidup dengan tanganmu sendiri tanpa dukungan seorang kakak" ucap Reina menatap Alfa yang matanya berkaca-kaca. Alfa memeluk Reina dan dia menangis disana terisak-isak. Reina mengelus kepalanya dengan lembut.
'poor man' ucapnya dalam hati karena iba.

YOU ARE READING
She's My Curvy Girl (End)
Romantizmseperti apa wanita yang cantik itu? berbadan ramping dan seksi? bagi Arthur Johson itu tidak berarti. karena dia tertarik dengan seorang gadis di tempat kerjanya yang bernama Reina Smith. Reina adalah seorang gadis berusia 21 yang memiliki berat ba...