17

69 1 0
                                    

Reina sudah berada di rumah Rosalie dan Hans Lio Alfa ikut serta. Mereka menikmati bir kaleng mereka dan juga pizza sebagai penemannya.

"Reina bagaimana bisa kau bertemu dengan tuan Arthur sebelumnya?" Tanya Rosalie yang penasaran tentang kejadian tadi siang itu. Reina meneguk bir nya dan menghembuskan nafasnya berat.

"Dulu aku bertemu dengannya saat aku masih remaja. Aku tidak curiga kalau dia memiliki penyakit psikopati dan bipolar. Kita selalu menghabiskan waktu sore di taman dekat rumahku. Tapi dia mengatakan perasaannya padaku tapi aku yang masih tidak tahu apa-apa itu menolaknya sampai..." Reina terdiam sejenak dan tangannya mengepal. Rosalie menyentuh tangannya dan memeluk nya dengan erat.

"Sudah Reina. Kalau kau masih takut jangan diceritakan" ujar Rosalie meredakan emosi Reina itu. Alfa menatap Reina kasihan karena menanggung trauma yang begitu besar diusianya yang masih remaja itu.

"Sungguh tak kusangka dia bejat seperti itu. Kita tertipu selama ini" umpat Alfa dan di balas dengan anggukan Hans dan Lio.

"Kau benar. Dia benar-benar pedofil yang berhati batu" balas Lio meneguk bir nya. Reina menghapus air matanya yang keluar sedikit itu.

"Dan parahnya dia tinggal bersamaku walau aku menolak nya. Dia memaksaku untuk mengingat semua tentangnya" lirih Reina membuat Hans terkejut mendengarnya.

"Hah? Gila! Ini benar-benar gila. Ini seperti cerita Lio waktu itu" umpat Hans membanting bir nya itu.

"Hei kau boleh emosi, tapi jangan kau kotorin rumahku ya" ancam Rosalie membuat Reina sedikit tersenyum.

"Tapi boleh kah aku menginap disini beberapa hari Rosalie? Aku takut bertemu dengannya dan juga aku menunggu kedatangan kakakku untuk menjemput" pinta Reina membuat semua terkejut dengan keputusan Reina itu.

"Kau pergi?" Tanya Rosalie tak percaya.

"Bagaimana pekerjaan mu?" Tanya Hans menatapnya.

"Kau mau kemana?" Tanya Alfa membawa pizza nya.

"Serius?" Tanya Lio juga. Reina mengangguk kepalanya lemah. 

"Aku memutuskan untuk ikut bersama kakakku ke Australia karena hanya dia yang bisa membantuku untuk kabur darinya. Dan benar aku sudah berhenti saat aku menolak Arthur" jawab Reina lemah. Rosalie memeluknya lagi dengan eratnya.

"Kau boleh pergi Reina. Tapi jangan lupakan kita ya. Ingat kau harus menghubungi kami berempat" lirih Rosalie menumpahkan air matanya itu. Reina benar-benar terharu mendapatkan teman seperti mereka.

"Kalian, terimakasih sudah menerimaku sebagai teman kalian. Aku tidak akan lupa dengan kebaikan kalian semua" ucap Reina terharu. Hans datang dan memeluk Reina.

"Kau jangan lupa bahagia ya. Kau adalah teman sekaligus army bagiku" ucap Hans haru. Reina benar-benar menikmati hari itu bersama dengan keempat temannya itu dan bermalam dirumah Rosalie.

2 hari kemudian Reno menapakkan kakinya di bandara. Dia memanggil taksi untuk menuju apartemen Reina.

"Antar aku ke alamat ini" ucap Reno menunjukkan alamat yang dimaksud. Supir itu mengangguk dan segera mengendarai taxinya.

"Semoga kau tak kenapa-kenapa ya" lirih Reno melihat pemandangan di jendela taxi.

Reina mengayuh sepedanya menuju apartemen nya itu. Dia sudah bermalam 2 hari dengan Rosalie yang rela tidak bekerja demi dirinya itu.

"Teman yang baik" ucapnya memasuki apartemen nya itu. Reina mengambil koper besar miliknya berwarna ungu dan membukanya.

"Fyuhh selamat tinggal" Reina mengemasi pakaiannya dan memasukkan kedalam kopernya. Reina melirik jam dindingnya itu.

"Sudah jam 3 sore. Tapi kapan kakak datang ya?" Keluh Reina mengemasi pakaiannya itu. Saat mau menutup kopernya, ada suara langkah kaki yang memasuki kamarnya.

"Darimana saja kau?" Reina terkejut mendengar suara dingin itu. Dia menoleh kebelakang nya. Reina membelakkan matanya melihat siapa yang memasuki apartemen nya.

"Ar...thur?" Lirih Reina dan Arthur berada di pintu kamarnya sambil melipatkan kedua tangannya itu. Dia menghampiri Reina tapi Reina melangkah mundur. Tapi dengan cepat Arthur menangkap tangannya itu dengan kasar.

"Darimana saja kau? Kau tahu aku mencarimu kemana-mana?" Bentak Arthur membuat Reina sedikit ketakutan.

"Itu bukan urusanmu Arthur. Aku mau kemana bukan urusanmu karena kau bukan siapa-siapa ku" bentak Reina berusaha melepaskan tangannya itu. Arthur menarik badan Reina agar berdekatan dengannya.

"Kau tahu kau mempermalukan ku pada semua orang kalau aku pernah melecehkan mu. Dan kau membuatku kumat lagi" gertak Arthur mendorong dirinya ke kasur. Reina terlentang dan saat mau bangun Arthur menahan kedua tangannya.

"Apa yang kau mau lakukan hah? Kau mau apa? Apa kau ingin aku mati?!" Bentak Reina berusaha melawan. Arthur tersenyum seringai dan mencium bibir Reina itu dengan kasar.

"Aku ingin menikmati mu sayang. Biar seluruh dunia tahu kalau kau adalah milikku satu-satunya" desah Arthur merobek paksa pakaiannya itu membuat Reina menutup badannya dengan tangannya.

"Jan.." Arthur mencium bibirnya kembali dan mengigit bibir Reina keras. Reina berusaha menolak tapi Arthur bermain dengan kasar dan menggigit leher Reina dengan kerasnya.

"Arghhh..." Reina kesakitan saat Arthur mengigit lehernya itu. Arthur tersenyum puas melihat Reina kesakitan itu. Dia melihat darah di leher Reina dan menghisap darahnya.

"Darahmu manis sekali" desah Arthur melihat Reina yang lemah dibawahnya. Badan Reina bergetar dan menahan sakit dilehernya itu.

"Ku mohon.," Lirih Reina tapi Arthur membuka paksa celana panjang Reina itu. Reina berusaha menolaknya.

"Jangan" teriak Reina berusaha mempertahankan kehormatannya itu.

"Kakak!!!" Teriak Reina kencang berusaha melawan tapi Arthur lebih kuat dan berhasil meloloskan celana panjangnya dan membuangnya asal. Dia melihat Reina yang memakai bra putih dan celana dalam putih. Saat dia mendekatkan di badan Reina, ada sebuah tangan yang memukul Arthur dari belakang.

'bugh'
Arthur tersungkur dan tangan itu menarik leher Arthur untuk menjauhi Reina. Ternyata itu Reno yang sudah sampai di apartemen Reina. Dia terkejut melihat Reina yang mau di perkosa oleh seorang pria.

"Berani sekali kau menyentuh adikku bajingan" gertak Reno menghajar Arthur dan Arthur membalas nya.

"Dia milikku. Selalu jadi milikku" ucap Arthur melawan Reno tapi dengan gesit Reno menghajar Arthur dan mencengkram lehernya. Reno terkejut melihat mata biru itu yang familiar baginya.

"Kau!!! Kau yang mau menodai adikku kan? Kau yang mau melecehkannya saat dia masih kecil bukan? Kau iblis!" Gertak Reno menghajar nya habis-habisan. Tak lama kemudian Thomas datang dan berlari mendekati Arthur yang mau menghajar Reno dan menyuntikkan sesuatu ke punggungnya. Tak lama kemudian Arthur merasa badannya sedikit lemas dan berjalan menuju Reina yang ada ditempat tidur. Dia berusaha menggapainya.

"Rei...na" Arthur seketika jatuh dan pingsan. Reno lalu menutupi badan Reina dengan selimut.

"Kau tak apa dik?" Tanya Reno memeluk Reina dengan erat nya. Reina terisak karena hal buruk akan menimpanya.

"Kakak" Isak Reina dipelukan Reno. Thomas melihat Reina iba.

"Maafkan tuan Arthur Reina. Sebelumnya dia mengamuk di kantor selama 2 hari. Tiba-tiba dia pergi tanpa alasan dengan mengendarai mobilnya dengan cepat. Saya khawatir dia akan datang ke sini dan benar dugaan saya" Thomas memanggil beberapa orang untuk membantu membenahi barang Reina yang akan dibawa pergi.

"Aku sudah memanggil beberapa orang untuk membantu kepindahan anda nona Reina. Aku sudah memberimu izin untuk resign. Aku sudah memberikan gaji mu" ucap Thomas memanggil beberapa anak buah untuk mengangkat Arthur.

"Akan saya bawa dia ke rumah sakit jiwa lagi. Sekali lagi saya izin" Thomas membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan Reina dan Reno bersama dengan Arthur yang diangkat oleh anak buahnya. Reno mengecup kening Reina dan memeluknya lagi dengan eratnya.

"Kau boleh pergi sayang. Kau boleh tinggal bersamaku" ucap Reno membuat Reina mengeluarkan tangisannya.

She's My Curvy Girl (End)Where stories live. Discover now