39

41 2 0
                                        

Pagi harinya

Reina yang terbangun dari tidurnya membuka mata coklatnya. Disampingnya ada Arthur yang tidur sambil memeluknya. Reina mengusap matanya dan mengangkat pelan tangan Arthur di pinggang nya lalu berlari pelan menuju kamar mandi sambil membuka pakaian. Dia menyalakan shower air dingin menyirami dirinya dari atas kepalanya.

"Alfa...." Lirihnya pelan sambil menyabuni badannya itu dengan sabun lavender. Baru dia membilasnya sambil menutup mata,ada sebuah tangan yang memeluknya dari belakang dan kecupan kecil di belakang lehernya.

"Kau mandi tidak mengajakku" lirih suara itu mencium pundaknya. Reina terkejut dan membalikkan badannya. Ternyata itu Arthur yang tidak memakai pakaiannya dari atas dan bawah. Reina mengelus dadanya sendiri dan menghembuskan nafasnya. Arthur tersenyum dan mengelus pipi Reina itu.

"Tolong mandikan aku ya" pintanya dengan suara seraknya. Reina menghembuskan nafasnya dan menuangkan sabun mandi di tangannya. Lalu mengusap dada bidang Arthur dengan busa yang banyak. Arthur mendesah saat tangan Reina mengusap badannya itu dengan lembut. Dia mengambil tangan itu da menariknya ke pelukannya. Arthur mencium bibir itu yang baginya seperti permen jelly strawberry itu.

"Baby girl" desahnya ingin mencium Reina tapi Reina melangkah kakinya mundur.

"Aku selesai" ucapnya meninggalkan Arthur di kamar mandi. Arthur hanya tersenyum melihat Reina yang pergi sambil memakai handuk.

Reina yang baru saja menggantikan pakaian dengan dress santainya berwarna biru pastel sedang di sisir rambutnya oleh Arthur.

"Rambutmu sudah memanjang ya" ucap Arthur mengenakan pita biru di belakang rambut Reina. Reina hanya memasrahkan diri saat Arthur yang mengatur pakaiannya. Arthur menaruh dagunya di bahu Reina sambil melihat cermin.

"Kau cantik"puji Arthur mengecup pipi tembam Reina. Arthur memutarkan kursi yang diduduki oleh Reina dan berlutut di depan nya. Dia memeluk perut Reina dan menciumnya.

"Aku tak peduli anak ini laki-laki atau perempuan. Kalau laki-laki, dia harus mirip sepertiku. Jika perempuan, dia harus secantik dirimu" ucapnya terus mencium perut Reina. Reina hanya mengelus kepala Arthur yang terus mencium calon anaknya yang dia tidak inginkan itu.

'maaf, aku tahu anak ini tidak bersalah. Tapi aku tidak menginginkan nya darimu' ucapnya dari dalam hatinya. Arthur mendongakkan kepalanya dan tersenyum kecil menatap mata coklat itu.

"Kau dari saat aku bawa kesini kau hanya terdiam saja ya. Hanya menjawab singkat saja" tanya Arthur mengelus tangan Reina itu. Reina hanya tersenyum datar.

"Aku malas Arthur" jawabnya. Arthur terkekeh pelan dan memberikannya segelas susu putih.

"Ini susu hamil untukmu. Jaga dia ya dan jadikan aku ayah yang baik buat mereka. Aku tidak mau dia seperti ku tapi aku ingin dia memiliki sifat sepertimu sayang" ucap Arthur sambil membawa gelas. Reina hanya terdiam mendengarnya dan menggelengkan kepalanya pelan untuk tidak terdiam lagi. Dia mengambil gelas itu dan meminum habis susu itu.

"Kau peduli sekali padaku sejak aku hamil" ujar Reina mengelap bibirnya itu. Arthur terkekeh pelan dan mengusap rambutnya itu.

"Itu adalah kewajiban suami bukan?" Arthur melangkah pergi meninggalkan kamar Reina.

"Aku tidak akan mengunci kamarmu. Kau bebas berkeliling tempat ini. Tapi aku sudah mengunci pintu luar" ucap Arthur memakai penyamarannya. Reina mengangguk pelan dan melambaikan tangannya ke arah Arthur.

"Bawakan aku sesuatu yang manis. Aku ingin sekali coklat" pinta Reina di pintu luar dengan Arthur. Arthur mencium keningnya lembut.

"Baiklah. Aku akan membawanya yang hanya" ucap Arthur menutup pintu itu. Reina berlari kearah jendela melihat Arthur yang sudah pergi dengan mobil nya. Reina menghembuskan nafasnya lega dan dia berjalan menuju kamar Arthur.

"Beruntung dia mau melepaskan aku dari kamar ini. Aku bebas mencari sesuatu untuk menghubungi seseorang" Reina sudah sampai di kamar Arthur. Dia membukanya. Ternyata tidak terkunci, Arthur telah mematikan sistem pintu itu. Reina tersenyum lega. Dia memasuki kamar itu, isinya penuh dengan foto-foto Reina dan juga botol parfum lavender berbagai merk.

"Ya ampun" umpatnya. Dia melihat laptop yang terbuka tanpa dimatikan oleh Arthur. Reina tersenyum senang dan segera menghubungi Alfa lewat email. Dia mengirimkan lokasinya dan juga bantuan.

"Alfa, aku ada disini b tolong segera datang"

Reina mengirim email itu dengan nama nya. Reina menghembuskan nafasnya lega dan segera mematikan akun email nya. Dia mengusap keningnya dan meninggalkan kamar Arthur menuju kamarnya.

"Semoga Alfa membacanya" harapnya dan Reina menaiki kasurnya itu. Dia mengelus perutnya lembut sambil tersenyum kecil.

"Hei, kamu. Aku tahu kau bukan hasil ketidaksengajaan. Tapi aku berpikir apa kau mau menerimaku sebagai mamamu? Aku tak yakin orang yang aku cintai masih mau bersamaku?" Reina menghembuskan nafasnya pelan sambil mengusap perutnya itu.

"Tapi apa kau mau berpisah dari ayahmu dan ikut bersamaku?" Reina tersenyum kecil.
"Aku harap kau mau ya"jawab Reina dan dia berbaring diatas kasur sambil mengusap perutnya.

Sementara itu

Alfa yang masih dikantornya sibuk dengan urusan pekerjaan yang belum dia selesai kan. Tak lama kemudian ada email masuk didalam laptopnya.

"Siapa yang me-email ku?" Tanyanya penasaran. Dia membuka email itu.

" Alfa, aku berada di sebuah hunian dekat hutan. Aku tidak tahu didaerah mana. Aku sudah mengirimkan lokasi agar kau bisa mencariku. Tolong Alfa bebaskan aku

                               Reina"

Alfa terkejut melihat pengirimannya. Ternyata itu Reina. Alfa segera menelfon Reno dan membagi kiriman dari Reina.

"Reno aku mendapatkan" Alfa segera berlari mengambil kunci mobilnya dan segera mengendarai mobil nya dengan kecepatan penuh. Reno segera mengambil kunci mobilnya dan segera mengikuti arah yang dikirimkan oleh Alfa.

"Adik, bertahan lah" lirihnya dan dia segera mengendarai mobil nya dengan kecepatan penuh.

She's My Curvy Girl (End)Where stories live. Discover now