12

93 1 0
                                    

Reina teringat terakhir kali bertemu dengan Arthur 11 tahun itu. Air matanya menetes dari matanya saat Arthur menceritakan detail semua pertemuan mereka.

"Apa yang kau inginkan? APA?! Puaskah kau membuatku takut setiap harinya dan memakai topeng setiap harinya agar aku tidak menunjukkan trauma ku itu pada semua orang? Kau mau apa dariku?" Reina berusaha melepaskan ikatannya di tangan dan kakinya. Tapi Arthur menatap wajah nya itu dan mengecup kening nya.

"Aku ingin bersamamu saja Reina. Aku ingin meluapkan rasa rinduku padamu. Aku mencintai mu selama bertahun-tahun" jawab Arthur mencium pipi Reina bertubi-tubi. Reina menggelengkan kepalanya berusaha menolak perlakuan Arthur.

"Aku tidak mau... Lepaskan aku.." pinta Reina menitikan air matanya itu. Tapi Arthur menghapus air matanya itu dengan lidahnya.

"Jangan menangis sayang" Arthur melepaskan ikatan tangan dan kaki Reina lalu menyuntikkan sesuatu di lehernya dan membuatnya lemas seketika.

"Apa yang..." Sekejap Reina tak sadarkan diri. Arthur tersenyum kemenangan dan mencium pergelangan tangan Reina itu yang memerah.

"Maafkan aku ya Reina. Aku melakukan ini karena obsesi ku padamu terlalu besar. Tidak peduli kau merubah penampilanmu tapi aku tetap mencintaimu" Arthur mematikan lampu kamarnya dan berbaring disampingnya lalu melepaskan kemejanya lalu membuangnya di kursi. Arthur memeluk Reina yang tak sadarkan diri itu dan mencium keningnya.

"Tetaplah bersamaku selalu Reina" Arthur tersenyum  dab berpelukan dengan orang yang telah membuatnya obsesi itu selama bertahun-tahun dengan lelapnya.

Pagi harinya

Jam sudah menunjukkan 9 pagi. Reina membuka matanya perlahan dan mengusap nya. Reina merasa dia mimpi buruk yang terjadi padanya itu.

"Mimpi" dia beranjak dari kasurnya dan membiarkan kamarnya gelap. Reina pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya itu. Selesai dia membersihkan diri Reina melilitkan badannya dengan handuk dan melihat cermin kamar mandinya dan menyentuh lehernya yang sakit.

"Kenapa leherku sakit sekali ya? Dan apa ini?" Reina melihat ada bekas tusukan jarum di lehernya dan ada bekas merah di leher. Dia menundukkan kepalanya melihat bekas merah di sekitar dada nya itu.

"Jangan-jangan" saat menaikkan kepalanya Reina terkejut bukan main saat ada seorang pria tanpa baju berada di belakangnya.

"Selamat pagi Reina" sapa Arthur di belakangnya sambil tersenyum seringai. Membuat Reina berteriak.

"Gyaa....." Pria itu memeluknya dari belakang dan mencium pundaknya. Reina membeku seketika.

"Harum mu enak sekali Reina" Reina menggelengkan kepalanya. Dia yakin Reina masih tidur dan bermimpi.

"Ini pasti mimpi semalam" Reina menampar dirinya sendiri.

'plak'
"AWww" ringgis Reina kesakitan itu. Arthur terkekeh dan membalikkan badannya itu agar berhadapan dengan nya.

"Ini bukan mimpi sayang. Ini nyata" Arthur mencium pipi Reina yang terkena tamparan itu. Reina menutup badannya dengan tangannya.

"Kenapa kau ada disini?" Tanya Reina mendekati pintu kamar mandi. Arthur hanya tersenyum dan duduk dipinggir kasurnya.

"Aku sudah bilang bukan? Aku ingin meluapkan rasa rinduku padamu sayang" Arthur menarik tangan Reina dan membuat Reina berada di paha Arthur.

"Lebih baik kau mencari gadis lain tuan Arthur. Aku tak pantas untukmu" Reina memegang handuknya yang masih menempel di badan nya itu tapi Arthur dengan cepat menariknya dan menindihnya sambil menahan tangannya.

"Sudah aku bilang aku tidak mau dengan gadis lain. Aku hanya kamu di hidupku" gertak Arthur membuat Reina sedikit ketakutan.

"Ku mohon" pinta Reina memelas untuk di lepaskan. Tapi Arthur hanya tersenyum seringai di atasnya.

"Begini saja sayang. Aku akan tinggal disini bersamamu. Tapi kalau kau menolak maka aku akan melakukan hal jahat padamu" lirih Arthur mengendus leher Reina yang habis mandi itu. Reina terdiam saat Arthur menghirup leher yang habis mandi dengan sabun lavender itu dengan kecupannya.

' apa yang harus aku lakukan? Dia masih sakit' keluhnya di dalam hatinya. Reina menghirup rambut Arthur yang bau shampo pria itu.

"Baiklah. Daripada nyawaku jadi taruhan" lirih Reina pasrah. Arthur tersenyum kemenangan dan mencium singkat Reina.

"Baiklah sayang. Aku akan tinggal disini bersamamu" Arthur melepaskan Reina dan Arthur melihat paha Reina yang tersingkap.

'sial, dia membuatku bergairah' umpat nya dan masuk ke kamar mandi untuk melemaskan sesuatu di selangkangannya. Reina menghembuskan nafasnya dan dia memeluk dirinya dengan ekspresi yang pasrah.

"Aku menyesal" umpatnya dan segera berpakaian. Kebetulan hari ini dia libur.
Dia memakai pakaian santainya dengan kaus oversize dan celana pendek kain. Tak lupa memoleskan lipbalm mint di bibirnya yang pink itu.

"Hidup bersama tanpa menikah dengan orang yang baru aku ingat kalau dia seorang pemilik perusahaan Johnson dan dia terobsesi padaku yang masih remaja. Lalu diancamnya untuk tinggal bersamaku jika tidak nyawaku sebagai taruhannya" dia menghembuskan nafasnya dan menyisir rambutnya itu.

"Ya Tuhan begini sekali hidupku" umpatnya dan dia ke dapur untuk makan sereal karena dia malas memasak. Reina menyiapkan 2 mangkuk sereal madu untuknya dan Arthur yang masih mandi. Reina memakannya di sofa sambil mendengarkan lagu kesukaannya. Arthur sudah kembali dari kamar mandi dengan pakaian yang dia kenakan kemarin. Dia mencium ujung kepala Reina yang sedang makan.

"Kau makan apa sayang?" Tanya Arthur dan Reina menyerahkan mangkuk nya.

"Sereal" jawab Reina dingin. Arthur makan disampingnya tapi...

"Suapi aku" ucap Arthur membuat Reina terkejut.

"Apa?" Tanya Reina kembali. Arthur terkekeh dan menyerahkan mangkuk nya.

"Suapi aku" pinta Arthur membuat Reina menggelengkan kepalanya. Reina segera menyuapi Arthur seperti memberi makan bayi. Selesai makan Arthur memeluk Reina disampingnya seperti sepasang kekasih yang ingin menghabisi waktu bersama.

"Kau ingin menghabiskan waktumu dimana sayang?" Tanya Arthur yang terus menciumi pipinya itu dan membuat Reina sedikit risih.

"Aku ingin menghabiskan waktuku disini" jawab Reina malas. Arthur mengerutkan keningnya.

"Kau tidak pergi untuk memanjakan diri seperti ke mall atau salon begitu?" Tanya Arthur kembali. Reina menghembuskan nafasnya malas.

"Karena aku lelah dan malas untuk keluar" jawab Reina pergi menuju kamarnya. Arthur merasa kecewa atas perlakuan Reina yang dingin padanya. Arthur menyusul Reina yang berbaring di kasurnya sambil mendengarkan lagu di airpod nya. Dia ikut berbaring di sebelah Reina yang membelakangi nya itu dan memeluknya dengan mesra.

"Aku tahu ini semua sangat mendadak bagimu. Tapi aku berusaha untuk menjadi lebih baik kalau bersamamu" ucap Arthur pada Reina yang masih mendiaminya. Dia mengambil airpod Reina satu dan mengenakan nya di telinga kanannya.

"Tolong mengertilah aku" lirih Arthur mencium belakang leher Reina yang beraroma parfum mint. Reina hanya terdiam dan hanya pasrah.

' kalau aku jujur. Aku ingin menangis saat ini dan melarikan diri. Aku takut denganmu tapi kau mengharap lebih dariku' Reina menahan air matanya yang ingin terjatuh dan membiarkan Arthur memeluk dirinya itu.

She's My Curvy Girl (End)Where stories live. Discover now