33

52 2 0
                                        

Sebelum nya

Arthur yang benar-benar geram mendengar pernikahan Reina dan Arthur di percepat. Dia mengacak-acak isi kamarnya itu dengan penuh emosi.

"Arghh... Ini tidak boleh terjadi" geram Arthur meneguk sebotol wine yang ada dikamarnya itu. Tapi seketika dia tersenyum seringai dan mengelus bibirnya itu.

"Jika adikku berbuat salah aku akan memberinya hukuman" Arthur tertawa seram seketika didalam kamarnya.

Hari pernikahan Reina

Arthur yang berada di parkiran mobil mengenakan hoodie hitam dan penutup mulut hitam sedang memasuki area hotel lewat pintu darurat. Dia lalu mencari saklar listrik dan mematikan listrik itu selama 3 menit. Dia mendengar semua orang berteriak dan dia segera mencari Reina. Dia mendapatkan Reina dan menyuntikkan sesuatu di lehernya sampai Reina pingsan tak sadarkan diri.

"Got ya.." ucap Arthur tersenyum dan menyeret badan Reina itu keluar menuju parkiran. Dia meletakkan Reina dibelakang mobil dan tak lupa menyuntikkan obat bius lagi di lehernya.

"Akhirnya hahaha" tawa Arthur langsung tancap gas keluar dari gedung hotel itu.

Off

Reina membelak matanya lebar-lebar. Didepan nya bukan Alfa melainkan Arthur yang benar-benar menyeramkan. Reina menggeliat untuk melepaskan diri dari ikatan nya. Tapi Arthur tertawa lepas melihat Reina menggeliat seperti itu dengan gaun pengantin nya.

"Hahaha.... Reina Reina. Kau tidak akan lepas dari sini sayang. Kau berada ditempat yang jauh dari kota dan dimana mereka tidak akan bisa menemukanmu disini" ucap Arthur tertawa sambil mengelus pipi Reina. Tapi Reina berusaha menjauh.

"Lepaskan aku Arthur. Aku mohon. Alfa dan kakakku mencari ku" pinta Reina menitikkan air mata nya karena ketakutan. Arthur tersenyum miring dan menghapus air matanya yang menetes dan menghisapnya.

"Jangan menangis sayang" Arthur memeluk Reina dan menghirup rambut Reina itu.

"Sebentar lagi kau milikku sayang" desah Arthur menjilati telinga nya. Reina merinding dan menggelengkan kepalanya.

"Tidakk... Aku tidak mau..."teriak Reina menolak. Arthur melepaskan pelukannya dan meninggalkan Reina diruangan itu seorang diri. Arthur mengunci kamar itu dan dia tersenyum kemenangan.

"Hah...dia akhirnya milikku" Arthur pergi memasuki kamarnya dan melihat keadaan Reina di laptopnya. Dia memasang kamera kecil disetiap sudut ruangan itu.

"Aku harus mandi" Arthur pergi memasuki kamar mandi untuk membilas keringatnya.

Siang menjadi malam, Alfa dan Reno berusaha mencari keberadaan Reina. Polisi juga mencari keberadaan Reina yang entah menghilang kemana.

"Cctv benar-benar dimatikan oleh seseorang. Kita tak tahu siapa yang memasuki area hotel tanpa sepengetahuan penjaga" lapor salah satu polisi itu pada Reno. Reno menghembuskan nafasnya gusar.

"Ya Tuhan dimana adikku?"   Keluh Reno merasa khawatir di apartemen Alfa. Sedangkan Alfa terdiam di kamarnya dan terdiam karena kehilangan Reina.

"Apa benar Arthur? Tapi dia tidak ada jejak saat dia bebas" ucap Alfa meneguk wine untuk melegakan khawatir nya. Dia menelfon seseorang di handphonenya.

"Cari dan lacak keberadaan Arthur"

Reina menangis berusaha melepaskan diri tapi hasil nya nihil. Dia benar-benar tidak bisa membuka ikatan itu karena Arthur mengikatnya begitu kuat.

"Hikss kakak... Alfa... Tolong aku..." Isak Reina merasakan sakit dipergelangan tangannya itu. Dia berusaha berdiri tapi resleting dipunggung nya turun sendirinya.

"Sial" umpat Reina yang berhasil berdiri itu. Dia meloncat-loncat menuju kasur besar berwarna hitam itu lalu merebahkan diri diatas kasur.

"Arghhh lepaskan aku dari tali sial ini" umpat Reina menggeliat tapi gaunnya melonggar. Tak lama kemudian Arthur datang dengan piyama birunya sambil membawa 2 gelas dan sebotol wine.

"Wahh.. kau sudah diatas kasur" ucap Arthur menaruh bawaannya itu diatas meja. Dia menaiki kasur itu dengan membawa tisu basah dan menghapus riasan wajah Reina itu.

"Le...pas..." Berontak Reina tapi Arthur menghapus make-up Reina sampai bersih. Dia mencium pipi Reina dan mengecup hidung Reina singkat.

" Akhirnya ini malam pertama kita" desah Arthur menatap Reina dibawahnya. Reina membelak matanya.

"Malam pertama? Apa maksudmu?" Tanya Reina yang masih dalam ikatan. Arthur tersenyum dan mencium Reina dengan brutal.

'cupp'
Reina berusaha menolak tapi Arthur menahan kepalanya.

"Le...p..ass.." tolak Reina pada Arthur yang brutal menciumnya. Arthur menyudahi ciumannya lalu mengelus pipi Reina dengan lembut.

"Kau membuatku bergairah Reina. Ini yang aku tunggu-tunggu" Arthur pergi mengambil wine nya dan meneguk dengan cepat. Dia menuangkan wine itu di gelas dan memberi minum Reina. Dia mengambil dagu Reina dan mendekatkan gelas itu di bibir Reina.

"Minumlah sayang. Aku tahu kau kehausan" lirih Arthur memberi paksa wine ke Reina. Dengan ragu Reina meneguknya cepat. Dia melirik Arthur disampingnya yang tersenyum mencurigakan.

"Ku mohon lepaskan tanganku. Sakit sekali" pinta Reina yang masih menitikkan air matanya itu. Tiba-tiba badan Reina panas seketika dan membuat Reina risih.

"Arghh panas..." Reina menggeliat kepanasan. Arthur tiba-tiba tertawa melihatnya dan membanting gelas yang diminum Reina.

"Hahahaha akhirnya obatnya bereaksi" girang Arthur menaiki kasur itu dan menarik gaun itu dari bawah. Reina membelak matanya tapi dia benar-benar kepanasan.

"Tidak Arthur tidak" pekik Reina melihat Arthur yang menatapnya dengan nafsu. Arthur meneguk ludahnya sendiri melihat Reina yang mengenakan bra dan celana putih. Dia membuang gaun itu disembarang arah dan memeluk Reina dengan eratnya.

"Akhirnya yang kutunggu-tunggu tiba" Arthur membuka piyamanya dan mendapatkan dirinya telanjang bulat. Reina memalingkan wajahnya melihat Arthur yang berusaha memperkosanya.

"Kumohon Arthur aku mohon" pinta Reina memohon. Tapi Arthur merobek celana dalamnya dengan kasar dan membuang nya asal. Arthur melepaskan ikatan kaki Reina itu dan melebarkan kaki Reina.

"Akhirnya yang aku inginkan akhirnya datang. Sudah 11 tahun aku menginginkan nya darimu" Reina menggelengkan kepalanya ketakutan.

"Arthur..." Isak Reina memohon. Arthur mendekatkan kejantanan nya ke vagina Reina dengan sekali hentakan.

"Arghh..." Pekik Reina menahan sakit di vaginanya. Arthur tersenyum kemenangan dan mencium bibir Reina dengan nafsu.

"Reina..." Desah Arthur menggerakkan pinggulnya sambil mencium Reina terus menerus. Reina menangis tanpa suara menahan sakit di vaginanya.

'hikss... Ya Tuhan... Tolong aku...' Reina tidak merasakan nikmat tapi merasakan rasa sakit di kewanitaannya dan juga hatinya. Arthur terus memaju mundurkan pinggulnya dengan desahan nya.

"Reina..." Desah Arthur menghentakkan keras dan mengeluarkan hasil percintaan nya di kewanitaannya Reina. Arthur tersenyum puas dan mencium Reina begitu lama.

"Ahh... Reina... Kau miliki ku" Reina memejamkan matanya dan air matanya terus turun. Dia benar-benar merasa tidak berharga lagi saat ini. Seharusnya Alfa yang melakukannya bukan Arthur.

" Kau benar-benar cantik sayang" desah Arthur melepaskan kejantanan nya dan dia membalikkan badan Reina lalu membuka ikatan di tangan Reina. Arthur mencium pergelangan tangan Reina bergantian.

"Aku mencintaimu Reina" Arthur memeluk Reina dari belakang dan tertidur. Reina hanya terdiam tak bergeming apa yang dia alami selama 2 jam tadi.

"Aku kotor"

She's My Curvy Girl (End)Where stories live. Discover now