Semenjak kejadian lift itu. Reina tidak masuk selama 3 hari. Dia sudah izin pada Thomas sebelumnya. Reina saat ini berada di apartemennya itu sambil menatap tv di sofanya sambil memakan semangkuk besar sereal. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu dan Reina segera menaruh mangkuknya diatas meja.
"Ya sebentar" teriak Reina memakai tudung hoodie nya yang berwarna pink. Reina segera membuka pintu.
"Sudah membaik?" Reina mengerutkan keningnya dan melihat siapa yang bertamu itu. Reina terkejut melihat seorang pria dengan setelan birunya.
"Tuan?" Ternyata itu Arthur yang tepat di depannya. Arthur segera memasuki apartemen Reina tanpa permisi.
"Indah juga apartemen mu Reina" puji Arthur duduk di sofa. Reina menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.
"Darimana anda tahu apartemen saya tuan?" Tanya Reina membuat secangkir kopi. Arthur terkekeh dan menyilangkan kakinya.
"Cvmu itu sayang" jawab Arthur ramah. Reina segera menyerahkan kopinya pada Arthur. Reina duduk di kursi kecilnya itu karena dia memiliki sofa sedang.
"Apa aku harus bekerja hari ini tuan?'' tanya Reina memainkan jarinya. Arthur menggelengkan kepalanya.
"Tidak Reina. Jangan panggil aku tuan saat diluar kantor" Arthur beranjak dari duduknya dan menghampiri Reina.
"Aku hanya ingin menjenguk keadaanmu itu" Arthur menaikan dagu Reina agar dia bisa melihat mata coklat itu. Reina melihat mata biru di depannya.
"Mata itu..." lirih Reina menatap mata biru Arthur itu.
"Ada apa dengan mataku hmm?" Tanya Arthur mengelus pipi Reina tapi Reina menepisnya.
"Tidak ada tuan" jawab Reina menggelengkan kepalanya. Arthur merangkul pinggang nya dan menghadap badannya ke Reina.
"Aku sudah bilang sebelumnya sayang?" Desis Arthur membuat Reina merinding.
"Lepaskan saya tuan" tapi Arthur tetap menahannya.
"Apa kau bilang hmm?" Arthur mendekati wajahnya pada Reina. Tapi Reina memundurkan kepalanya.
"I..iya.. Arthur" jawab Reina menahan nafasnya karena dia sadar kalau dia belum sikat gigi sebelumnya. Arthur tersenyum dan melepaskan Reina.
"Good girl" puji Arthur dan Reina berjongkok dekat dinding sambil memeluk dirinya sendiri. Arthur berlutut didepannya dan membuka tudung hoodie nya.
"Kenapa kau takut padaku Reina? Apa aku pernah melakukan hal yang salah?" Tanya Arthur penasaran pada sikap Reina itu. Reina menundukkan kepalanya dan menarik nafasnya.
"Entah lah. Semenjak anda mencium saya, saya merasa trauma saya muncul seketika. Saya takut kalau semua laki-laki melihat tubuh wanita sebagai objek fantasi mereka. Waktu saya masih beranjak remaja, saya memiliki dada yang lumayan berisi, lain seperti teman-teman saya. Semua pria melihat badan saya waktu itu sampai ada yang ingin menodaiku. Aku takut pada badanku sendiri sampai saya berpikiran untuk menambah berat badan agar semua orang tidak memandang saya seperti itu" Reina menghembuskan nafasnya. Dia seketika terkejut siapa yang dia ajak bicara. Arthur hanya terdiam mendengar cerita Reina itu.
"Maaf, kalau anda mendengar cerita saya barusan. Mungkin itu adalah hal bodoh bagi anda" ucap Reina membelakangi rambutnya yang berantakan. Arthur hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku mengerti apa yang kamu rasakan. Kau sedih kesal dan takut bukan? Tapi bagiku kau sangatlah cantik. Kau tidak terlalu gemuk Reina" puji Arthur mencium tangan Reina. Reina seketika menarik tangannya.
"Apa maksudnya?" Tanya Reina. Arthur menghembuskan nafasnya dan menatap mata coklat Reina.
"Tidak ada. Aku hanya memuji keputusan mu" jawab Arthur langsung berdiri.
YOU ARE READING
She's My Curvy Girl (End)
Romanceseperti apa wanita yang cantik itu? berbadan ramping dan seksi? bagi Arthur Johson itu tidak berarti. karena dia tertarik dengan seorang gadis di tempat kerjanya yang bernama Reina Smith. Reina adalah seorang gadis berusia 21 yang memiliki berat ba...