Arthur turun dari mobilnya dan memasuki Johnson company dengan perasaan marah saat ini. Dia mengenakan kemeja putih dan celana hitam dengan rambut sedikit berantakan. Mata birunya sedikit memerah karena emosi mendengar yang terjadi. Dia sampai di depan kantor Alfa.
"Sialan orang itu" Arthur segera menendang pintu itu.
'brakk'
Alfa dan Reina terkejut mendengarnya dan melepaskan pelukan mereka. Arthur memasuki kantor Alfa dan mendapatkan Reina melepaskan pelukan Alfa. Arthur menghampiri Alfa dan mencengkram kerah bajunya."Sialan kau! Ini balasannya hah?" Arthur meninju wajah Alfa dan membuatnya tersungkur.
'bugh'
Reina menutup mulutnya tak percaya bahwa Arthur bebas hari ini dan menghajar adiknya. Alfa bangkit dari jatuhnya dan membalas pukulan Arthur yang naik pitam."Sadarlah Arthur. Kau sakit!" Teriak Alfa berusaha menghindar pukulan Arthur. Tapi perkelahian itu semakin memanas sampai Reina terpaksa ikut serta untuk melerai pertengkaran itu. Dia memeluk Alfa dari belakang.
"SUDAH HENTIKAN KALIAN BERDUA!!" Teriak Reina menarik Alfa untuk menjauh. Arthur menghapus darah di ujung bibirnya dan melirik Reina yang khawatir pada Alfa.
"Kau tak apa?" Tanya Reina melihat kondisi Alfa yang hidungnya berdarah dan juga dagu yang memar. Alfa menggelengkan kepalanya pelan dan mengelus pipi Reina. Arthur yang emosi melihatnya menarik lengan Reina untuk menjauhi Alfa. Dia menatap mata coklat wanita pujaannya itu.
"Kenapa? Kenapa kau memilih dia? Dia ini pembunuh Reina!" Teriak Arthur mencengkram kedua bahu Reina dengan keras. Reina sedikit meringis kesakitan dan berusaha menatap mata Arthur yang menahan marah. Reina menghembuskan nafasnya dan menahan tangan Arthur.
"Karena dia lebih baik darimu Arthur. Aku mencintai nya" jawab Reina dengan datarnya. Arthur tercengang mendengarnya dan menatap Reina dengan tajamnya.
" Kenapa? Dia adalah orang yang bergaji rendah sedangkan aku memiliki uang yang banyak. Aku bisa membahagiakan dirimu dengan kekayaanku" ucap Arthur mengambil tangan Reina dan mencium kedua tangannya. Reina menarik tangan nya dan melangkah mundur pelan menuju Alfa yang terluka.
"Aku tak peduli dia bergaji rendah atau tinggi, tapi dia mencintai ku dengan tulus dan tanpa syarat. Kebahagiaan ku bukanlah dengan uang tetapi cinta kasih adalah kebahagiaan ku" Reina merangkul tangan Alfa dengan eratnya.
"Dia bukanlah pembunuh tetapi dia adalah korban dari trauma masa kecilnya. Melihat ibunya yang menyelamatkan dirinya dan mengorbankan dirinya untuk keselamatan anaknya lalu di putus hubungan oleh kakaknya sendiri yang dia cintai. Kau pikir apa itu tidak berat menahan sakit itu selama 20 tahun? Itu benar-benar sakit Arthur sampai dia bisa tersenyum kembali" Alfa terkejut mendengarnya kalau Reina membelanya didepan kakaknya sendiri.
"Reina.." lirih Alfa melirik Reina yang benar-benar tidak takut lagi pada Arthur. Arthur terdiam sejenak dan mendengar apa yang dibilang Reina.
"Reina aku..." Reina menggelengkan kepalanya dan menarik nafasnya lagi.
"Kau... menakutkan Arthur. Aku takut bertemu dengan orang seperti mu" Reina menarik tangan Alfa untuk pergi dari kantornya dan meninggalkan Arthur disana. Arthur mengepalkan tangannya dan menendang meja disana.
'brakk'
Dia mengacak kantor Alfa sampai Thomas yang menemaninya hanya terdiam."Arghhh... Reina.." teriak Arthur membuat Thomas meninggalkan kantor.
Reina yang berada di mobil Alfa mengobati Alfa dengan p3k yang disimpan di mobilnya.
"Sakit?" Tanya Reina mengobati dagu Alfa yang memar itu.
"Ishhh pelan-pelan" lirih Alfa menahan sakitnya itu. Reina mengecup luka di dagu Alfa dan memberikan perban.
"Selesai" ucap Reina tersenyum. Alfa menyuruh supirnya untuk pergi dari kantornya. Alfa memeluk Reina dari samping dan terus mengecup ujung kepala nya.
"Terimakasih Reina, kau menolongku" ucap Alfa membuat Reina tersenyum kecil.
"Itulah gunanya kekasih" jawab Reina membuat Alfa terkekeh. Dia mencubit pipi tembam Reina itu dengan gemas.
"Kau benar-benar gadis yang langka ya" puji Alfa menyuruh supirnya untuk ke apartemennya.
Sesampai di apartemen Alfa, Reina segera turun dari mobil dan Alfa mengajaknya masuk.
"Ini apartemen mu?" Tanya Reina tak percaya.
"Tepatnya gedung apartemen ini adalah warisan dari ayahku"jawab Alfa menaik lift bersama Reina. Mereka memasuki apartemen Alfa yang dominan berwarna hitam. Reina melihat sekelilingnya.
"Wow, benar-benar darkmode" puji Reina duduk di sofa panjang hitam. Alfa tersenyum kecil dan duduk disampingnya. Reina menyuruh Alfa tidur di pahanya. Alfa menaruh kepalanya diatas paha Reina dan Reina mengelus rambutnya dengan lembut.
"Kau terkejut Reina?" Tanya Alfa mengelus tangan kanan Reina. Reina mengangguk pelan sambil mengelus kepala Alfa dengan tangan kirinya.
"Sedikit" jawab Reina pelan. Alfa mencium telapak tangan Reina dengan lembut.
"Aku tak percaya kau seperti itu tadi Reina. Kau berani" puji Alfa melihat mata Reina dari bawah. Reina hanya tersenyum dan melanjutkan aktivitas nya.
"Itu harus Alfa. Karena jika kita takut pada rasa takut maka rasa takut itu semakin besar" jawab Reina terus mengelusnya. Alfa menitikkan air matanya itu dan Reina mengusap nya.
"Aku takut Reina, benar-benar takut" lirih Alfa menahan tangisnya. Reina mengangkat Alfa dan memeluknya dengan erat.
"Tak apa, ada aku disini" Reina menyilangkan kedua tangan Alfa dan Reina berada dibelakangnya.
"Pejamkan matamu Alfa. Lalu tarik nafas dan hembuskan" Reina mengelus kedua tangan itu dan Alfa mengikuti anjuran Reina. Dia memejamkan kedua matanya. Reina tersenyum kecil dan mendekatkan bibirnya ke telinga Alfa.
"Pikirkan hal yang membuatmu bahagia" bisik Reina dibelakang Alfa. Alfa menarik hembuskan nafas dan Alda menepuk pundaknya pelan. Reina hanya tersenyum kecil dan berpindah ke depan Alfa. Dia melihat Alfa sedikit lebih tenang walau air mata nya sedikit keluar.
'aku juga takut Alfa. Tapi butterfly hug ini sedikit membantu ku dari trauma-traumaku itu' ucap Reina dalam hatinya. Dia mengecup bibir Alfa dan membiarkan dia mengikuti anjuran nya. Reina segera pergi kedapur untuk membuat kan minuman.
Arthur yang berada di mansionnya di tengah hutan hanya meminum minuman kerasnya yang kesekian botol. Dia menatap foto Reina itu sambil meneguk bir botolan.
"Aku akan mendapatkan mu dengan cara apapun"

YOU ARE READING
She's My Curvy Girl (End)
Romanceseperti apa wanita yang cantik itu? berbadan ramping dan seksi? bagi Arthur Johson itu tidak berarti. karena dia tertarik dengan seorang gadis di tempat kerjanya yang bernama Reina Smith. Reina adalah seorang gadis berusia 21 yang memiliki berat ba...