Reno masih bersama dengan Reina dikamar inapnya. Orangtua mereka sudah pulang terlebih dahulu. Reno mengusap kepala Reina yang sudah dibuka perban nya.
"Adikku" lirihnya sambil tersenyum kecil karena Reno bisa bertemu dengan Reina yang baru bisa dijenguk nya. Reina hanya tersenyum simpul dan memposisikan badannya menjadi duduk. Dia menatap kakaknya yang masih terus bersamanya.
"Kak, apa aku layak untuk Alfa kak? Apa aku layak bahagia bersamanya?" Tanya Reina yang masih ragu dengan semua ini. Reno mengangguk pelan dan memeluk Reina dari samping sambil mencium ujung kepalanya.
"Tentu saja kau layak bahagia sayang. Aku tahu apa permasalahan mu. Kau takut dia meninggalkan mu karena kau disentuh oleh bedebah itu. Benar begitu?" Tanya balik Reno sambil mengelus tangan kiri Reina yang diberi gips. Reno menghembuskan nafasnya dan tersenyum tenang.
" Tapi dia tidak seperti itu sayang. Dia sangat tulus mencintaimu. Dan dia menerimamu apa adanya sayang. Tidak dari fisik dia melihat mu, tapi dari hatimu sayang. Kau berbeda dari orang-orang didunia" ucap Reno mengecup kening Reina lembut. Reina tersenyum lega mendengarnya dan dia menatap Reno senang.
"Aku mengerti kakak" balas Reina tersenyum dan dia melirik segelas air dimeja. Reno mengerti dan membantu Reina meminum air itu. Tak lama kemudian beberapa detektif swasta memasuki kamar Reina.
"Selamat sore nona, bisa minta keterangan atas penculikan mu?" Tanya salah satu detektif yang ternyata adalah teman Reno Will dan Smith. Reina menggenggam tangan Reno untuk ditemani. Dia mengangguk kepalanya. Smith mendekati Reina dan duduk di kursi dekat kasur Reina. Will mengeluarkan note nya untuk mencatat.
"Bagaimana kau bisa dibawa olehnya saat pernikahan mu? Lalu kau diapakan oleh selama sebulan ini?" Tanya Smith pelan. Reina menghembuskan nafasnya dan berusaha mengontrol nafasnya.
"Saat Alfa memasangkan cincin pernikahan padaku, semua menjadi gelap. Tiba-tiba ada yang menyuntikkan sesuatu di leherku. Aku tak tahu apa itu dan itu membuatku tak sadar. Saat aku tersadar aku berada disebuah kamar berwarna hitam,semua berwarna hitam. Aku terikat dengan tanganku dibelakang. Aku panik yang kupikirkan Alfa dan kakakku mencariku. Pintu kamar itu terbuka dan masuklah Arthur dengan tatapan mata yang menyeramkan bagiku. Dia..." Air mata Reina menetes dan dia terisak.
"Dia memperkosa ku sampai hamil" Isak Reina mengingat kejadian itu. Will menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan Reina itu. Reno memeluk Reina untuk memenangkan nya.
"Segitu aja cukup?" Tanya Reno pada Smith. Mereka berdua mengangguk dan menyudahinya.
"Baiklah. Ada beberapa bukti yang kita dapatkan dari penjelasan Reina. Terimakasih nona" Will beranjak dari duduknya dan mereka berdua keluar. Reina merasa takut jika mengingat kejadian itu. Reno berusaha menenangkan reina. Tanpa disadari Alfa melihat semua di pintu kamar Reina. Alfa mengusap rambutnya kasar.
"Dia benar-benar membuatnya takut" geram Alfa dan dia pergi memasuki kamar Arthur. Arthur tersenyum seringai melihat adiknya menjenguk nya.
"Ada apa adikku sayang? Apa kau senang aku mendapatkan gadis impianku?" Tanya Arthur terkekeh pelan. Alfa meninju pipi Arthur sekali hantaman.
"Kau gila Arthur! Kau membuatnya takut dan membuat trauma nya kembali! sekarang kau membunuh anakmu sendiri!" Geram Alfa emosi. Arthur terdiam sejenak mendengar Reina keguguran.
"Anakku? Mati?" Tanya Arthur tak percaya. Alfa mengusap wajahnya dan dia meninggalkan Arthur sendiri dengan raut wajah yang benar-benar marah. Arthur menyimaknya lagi bahwa anaknya mati karena ulahnya. Dia mengusap wajahnya kasar dan memukul dirinya sendiri.
"Anakku" lirih Arthur dikamar itu sambil menyesali perbuatannya.
Alfa sekarang menemani Reina dikamarnya saat ini. Dia terus memperhatikan Reina sambil menggenggam tangan nya.
"Ada apa Alfa? Kau menatapku terus?" Tanya Reina menaikkan alisnya. Alfa terkekeh dan mengusap rambut Reina itu.
"Tidak apa-apa sayang. Aku senang saja bisa bertemu dengan mu. Sudah cukup aku ditinggal olehmu selama setengah tahun ke Australia. Itu membuatku rindu tapi aku terlalu malu" candanya membuat pipi Reina memerah. Dia tersenyum kecil mendengarnya. Alfa mencium bibir kering Reina.
'cupp'
Reina tersentak kaget mendapati Alfa sedang menciumnya. Reina mengusap pipi tirus Alfa dan menatap nya dengan tatapan senang."Terimakasih kau mau menerimaku lagi, walau aku tidak gadis lagi" lirih Reina menundukkan kepalanya. Alfa menggelengkan kepalanya dan menaikkan dagu Reina itu lalu menatapnya lagi.
"Tidak sayang. Kau terlalu berharga bagiku. Lebih berharga dari berlian dan emas. Kau selalu aku hormati sebagai ibuku. Kau adalah istriku bukan? Aku harus melindungi mu bahkan menyayangimu lebih dari apapun" ucap Alfa sambil mencium pipi Reina berkali-kali. Reina menitikkan air matanya. Betapa beruntungnya dia memiliki Alfa yang masih menganggapnya istri. Alfa mengusap air matanya itu.
"Terimakasih Alfa. Kau sangat baik padaku" lirih Reina memalingkan wajahnya. Alfa terkekeh pelan dan memeluknya lagi.
"Cepatlah sembuh ya mochi ku. Aku rindu tawa mu dan keceriaan mu" ucap Alfa mengecup ujung kepala Reina.
Hari berganti malam Reina sudah tertidur pulas karena waktu menunjukkan pukul 23.00. Alfa setia menemaninya walau dia disuruh pulang olehnya. Dia beranjak dari kursinya dan keluar dari kamar Reina. Dia ingin membeli sesuatu untuk menghilangkan kantuknya di cafe terdekat.
Baru 5 menit Alfa keluar, seorang pria bermasker hitam dan mengenakan jaket hitam membawa kursi roda ke kamar Reina. Dia melepaskan infus dan selang oksigen di badan Reina. Dia mengangkat pelan Reina menaiki kursi roda dan menyelimuti badannya. Dia membawa keluar Reina yang masih tertidur di lorong rumah sakit yang sepi itu. Reina merasa aneh pada dirinya dan dia membuka matanya karena merasa terganggu.
"Hmmm" Reina terkejut mendapati dirinya di lorong rumah sakit dan dibawa oleh seseorang. Dia membalikkan badannya.
"Siapa kau?" Panik Reina dan orang itu terkejut mendapati Reina sudah terbangun. Dia mendorong kursi roda itu dengan cepat sampai keluar rumah sakit. Reina merasa panik dan berteriak.
"Tolong!! Seseorang membawaku!!" Pria itu mengambil kunci mobilnya tapi dicegat oleh seseorang.
"Lepaskan dia tuan" Reina segera menoleh ke sumber suara itu. Ternyata itu Thomas yang menghadang pria asing itu. Pria itu membuka maskernya dan betapa terkejutnya Reina itu adalah Arthur.
YOU ARE READING
She's My Curvy Girl (End)
Romanceseperti apa wanita yang cantik itu? berbadan ramping dan seksi? bagi Arthur Johson itu tidak berarti. karena dia tertarik dengan seorang gadis di tempat kerjanya yang bernama Reina Smith. Reina adalah seorang gadis berusia 21 yang memiliki berat ba...