35. Dibalik kejadian pahit

502 26 1
                                    

Clara dan Surya berlari menuju meja resepsionis. Buru-buru mereka menanyakan letak kamar saudara Clara.

"Sus, tiga pemuda pasien kecelakaan yang dinyatakan koma berada di kamar mana?" Tanya Clara tidak sabaran.

"Ekhem, mohon maaf sebelumnya. Kalau boleh tau, mbak ini siapanya ya? Soalnya mereka pasien khusus, tidak sembarang orang bisa menemuinya." Balas suster itu sopan.

"Saya Clara sus, saudara mereka." Jelas Clara sedikit ketus. Bagaimana tidak kesal, dia sedang panik malah suster dihadapannya ini bertanya yang tidak berguna menurutnya.

"Oh, baik mbak Clara. Tunggu sebentar." Terlihat suster tersebut sedang mencari nama Clara dalam daftar tamu yang diizinkan untuk menjenguk keluarga Fredy. Setelah menemukannya, suster tersebut mengatakan dimana letak kamarnya pada Clara. "Baik mbak Clara, pasien kecelakaan berada di ruang ICU lantai 4. Kamar ketiga pasien bersebelahan. Dan Bu Lena sudah memesan seluruh lantai 4 khusus untuk ketiga pasien. Jadi akan mudah untuk menemukan kamar mereka karena kamar lain kondisi kosong."

Jangan heran jika nama Clara tertera dalam daftar tamu. Sudah pasti Lena yang memasukkannya. Karena memang Lena lah yang mengurus segala administrasi keponakannya tersebut.

"Baik, terima kasih sus." Clara langsung menarik Surya menuju lift. Di dalam lift, Clara tampak panik. Tangannya gemetar dan kakinya terus mengetuk lantai lift.

Surya yang jengah melihat kelakuan Clara, mulai menegurnya. Tepat setelah mereka keluar lift, dia menahan tangan Clara yang hendak berlari menyusuri lorong.

"Cla, diem dulu!" Tegur Surya.

Clara yang dalam kondisi panik, tidak bisa berpikir jernih. Dia terus meronta dan berusaha lepas dari genggaman Surya.

"Mas, lepasin Cla! Cla mau lihat mereka, Mas. Mereka kecelakaan. Mas ngerti dong! Mereka kom..." Ucap Clara yang terputus akibat bentakan Surya.

"Diam Cla!!"

Clara menunduk, tubuhnya semakin gemetar. Antara panik dan takut menghadapi kemurkaan Surya. Sungguh, baginya kemarahan Surya merupakan hal yang sangat mengerikan.

Surya menarik nafas dalam-dalam, dia memegang erat kedua bahu Clara. "Dengerin Mas, Cla! Mas tau kamu khawatir, mas tau kamu panik. Tapi kelakuan kamu jangan kayak gini dong Cla!" Surya mengguncang tubuh Clara pelan. "Apa dengan kamu lari-lari, mereka nggak jadi kecelakaan? Apa dengan kamu bentak semua orang, mereka bisa sadar? Apa dengan kamu menyeret suamimu layaknya hewan bisa membuat mereka kembali pulih? Bisa Cla? Jawab!" Intonasi Surya mulai meninggi.

"M-maaf mas." Hanya itu yang bisa Clara katakan saat ini. Suaranya Bengetar, menandakan kalau saat ini dia tengah menangis.

Surya menghela nafas, berusaha meredam emosinya. Dia menarik Clara menuju toilet "wanita" yang terletak di lantai 4 ini. Surya tidak peduli jika dia harus memasuki toilet wanita. Toh seluruh lantai 4 sudah Lena pesan secara pribadi, jadi mustahil jika ada yang berkeliaran disini kecuali anggota keluarga Fredy.

Surya menuntun Clara menuju wastafel. Dia menyalakan keran air, kemudian menampungnya menggunakan tangan kanannya, air itu digunakan untuk membasuh wajah sembab Clara. Sementara tangan kirinya masih setia memegang bahu Clara.

"Udah ya... Jangan nangis lagi! Mas nggak bermaksud bentak kamu. Mas cuma mau kamu sadar, panik nggak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, kita harus tetap tenang dalam kondisi apapun." Jelas Surya lembut. Berharap, istrinya mau menerima apa yang telah diucapkannya.

Clara mengangguk, kemudian mulai memperbaiki riasan naturalnya. "Iya mas, maafin Cla."

Surya tersenyum, "ya sudah. Ayo kita ke kamar kakak sama adik." Ajak Surya setelah melihat kondisi Clara yang jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Surya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang