43. Akhirnya

725 29 0
                                    

Sejak si kembar kembali, kondisi Clara semakin membaik. Kandungannya juga dinyatakan baik-baik saja. Surya sangat bersyukur atas kondisi ini.

Sejak kepulangannya, si kembar semakin lengket dengan Clara. Mereka selalu memeluk erat Clara dan mengelus perutnya yang sedikit buncit, sembari terus bertanya yang membuat Clara pusing. Dia sampai heran, apakah ketiga putranya ini tidak memiliki trauma? Setelah melalui kejadian mengerikan itu, mereka bertindak seolah tidak terjadi apa-apa. Mereka berperilaku seperti biasa, tidak seperti anak yang baru saja menjadi korban penculikan. Entah sekuat apa mental putra-putranya ini, tapi dia tidak mau ambil pusing. Dia cukup bersyukur karena putranya dapat melalui kejadian pahit itu dan bisa ceria kembali. Tidak sepertinya, yang sempat depresi.

"Bunda, kapan adik lahil?" Tanya Anta tidak sabaran.

"Masih lama sayang, tunggu 6 bulan lagi."

"Yah, masih lama dong Bunda?" Tanyanya lagi.

"Iya Bang, yang sabar ya..."

"Bunda, apa Adik bisa belnafas di dalam sana?" Kali ini giliran Riksa yang bertanya.

"Bisa dong nak, kan adik pintar."

"Adik pintal bunda? Kaya Bang Liksa?" Tanyanya kembali.

"Ya dong, adik pintar kayak Bang Anta, Bang Riksa, sama Bang Gala."

"Bunda, apa pelut Bunda bisa membesal kayak balon?" Tanya Galaksi pada Clara.

"Bisa dong, Bang. Kalau nggak bisa kan kasihan adiknya nanti kepenyet di dalam."

"Oh, gitu ya bunda? Telus kenapa adiknya di dalam pelut bunda, bukan pelut ayah?" Tanya Galaksi kembali.

"Ya, karena bunda hebat." Jawab Clara seadanya. Dia memang selalu menjawab pertanyaan putra-putranya dengan sabar dan menggunakan bahasa yang dimengerti mereka.

"Iya, bunda hebat. Buktinya bunda sehat, nggak kayak ayah yang halus ditusuk jalum kayak gitu." Ucap Anta sambil menunjuk Surya yang berbaring di ranjang rumah sakit, membuat orang-orang yang berada di sana tertawa, termasuk Surya.

Ya, saat ini keluarga Kurana sedang berkumpul di rumah sakit. Setelah Surya mendapat kebebasan dari si pemimpin mafia, dia langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif. Surya ditempatkan di ruangan VIP bersama dengan Bagas. Keluarga Kurana sengaja memesan ruang VIP yang diisi dengan dua ranjang untuk menempatkan Surya dan Bagas agar mereka lebih bisa memantau kondisi keduanya. Semua anggota keluarga Kurana berkumpul disana, termasuk Lukman dan Amelia.

Lukman sempat marah karena Surya tidak memberitahu masalah yang tengah dia hadapi kepadanya. Lukman menganggap Surya tidak menghormatinya lagi sebagai seorang ayah, karena Surya tidak mau membagi masalah dengannya. Meskipun tidak bisa membantu banyak, setidaknya Surya tetap memberitahunya agar dia bisa membantu sebisanya dan mendoakan Surya cepat mendapat jalan keluar dari masalahnya.

Setelah mendapat petuah dari sang ayah, Surya menyesal. Dia sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan. Meski niatnya baik untuk tidak membuat orang tuanya khawatir, tapi tetap saja kesalahannya tidak bisa dibenarkan. Dia berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Apapun masalahnya nanti, dia berjanji akan selalu menceritakan pada Lukman.

Akhirnya Lukman luluh, dia memaafkan sang putra. Dia juga tidak membahas lagi kejadian itu di depan Surya. Dia memaklumi tindakan Surya yang tidak ingin membuatnya khawatir. Tapi di sisi lain, dia tetap harus menyadarkan Surya bahwa tindakannya itu salah. Walau bagaimana pun, dia adalah seorang ayah yang masih harus bertanggungjawab kepada putranya, meskipun putranya telah memiliki keluarga kecilnya sendiri.

"Wah, pintarnya cucu nenek..." Amelia menggendong Anta.

"Liksa juga pintal, Nek. Liksa lebih pintal dali pada bang Anta." Rajuk Riksa yang tampaknya cemburu karena sang kakak di puji sedangkan dia tidak.

Surya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang