8. Acara Kelulusan

503 40 0
                                    

Surya menatap pantulan dirinya di cermin. Melihat betapa memukaunya bayangan yang tertangkap cermin, membuatnya tersenyum puas. Tidak sia-sia dirinya mencukur rambutnya tadi siang. Terbukti, kini dirinya terlihat lebih cool dengan gaya rambut ini. Dan seketika, kadar kenarsisannya naik drastis.

"Buset, ternyata gue cakep banget. Pasti nanti, semua pada iri lihat kecakepan gue. Duh jadi gak sabar deh, pasti nanti gue jadi pusat perhatian. Terus dinobatin jadi cowok terganteng, terkeren, tercakep, terkece, ter.. ter.. ter apa lagi ya? Yah pokoknya yang ter-ter lah. Asal jangan terhalu aja. Hahaha." Surya berbicara sendiri. Masih diposisi yang sama, menghadap cermin.

Surya meneliti kembali penampilannya. Sepatu pantofel melekat dikedua kakinya. Jas formal hitam yang senada dengan celana dan dasinya. Kemeja putih yang memberi kesan formal. Tidak lupa rambut yang tertata rapi.

"Udah lah bang, nggak usah dilihatin terus. Wajah abang nggak bakal berubah, meski setahun dilihatin gitu terus. Yang ada, malah pecah tuh cermin."

Surya menoleh ke asal suara. Di depan pintu yang terbuka, berdiri sepasang anak kembar. Siapa lagi kalau bukan Bagas dan Kara, adiknya sendiri. Surya mengabaikan kehadiran mereka dan melanjutkan kembali kegiatan yang sempat tertunda, meneliti penampilannya. Dia menginginkan penampilan yang sempurna untuk malam ini.

"Yaelah bang, abang mau ke acara wisuda atau ke kondangan? Rapi amat. Hahaha." Sindir Bagas yang sudah terlentang di kasur milik kakaknya itu.

"Loh, bang Bagas nggak tau ya? Kan Bang Surya mau tampil keren di panggung nanti. Bang Surya itu terlalu percaya diri."

"Percaya diri bagaimana dek?"

"Iya, percaya diri. Bang Surya itu yakin banget bahwa dia yang akan dapat juara 1 pararel."

"Yang bener bang? Sombong amat. Bang, Bagas bilangin ya, jangan menghayal terlalu tinggi nanti jatuh, sakit... Hahaha."

"Berisik." Surya membentak kedua adiknya. Dia merasa terganggu dengan ejekan dari kedua adiknya ini.

Bentakan Surya tak lantas membuat kedua adiknya diam ketakutan. Sebaliknya, kedua adiknya malah tertawa puas. Mereka merasa menang karena mampu membuat Surya kesal akibat ejekan yang mereka layangkan.

Bagas bangkit dari posisi terlentangnya. Dia menghampiri sang kakak yang tengah kesal. Tapi bukannya meminta maaf, dia malah kembali mengejeknya dari jarak dekat.

"Cie... Marah niye... Hahaha." Bagas mencolek dagu Surya, yang langsung ditepis oleh sang pemilik dagu.

"Abang kenapa? Kesel? Merajuk? Atau... Ngambek? Kayak anak kecil aja. Hahaha." Kara terus saja menertawakan Surya, hingga dia tidak menyadari perubahan mimik wajah kakaknya itu.

"Terserah." Surya kembali membentak kedua adiknya. Dia mengambil langkah seribu, pergi meninggalkan kedua adiknya yang masih tertawa di dalam kamarnya.

"Bang, kita kelewatan ya?" Tanya Kara pada Bagas.

"Nggak lah dek. Kayak nggak tau Bang Surya aja deh. Dia kan Raja Tempramen. Hahaha."

oOo

Taxi yang disewa keluarga Kurana berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Sekolah, tempat dimana Surya menuntut ilmu. Di tempat ini pula, acara kelulusan diselenggarakan malam ini.

Surya membuka pintu taxi, kemudian keluar dan disusul oleh anggota keluarganya. Dia membenahi penampilannya yang agak kusut sambil terus berjalan memasuki area sekolah.

Surya terus memperhatikan keadaan sekitar. Mobil-mobil mewah berjajar rapi di tempat parkir. Lampu warna warni terpasang apik di sepanjang jalan. Lapangan sekolah telah disulap layaknya tempat konser. Ratusan kursi tersusun rapi menghadap sebuah panggung besar. Dan jangan lupakan, red carpet yang terbentang memanjang tepat di tengah-tengah lautan kursi.

Surya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang