Tiga bulan berlalu. Waktu terasa begitu cepat. Surya dan kedua temannya telah kembali berkuliah, menginjak semester 3. Setelah melalui liburan panjang akhir semester mereka.
Di masa liburan, Surya menerima pengumuman hasil ujian beasiswanya.
Saat itu, Surya sedang berada di kampung halamannya. Tepatnya di kediaman keluarga Kurana.
Tengah malam, ditemani kedua adiknya, Surya membuka web daftar penerima beasiswa. Berkali-kali dia mengumpat, lantaran halaman web sulit dikunjungi. Mengingat jutaan orang membuka halaman web yang sama saat itu.
Surya sangat kalut. Namun meski emosi menguasai tubuhnya, pikirannya tetap tenang. Meski kata-kata kasar terus terlontar dari bibirnya, hatinya tetap berdoa. Dan meski pikiran negatif selalu berseliweran, dia tetap berusaha untuk berpikir positif.
Sungguh kombinasi yang unik. Surya mampu bertindak negatif dan positif diwaktu yang bersamaan. Entah bagaimana dia bisa melakukannya. Yang pasti, dia melakukannya secara tidak sadar. Fokusnya saat ini hanya berpusat pada hasil pengumumannya.
Berbeda dengan Surya yang terus mengumpat, kedua adiknya malah terus berdoa. Berharap halaman web yang dikunjungi kakaknya ini tidak eror. Agar mereka segera mengetahui hasilnya.
Akhirnya, terjawab sudah doa-doa mereka. Setelah melalui penantian yang menegangkan, Surya dan kedua adiknya bisa memasuki halaman webnya. Tepat pukul 00.37 dini hari, mereka mengetahui nama-nama penerima beasiswa.
Keberuntungan berpihak kepada Surya. Diantara jutaan mahasiswa yang mendaftar, dia menjadi salah satu yang lolos. Memperoleh beasiswa bebas uang kuliah selama 6 semester dan mendapat uang pesangon setiap bulannya.
Surya sangat senang. Dan kesenangan itu menular kepada kedua adiknya. Mereka sampai berpelukan dan menangis bersama, mengeluarkan stok air mata kebahagiaan yang mereka punya.
Sedangkan kedua orang tua Surya? Mereka mengetahui keesokan harinya. Mereka sangat bangga atas capaian sang putra. Hingga mereka langsung mengadakan syukuran. Memang bukan pesta besar, hanya pesta kecil di Kurana's Cafe. Itupun hanya didatangi oleh beberapa tetangga dan teman-teman Surya saja. Karena yang terpenting bukanlah besar kecilnya pesta, melainkan ketulusan sebuah doa.
oOo
Surya membuka buku yang baru diambilnya dari rak. Membacanya dengan teliti. Sesekali menulis materi-materi penting dibuku catatannya.
Sesaat, suasana begitu tenang. Semua yang ada diruangan ini sibuk dengan bukunya masing-masing. Surya menyukai kondisi ini.
Namun sayang, ketenangan ini tidak bertahan lama. Setelah suara panggilan abnormal datang menyapanya.
"Woy, gue cariin ternyata lo disini. Gak makan lo?" Lano berkata lantang tanpa tau kondisi. Sementara Devan sudah duduk tenang disebelah Surya, memainkan game online diponselnya.
"Ck, kecilin suara lo Lan... Ini perpustakaan, bukan lapangan. Seenaknya aja lo teriak-teriak."
"Ya maaf Sur, kelepasan. Hehehe."
"Dasar." Surya mengabaikan Lano, kembali fokus pada bukunya.
"Sur, lo gak makan?" Tanya Lano, memecah keheningan.
"Gak." Jawab Surya seadanya, masih tetap terfokus pada bukunya.
"Emang, lo gak lapar?"
"Gak"
"Lo, gak capek Sur? Tiap hari baca buku terus."
"Gue bukan lo Lan, yang suka ngeluh."
"Ish, lo mah. Kalau ditanya itu lihat orangnya dong!" Lano merebut buku ditangan Surya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surya (TAMAT)
Ficção AdolescenteLENGKAP... BELUM REVISI!!! Setiap orang pasti menginginkan terlahir dalam keluarga kaya raya. Segala keinginannya dapat terlaksana. Karena kita hidup di jaman dimana uanglah yang berbicara. Hingga setiap orang berlomba-lomba menambah kekayaan merek...