3. Rencana

1K 60 3
                                    

Hari telah berganti. Kini Surya sedang berada di kantin sekolah, padahal bel jam istirahat belum berbunyi. Ini sudah menjadi rutinitas bersama teman-temannya saat mata pelajaran olahraga.

Pak Andre selaku guru olahraga memang selalu memberhentikan pelajaran sebelum waktunya. Hal ini bertujuan agar murid-muridnya tidak terburu-buru saat berganti seragam.

Tapi waktu luang tersebut digunakan Surya dan teman-temannya untuk pergi ke kantin dan mengganti seragam saat jam istirahat. Mereka melakukan itu dengan alasan agar tidak berdesakan saat membeli makanan seperti jika membeli pada hari lain.

Awalnya Surya dan teman-temannya makan dalam kesunyian, akan tetapi itu tidak bertahan lama karena Andi mengingat sesuatu. Dan untuk memastikan kebenaran berita yang ada dipikirannya, akhirnya Andi menanyakan kepada Surya. "Eh Sur, ayah lo dipecat dari pabrik ya?"

"Iya, kok lo bisa tau sih An?" Surya menjawab dengan nada yang tidak bersemangat. Dia melancarkan aksinya untuk pura-pura tidak tahu mengenai berita masalah pabrik yang sudah tersebar di media sosial.

"Yaelah Sur, itu berita mah udah nyebar kali. Di pabrik tempat ayah lo kerja itu ada korupsi besar-besaran. Milyaran duit dibawa kabur tuh sama tangan kanan pemiliknya. Gila gak tuh? Gue dengarnya sih masih belum ketemu orangnya, tapi polisi masih terus cari tuh orang. Beritanya bahkan udah masuk koran. Lebih dari seperempat pegawai tuh pabrik dipulangin tanpa pesangon. Bayangin aja berapa besar kerugiannya sampai-sampai mecat banyak orang gitu."

"Yang bener An? Masak ada sih tangan kanan yang ngehianatin bosnya? Kebangetan bener. Udah dikasih kepercayaan, eh malah disalahgunain. Heran deh." Deo mengatakan apa yang ada di pikirannya saat ini. Tanpa memikirkan jika ada yang tersinggung akibat pembahasan ini.

Karena peka akan keadaan Surya, Agung mulai menghentikan topik pembahasan kali ini "Eh kalian udah dong. Jangan bahas urusan orang, kalian mirip ibu-ibu yang lagi gosip tau nggak. Lihat tuh si Surya, mukanya udah kaya baju yang nggak disetrika, kusut bener dah."

Kompak ketiganya melihat ke arah Surya yang sedang memasang wajah datar. Surya kembali emosi akibat topik yang dibahas kedua temannya ini. Dia menatap tajam ketiga temannya, kemudian berkata. "Apa lihat-lihat?" Setelah mengatakan itu, Surya berlalu meninggalkan mereka.

"Weis, kenapa tuh anak? PMS ya?" Andi bertanya kepada kedua temannya.

"Lo sih pake acara bahas pemecatan Om Lukman segala. Udah tau Surya paling sensitif kalo masalah duit, malah lo terus ngingetin dia kalo sekarang keluarganya udah nggak punya pemasukan lagi." Agung berkata ketus, lalu berlalu pergi mengikuti Surya.

"Lo sih mancing-mancing. Tau ah kesel." Deo juga pergi seperti Agung.

"Lah gue ditinggal. Woy tungguin elah." Andi berlari menyusul ketiga temannya.

Kini mereka berempat sudah berada di dalam kelas untuk mengikuti pelajaran terakhir. Dari tadi Surya hanya diam, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Dia lebih memilih diam daripada teman-temannya menjadi sasaran empuk untuk emosinya saat ini.

Memang Surya sudah mencoba menerimanya, tapi sisa-sisa emosi itu masih ada. Dia akan mencoba menerima kenyataan ini secara perlahan. Meskipun sulit, tapi Surya akan terus berusaha. Untuk saat ini, dia hanya bisa diam untuk meredam amarahnya agar tidak lepas kendali.

oOo

Jam berputar sangat cepat, kini sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Sesuai kesepakatan kemarin, saat ini Surya dan kedua orang tuanya sedang membahas konsep warung makan yang akan mereka buka. Dan kabar baiknya, motor mereka telah terjual dengan harga yang cukup tinggi. Sehingga mereka bisa langsung menentukan konsepnya secara terperinci karena nominal modalnya sudah jelas.

Surya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang