"Sama-sama pak. Kalau begitu, saya permisi dulu." Surya memberi senyuman kepada pria itu, kemudian pergi meninggalkannya.
"Eh, tunggu..."
"Ya, kenapa pak?"
"Saya Bram, panggil aja Pak Bram. Adik namanya siapa?"
"Saya Surya pak"
"Emm, kamu mau kemana? Mau pulang ya? Boleh saya antar saja?"
"Ah, nggak usah pak. Nanti malah merepotkan. Saya bisa pulang sendiri kok."
"Tolong jangan menolak, anggap saja ini wujud rasa terima kasih saya karena kamu sudah menolong saya."
"Emm, baiklah kalau begitu."
"Oke kamu mau saya antar kemana? Langsung pulang atau ke rumah sakit dulu? Kayaknya luka kamu lumayan banyak." Bram memperhatikan kondisi fisik Surya dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Ah, langsung pulang saja pak. Nggak usah ke rumah sakit dulu, luka kayak gini mah udah biasa saya." Tolak Surya halus.
"Hmm, okelah. Ayo saya antar kamu pulang."
"Eh sebentar pak, saya mau ambil barang saya dulu. Saya tinggal di kursi taman tadi." Ucap Surya, menghentikan langkah Bram.
"Baiklah, saya tunggu di mobil ya... Mobil saya di sana, nanti kamu langsung ke sana saja!" Bram menunjuk mobil hitam yang terparkir tak jauh dari tempat ATM.
"Iya pak. Saya permisi sebentar."
Surya berjalan menuju kursi taman yang didudukinya beberapa saat lalu. Dia mengambil benda yang sempat tertinggal. Dia terlalu fokus menghadapi dua pencopet tadi, hingga secara tidak sadar telah meninggalkan benda itu. "Ah, dapat. Untung gak hilang, bisa panjang urusannya kalau nih amplop sampai hilang." Ucap Surya setelah dia mendapatkan kembali amplop coklat miliknya.
"Oh iya, harus ke mobilnya Pak Bram nih. Pasti dia udah nunggu lama. Bodoh banget sih gue." Surya memukul jidatnya pelan. Dia hampir saja berjalan menuju arah pulang, kalau saja dia tidak segera ingat akan sosok Bram.
Surya berlari menuju mobil Bram. Dia tidak ingin Bram menunggu lebih lama lagi. Bram sudah berbaik hati mau mengantarnya pulang ditengah kesibukannya. Dan Surya tidak ingin waktu Bram terbuang sia-sia hanya untuk menunggunya.
Surya membuka pintu mobil, mendudukkan dirinya dikursi depan, tepat disebelah pengemudi, dan menutup kembali pintunya. Dia meletakkan amplop coklat dipangkuannya, agar kedua tangannya bisa bergerak leluasa untuk memasang sabuk pengaman. "Sudah, pak." Ucap Surya setelah memastikan sabuk pengaman telah terpasang sempurna.
"Dimana tempat tinggalmu?"
"Kost putra dekat sini pak. Ikuti saja jalan yang ada disebelah taman bagian barat. Jalannya cuma satu kok pak, nggak ada pertigaan ataupun perempatan."
Bram mengangguk, mengemudikan mobilnya menuju arahan Surya. Arahan yang sudah cukup jelas, tidak sulit untuk menemukan tempatnya. Itulah yang ada dipikiran Bram.
Bram melirik amplop coklat dipangkuan Surya, "kamu sedang mencari pekerjaan Sur?" Tanya Bram sambil tetap fokus mengemudi, menuju tempat kost Surya.
"Iya pak, saya sedang mencari pekerjaan. Tapi tidak ada yang membutuhkan pegawai paruh waktu. Jadi cukup sulit untuk mendapatkan pekerjaan." Jawab Surya, sesekali melirik lawan bicaranya, Bram.
"Paruh waktu?" Bram menaikkan sebelah alisnya, heran.
"Iya pak, paruh waktu. Saya ini seorang mahasiswa, belum bisa kalau harus bekerja sehari penuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surya (TAMAT)
Teen FictionLENGKAP... BELUM REVISI!!! Setiap orang pasti menginginkan terlahir dalam keluarga kaya raya. Segala keinginannya dapat terlaksana. Karena kita hidup di jaman dimana uanglah yang berbicara. Hingga setiap orang berlomba-lomba menambah kekayaan merek...