"Cla yakin mau berangkat kuliah? Nggak mau cuti aja dulu?" Tanya Surya ketika hendak menaiki motornya.
Clara ikut naik motor Surya dengan helm pemberian Surya yang sudah terpakai sempurna. "Cla yakin, mas... Mas juga denger sendiri kan apa kata tante Lena kemarin? Cla itu harus banyak gerak, biar otot-otot Cla nggak kaku. Lagian kita kemarin udah sepakat kan, kalau Cla ambil cuti waktu semester 7 aja. Dan itu masih lima bulan lagi."
Jangan tanya siapa Lena, karena jawabannya pasti sudah tertebak. Lena adalah dokter kandungan terkenal di kota ini. Dokter yang disarankan langsung oleh Clara kepada Surya. Dan Surya menyetujuinya, asal Clara nyaman semasa kehamilannya ditangani Lena, Surya tidak punya alasan untuk menolaknya.
Kenapa dokter Lena? Bukankah masih banyak dokter berbakat di kota ini? Jawabannya hanya satu, karena Lena merupakan adik kandung dari Fridya, mama Clara. Dengan kata lain, Lena merupakan tante Clara dari pihak ibu. Sehingga akan lebih mudah bagi Clara untuk berinteraksi padanya dibanding orang lain.
Berbeda dengan kedua orang tuanya, Lena adalah sosok tante yang baik bagi Clara. Dia juga tidak membeda-bedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Itulah mengapa Clara sangat nyaman berada didekatnya, serasa mendapat kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah Clara dapatkan dari Fridya.
"Ya mas tau, Cla... Tapi muka kamu pucet banget gitu. Udah ya, besok aja kuliahnya. Sekarang Cla masuk lagi ke apart! Bobok manis di sana." Bujuk Surya.
Clara menunduk dengan tangan yang terus meremas pinggang Surya. Kedua matanya berkaca-kaca, siap menumpahkan lelehan air mata ke atas pipinya. Disertai dengan isakan tangis yang lolos seleksi dari mulutnya.
Surya meringis, menahan sakit akibat remasan Clara dipinggangnya yang tidak bisa dikatakan lemah. Namun sakit itu tidak seberapa dibanding rasa sakit yang dialami hatinya akibat tangis sang istri.
Surya turun dari motornya. Dia berdiri, menghadap Clara yang sedang menangis tersedu. Lalu memegang kedua lengannya pelan. "Cla, jangan nangis dong... Oke, mas nggak bakal larang kamu kuliah." Putus Surya, merasa kalah menghadapi air mata sang istri.
Mata Clara berbinar. Segera, dia hapus air mata yang membasahi pipinya. Senyumnya merekah sempurna. Entah apa yang terjadi pada emosinya, hingga dia bisa mengubahnya dalam kejapan mata.
"Bener mas?"
Surya tersenyum, "ya sayang... Tapi janji, kalau ada apa-apa langsung hubungi mas! Terus, kalau merasa lemas atau pusing sedikit langsung ke ruang kesehatan! Jangan dipaksakan!"
"Hah, siap mas. Cla janji, kalau ada apa-apa nomor mas yang akan langsung Cla cari." Clara mengangkat tangannya kanannya dan membentuk pose hormat.
Surya tertawa pelan sambil mengelus rambut Clara. "Semoga panggilan itu nggak masuk ke hp mas."
"Kenapa mas?" Tanya Clara bingung. Berbagai pemikiran negatif mengenai Surya yang tidak mau direpotkan olehnya memenuhi otaknya. Tapi semua pemikiran itu lenyap, setelah mendengar jawaban Surya. Jawaban yang menggetarkan hatinya serta menerbitkan kembali senyumannya.
"Karena dengan itu mas tahu, bahwa Cla akan terus baik-baik saja."
oOo
Di kelas, Surya tidak bisa fokus. Pikirannya bercabang, membuatnya kesulitan memahami materi yang disampaikan para dosen. Sampai dosen keluar kelas pun, Surya tidak menyadarinya.
"Woi, ngelamun aja... Kesambet mampus lo."
Tepukan kasar dibahunya, ditambah suara keras dari arah belakang, membuat Surya terlonjak kaget. Dia mengelus dada kirinya sejenak sebelum menoleh ke belakang, mencari tahu siapa pemilik suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surya (TAMAT)
Teen FictionLENGKAP... BELUM REVISI!!! Setiap orang pasti menginginkan terlahir dalam keluarga kaya raya. Segala keinginannya dapat terlaksana. Karena kita hidup di jaman dimana uanglah yang berbicara. Hingga setiap orang berlomba-lomba menambah kekayaan merek...