Masa penderitaan bagi calon mahasiswa baru telah berlalu. Menyisakan banyak kenangan tak terlupakan, meski hanya dalam waktu tiga minggu. Semua kenangan ada didalamnya, baik kenangan menyenangkan maupun kenangan menyakitkan, tapi mungkin, kenangan menyakitkan lah yang lebih mendominasi. Mungkin ini, yang dinamakan "Waktu Singkat, Berjuta Kenangan." Dimana lagi kalian bisa mendapatkannya, jika bukan di masa ini, masa ospek. Ya, masa ospek, masa penderitaan bagi calon mahasiswa baru.
Namun, hari-hari itu telah terlampaui. Kini, kemerdekaan bagi calon mahasiswa baru telah tiba. Mereka menyambutnya dengan suka cita. Bahkan ada yang merayakan berakhirnya masa penderitaan itu. Tidak terkecuali Surya dan teman-temannya. Saat ini mereka sudah resmi menjadi mahasiswa baru. Setelah menempuh perjuangan panjang, melewati masa ospek selama tiga minggu.
Tiga minggu, Surya melewati masa-masa sulit selama tiga minggu. Masa dimana dia selalu bersuasana hati buruk. Hari-hari yang dijalaninya tidak ada yang sesuai dengan rencana. Selalu salah dimata senior, selalu mendapat hukuman meski tidak ikut melakukan kesalahan, selalu makan tidak tepat waktu, dan masih banyak lagi kata selalu yang tidak dapat Surya jabarkan satu persatu. Sungguh, tiga minggu yang yang sangat membekas diingatan Surya.
"Woah... Hari pertama jadi mahasiwa." Ucap Lano keras, membuyarkan lamunan Surya.
"Loh, kok lo udah di sini aja. Kapan datengnya coba?"
"Gue dateng dari tadi kali. Lo aja yang sibuk ngelamun. Ngelamunin apa sih? Serius bener dah."
"Kepo?! Urusing tuh hidup lo yang gak pernah bener! Jangan urusin hidup orang mulu!"
"Hei jangan salah, gue mah bukannya kepo. Tapi, cuma pengen tau aja."
"Yeee, sama aja pinter..." Terdengar suara dibelakang Surya dan Lano.
Lano merasakan dorongan dari belakang, tubuhnya sedikit terhuyung ke depan. Dia dan Surya menoleh ke belakang, mencari tahu, siapa dalang dibalik kejadian ini. Devan, teryata si pelaku adalah Devan.
"Yaelah, nyambung aja lo. Nggak diajak ngomong juga." Ucap Lano, kesal akan tindakan Devan.
"Eh Sur, tuh muka kenapa? Udah kayak badut Ancol aja. Hahaha." Ucap Devan, mengabaikan ucapan Lano.
"Lah iya, gue baru sadar. Perasaan, tiap hari pertama, muka lo selalu bonyok deh. Sama kayak hari pertama ospek dulu, kan lo juga bonyok. Kok bisa sih? Jangan-jangan lo hobi tawuran ya..." Sambung Lano.
"Heh, enak aja. Gue anak baik-baik ya... Hobi gue bukan tawuran. Dan masalah muka bonyok gue, ini tuh cuma kecelakaan aja."
"Kecelakaan gimana? Cerita dong, bro." Ucap Devan mewakili Lano.
"Tumben lo kepo Dev, biasanya juga cuek." Surya mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Jangan ngalihin pembicaraan! Tinggal cerita aja, susah amat hidup lo." Ucap Lano geram.
Merasa tidak bisa mengelak lagi, akhirnya Surya terpaksa menceritakannya. "Oke-oke, gue cerita. Memar waktu hari pertama ospek itu karena kesialan gue aja. Gue kan belum beradaptasi sama tempat-tempat di sini, jadi gue nggak tau daerah mana yang rawan preman. Nah waktu itu, gue masuk gang kawasan preman. Dan sialnya, gue masuknya itu udah malem banget, orang-orang udah pada tidur, sepi banget dah. Jadi mau nggak mau, gue lawan sendiri tuh empat preman. Gue emang menang, tapi muka gue jadi bonyok deh. Tamat."
"Widih, berani bener lo. Kalau gue sih mending dirampok dari pada muka gue bonyok." Lano meringis, membayangkan cerita Surya.
"Gila lo."
"Biarin. Eh tapi lo keren deh, bisa ngalahin tuh empat preman. Salut gue."
"Kalau itu sih kebetulan aja Lan. Kebetulan gue dulu pernah ikut seni bela diri, pencak silat. Nah, jadi ilmunya gue praktekin buat ngehajar tuh preman. Dan mungkin waktu itu gue lagi hoki, jadi menang deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surya (TAMAT)
Teen FictionLENGKAP... BELUM REVISI!!! Setiap orang pasti menginginkan terlahir dalam keluarga kaya raya. Segala keinginannya dapat terlaksana. Karena kita hidup di jaman dimana uanglah yang berbicara. Hingga setiap orang berlomba-lomba menambah kekayaan merek...