Tiga tahun telah berlalu. Namun ketiga saudara Clara masih terbaring koma. Sudah beberapa kali dokter menyarankan untuk melepas alat penunjang hidup mereka. Tapi keluarga Fredy tetap keras kepala. Mereka tidak akan melewatkan satupun kemungkinan, tidak peduli sekecil apapun kemungkinan itu.
Tiga tahun ini, sudah banyak yang berubah dari kehidupan keluarga kecil Surya. Mulai dari wisuda Surya tahun lalu, wisuda Clara minggu lalu, hingga kesuksesan bisnis properti Surya sudah mencapai seluruh nusantara. Meski awal dirintis bisnis mengalami jatuh bangun, ditipu investor sana sini, tapi Surya tetap berusaha. Hingga saat ini, dia dan keluarganya sudah bisa menikmati hasil jerih payahnya. Terbukti, bulan lalu dia mampu membeli rumah di kompleks yang sama dengan rumah Devan. Tepatnya, dia membeli rumah yang berhadapan dengan rumah Devan.
Surya sangat mensyukuri kehidupannya saat ini. Dia memiliki perusahaan percetakan dan properti yang cabangnya sudah menyebar luas di seluruh nusantara. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat. Siang malam dia bekerja hanya demi mengembangkan usahanya. Setiap dia lelah, nasib keluarga kecilnya lah yang selalu menjadi motivasinya. Jika bukan dia yang berusaha, memang siapa lagi? Di sini, dia lah kepala keluarga. Dia lah tempat bergantung anak istrinya. Jadi, dia juga lah yang harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hingga akhirnya, motivasi tersebut membawanya ke arah kejayaan. Yah meski tak sebesar bisnis raksasa milik keluarga Fredy, tapi Surya tetap mensyukurinya. Dia patut bangga akan hasil kerja kerasnya.
"Yah, yah... Mau bola." Sapa anak laki-laki berumur 3 tahun itu pada Surya.
"Bola apa dek? Itu bolanya di pegang sama bang Riksa. Kamu main sama bang Riksa di sana ya... Ayah masih kerja." Jawab Surya yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Nggak mau yah, bang Liksa jahat. Gala nggak suka." Balas anak itu yang merupakan Galaksi.
"Terus adek maunya apa?" Tanya Surya sambil mengangkat Galaksi ke pangkuannya.
"Gala mau bola balu. Gala mau main bola sama bang Anta." Galaksi mengutarakan keinginannya pada sang ayah.
"Tapi nak, bang Anta kan nggak di rumah. Dia lagi main di rumah om Evan." Om Evan yang dimaksud Surya di sini adalah Devan, teman Surya yang rumahnya berada tepat di seberang rumah Surya. Ketiga anak Surya lebih senang memanggilnya om Evan, alih-alih nama aslinya yaitu om Devan.
Sudah satu bulan sejak kepindahannya, Anta lebih sering menghabiskan waktu di rumah Devan. Entah apa yang diajarkan teman Surya itu pada Anta, hingga dia sangat betah berada di rumahnya.
"Kalau gitu, Gala mau nyusul bang Anta ke lumah om Evan." Galaksi turun dari pangkuan Surya dan berlari keluar rumah, "da ayah... Gala mau ke lumah om Evan. Nanti di antel Pak Ucup." Pamit Galaksi.
Pak Yusuf, atau kerap di sapa Pak Ucup adalah satpam yang menjaga rumah Surya. Surya mempekerjakan Pak Yusuf sebulan yang lalu. Tepat sehari setelah kepindahannya.
Tidak lama kemudian, Riksa menghampiri Surya. "Yah, Liksa juga mau ke lumah om Evan ya.. Da ayah." Riksa ikut melambai ke arah Surya, kemudian berteriak memanggil sang adik. "Gala... Tungguin bang Liksa! Abang juga mau ikut ke lumah om Evan."
"Gala ga mau nunggu, wlee. Abang jahat." Balas Galaksi namun dengan posisi berhenti, seolah menunggu kedatangan sang kakak.
Surya hanya tertawa melihat kelakuan putra bungsunya. Hal tersebut merupakan hiburan tersendiri baginya, di kala beban akan pekerjaan semakin berat.
"Anak-anak kemana, Yah?" Tanya Clara yang sudah terbiasa dengan panggilan ayah-bunda.
"Lagi di rumah Devan Bun. Biarin lah, mereka anteng kok di sana. Lagian orang tua Devan juga jarang di rumah. Nanti aja, panggil mereka untuk makan siang." Jawab Surya dengan tatapan yang kembali fokus pada laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surya (TAMAT)
Teen FictionLENGKAP... BELUM REVISI!!! Setiap orang pasti menginginkan terlahir dalam keluarga kaya raya. Segala keinginannya dapat terlaksana. Karena kita hidup di jaman dimana uanglah yang berbicara. Hingga setiap orang berlomba-lomba menambah kekayaan merek...