38. Apakah puncak?

450 22 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Surya sudah rapi dengan jas dan kemejanya. Dia memakai jam tangannya dengan terburu-buru. Dilihat dari raut wajahnya, tampak sekali jika Surya sedang menghadapi suatu masalah.

"Loh Ayah mau kemana? Kenapa Bunda nggak dibangunin?" Tanya Clara yang duduk di kasur. Dia baru membuka matanya dan langsung disuguhkan dengan pemandangan sang suami yang hendak pergi.

Surya menghampiri Clara. Dia mencium kening istrinya itu sejenak, kemudian berdiri dengan tegak sambil membenarkan ikatan dasinya.

"Ada masalah dengan proyek pembangunan. Ayah harus segera kesana. Dan mungkin akan pulang larut malam. Tolong jemput anak-anak ke rumah Papa ya! Maaf ayah nggak bisa ikut menemani Bunda jemput anak-anak." Jelas Surya.

"Hati-hati yah." Pesan Clara.

Surya hanya mengangguk. Dia segera berjalan menuju mobilnya yang beberapa saat lalu sudah dipanasi oleh Pak Yusuf atas perintahnya. Surya memasuki kursi kemudi, lalu melajukan mobil itu ke kantornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Pikirannya sedang kalut saat ini.

Hingga dia mencapai kantor hanya dalam 6 menit saja. Padahal seharusnya, jarak rumah dengan kantor biasa ditempuh dalam 15 menit dengan kecepatan normal. Entah sudah berapa banyak sumpah serapah yang diteriakkan para pengendara pada Surya.

Surya segera berjalan cepat menuju lift sembari mengabari Lano untuk segera ke ruangannya bersama para manajer dan tim yang menangani proyek itu. Ya, Lano adalah teman kuliah Surya sekaligus sekertaris Surya pada bisnis properti. Sedangkan Joe, tetap Surya tetapkan untuk mengatur percetakan yang semakin lama semakin berkembang pesat.

Ting..

Lift terbuka, Surya melanjutkan langkahnya. Tujuannya hanya satu, ruang rapat. Tempatnya bertemu dengan Lano dan tim yang menangani proyek tersebut.

Surya membuka pintu, seketika aura suram menyelimuti ruang rapat. Hal itu cukup membuat semua orang yang berada di sana gemetar. Baru kali ini mereka melihat sosok lain dari atasannya itu.

"Jelaskan!" Tanpa basa-basi, Surya langsung menuntut penjelasan dari para bawahannya itu.

Sunyi, tidak ada yang berani mengangkat suara. Semua orang takut dengan aura yang dikeluarkan Surya. Mereka hanya saling lirik, tidak ada yang berani bersuara sama sekali. Hal tersebut sukses membuat emosi Surya meledak.

"Kenapa diam? Jawab!" Teriak Surya murka.

Leno yang mulai kasihan melihat bawahannya dibentak Surya, berinisiatif membantu mereka. Lano mulai menceritakan kronologi masalah ini. Dan semua orang yang ada di ruangan itu bersyukur atas tindakan Lano. Mereka mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Lano dalam hati mereka.

"Jadi begini pak, awal permasalahan adalah minggu lalu. Terjadi keterlambatan pemesanan material karena toko tempat kita memesan material itu mengaku menerima konfirmasi pembatalan pesanan, padahal pihak kita tidak merasa membatalkan pesanan itu. Dan kita mengetahui hal itu tiga hari setelahnya. Itupun karena pihak kita menanyakan perihal mengapa material belum dikirim padahal sudah tiga hari sejak hari pemesanan.

Setelah itu, kita berusaha untuk tidak memikirkan kejadian itu dan kembali memesan ulang yang harusnya dikirimkan tiga hari setelah pemesanan yaitu kemarin. Belum sempat kita menerima material itu, seseorang menyabotasenya di tengah jalan. Ada seseorang yang memberikan arahan palsu kepada sopir yang mengantarkan material. Akibatnya, sopir itu menurunkan semua material di lahan kosong yang sudah di tunggu beberapa orang yang berpenampilan seolah menjadi pekerja bangunan. Setelah itu kita sudah tidak bisa melacak di mana keberadaan material itu. Selain itu, pihak klien yang mengetahui masalah ini langsung memutuskan kontrak secara sepihak. Dan sesuai kesepakatan, mereka tidak akan membayar penalti apapun karena di sini pihak kita lah yang salah." Jelas Lano formal.

Surya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang