15. Ujian

393 36 0
                                    

Hari-hari sulit dijalani Surya dengan penuh semangat. Hingga dia sudah mulai terbiasa akan rutinitasnya. Kuliah, kerja, dan belajar. Begitu terus, terulang setiap hari, kecuali hari Minggu tentunya. Untuk hari Minggu, Surya tidak ada kelas. Dia mengisi waktu kosongnya dengan bekerja. Bekerja sehari penuh di restoran yang sama. Untungnya, Pak Bram mengijinkan Surya bekerja sehari penuh di hari Minggu.

"Surya, pesanan meja 9 siap antar." Panggil seseorang dari arah dapur.

"Ya, mas..." Surya mengambil pesanan yang telah disiapkan, mengantarnya ke meja nomor 9.

"Ini pesanannya, silahkan dinikmati. Saya permisi." Ucap Surya sopan, diiringi dengan senyuman ramah. Hal yang wajib dilakukan ketika melayani pelanggan.

Surya sangat cekatan dalam melayani pelanggan. Hingga dia diterima baik oleh karyawan lain, tidak ada yang menyinggungnya, meski dia hanya karyawan paruh waktu. Mau bagaimana lagi, dia sudah terbiasa melayani pelanggan di Kurana's Cafe. Semua sitem kerjanya sama, tidak sulit baginya untuk beradaptasi.

"Nih!" Surya menatap sebotol air mineral yang disodorkan kepadanya. "Lo pasti haus kan? Ambil aja! Tenang, udah gue bayar kok." Lanjutnya, meyakinkan Surya untuk menerima air itu.

Surya menerimanya. "Thanks kak. Sering-sering deh lo traktir gue, hahaha." Ucap Surya, sebelum menenggak habis air dari botolnya.

"Ye... Itu mah maunya lo." Ucap seseorang yang dipanggil kak oleh Surya beberapa saat lalu. Dia mendorong pelan bahu Surya, bermaksud untuk bercanda.

"Gak apa-apa lah kak, sekali-kali lo baik sama gue. Ye nggak?"

"Hei, orang tampang kayak lo mah gak bisa dibaikin Sur... Yang ada, nanti malah ngelunjak lagi."

"Ehem, Kak Sandra yang cantik... Surya yang ganteng ini bukan orang kayak gitu kok. Gue ini mah anak baik-baik, gak ada lah anak jaman sekarang yang sebaik gue." Ucap Surya pongah, dia menyugar rambutnya kebelakang, dengan gaya sombong andalannya.

"Ugh, Surya Putra Kumara... Yang gak ada ganteng-gantengnya... Sayangnya, gue gak percaya tuh. Orang kayak lo ini mah selain gak bisa dibaikin, juga gak bisa dipercaya." Sandra mengibaskan rambut panjangnya kearah Surya. Dia pergi meninggalkan Surya dengan rasa sakit akibat kibasan rambutnya yang cukup keras.

"Kurana kak... Kurana... Bukan Kumara..." Teriak Surya, mengoreksi ucapan Sandra yang salah sebut nama.

Teriakan Surya cukup keras, semua orang mendengarnya. Lalu, apa terikan itu tidak mengganggu para pelanggan? Tidak, jawabannya adalah tidak. Jam makan siang sudah lewat, tidak ada lagi pelanggan di sana. Hanya ada Surya dan beberapa karyawan lain yang sedang beristirahat, setelah melayani banyak pelanggan saat jam makan siang tadi.

oOo

Sunyi, senyap, dan tenang, menggambarkan suasana malam ini. Sungguh suasana yang dinanti Surya. Suasana dimana dia dapat mengulang materi kuliah dengan fokus. Tanpa gangguan suara bising, yang dapat memecah konsentrasinya.

"Oh, jadi gini... Gue paham sekarang, kenapa nih kurva bisa melonjak naik gini..." Surya mengetuk-ngetukkan bolpoin ke dagunya. Manik matanya masih terfokus pada buku yang dipegangnya, berusaha mencerna setiap rangkaian kalimat yang tertuang didalamnya.

"Wah... Ini sih sederhana banget alasannya. Kenapa tadi gue gak paham ya? Dasar, Surya bodoh." Surya memukulkan buku yang masih terbuka ke dahinya pelan.

Surya menghempaskan tubuhnya ke kasur, berbaring terlentang dengan kedua tangannya sebagai bantal. Buku yang sadari tadi dipegangnya, kini tergeletak tak berdaya di atas perutnya, masih dengan kondisi terbuka di halaman yang sama. Sedangkan tatapannya, terfokus pada langit-langit ruangan.

Surya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang