27. Usaha

637 34 0
                                    

Setelah menghabiskan beberapa minggu di kampung halaman Surya, kini di sini lah sepasang suami istri itu berada. Di sebuah apartemen yang tidak bisa dikatakan mewah, namun nyaman untuk ditinggali.

Mereka sudah menjalani rutinitas mereka kembali sejak seminggu yang lalu. Seperti saat ini, mereka sedang sarapan bersama. Sesuatu yang wajib dilakukan sebelum berangkat kuliah.

"Cla, nanti kelasnya selesai jam berapa?" Tanya Surya setelah menyelesaikan sarapannya.

"Mungkin jam 01.00 siang sudah selesai, mas... Tapi Cla mau ke rumah temen dulu, mau ngerjain tugas kelompok. Sebenarnya, dikumpulin minggu depan sih... Tapi ya sekarang dicicil, biar bisa santai kerjainnya, nggak dikejar deadline. Mumpung waktu luang juga." Jelas Clara.

Surya mengangguk, "pulang jam berapa nanti? Mau dijemput?"

"Mungkin jam makan malam udah selesai, mas. Nanti jemput Cla di alamat yang Cla kirim! Mas jangan makan malam dulu! Nanti kita makan malam diluar sama-sama."

Surya hanya berdeham, tanda setuju dengan usul Clara. Dia bangkit, mengambil tas dan kunci motornya. Bersiap untuk berangkat kuliah. Tanpa diperintah, Clara mengikutinya. Dia sudah cukup hafal dengan tabiat suaminya yang tidak suka berbasa-basi ini.

Surya dan Clara berjalan menuju tempat motor Surya diparkir. Motor yang dibeli Surya seminggu setelah pernikahan mereka dengan cara mencicil. Surya pikir, akan lebih mudah jika dia memiliki kendaraan pribadi. Mengingat dia sudah tidak lagi hidup sendiri.

Surya menyerahkan helm kepada Clara yang langsung dipakainya. Setelahnya, Surya melajukan motornya menuju gedung fakultas seni. Tempat sang istri menuntut ilmu.

oOo

"Belajar yang rajin Cla! Biar cepat lulus." Surya mengelus kepala Clara sembari mengucapkan nasihat yang selalu diucapkannya setiap mengantar Clara kuliah.

"Iya mas. Mas hati-hati di jalan ya... Jangan terlalu capek!" Ucap Clara sambil mencium tangan Surya. Tanda hormatnya kepada sang suami.

Surya hanya menanggapinya dengan anggukan kecil. Kemudian kembali menjalankan motornya setelah sebelumnya menyempatkan diri untuk mencium kening sang istri. Dia tidak peduli dengan tatapan sekitar. Dia juga tidak peduli jika ada yang menganggapnya mengumbar kemesraan di tempat umum. Selama tidak merugikan orang lain dan membuat Clara bahagia, dia akan tetap melakukannya.

"Duh, udah jam segini aja. Bisa telat nih kalau nggak ngebut." Ucap Surya ketika melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Surya kembali menambah kecepatan motornya. Hingga dia bisa sampai kampus hanya dalam waktu lima menit. Alhasil, dia masih memiliki lima belas menit sebelum kelas dimulai. Segera, dia berlari dari parkiran menuju kelas. Tidak peduli dengan nafas yang memburu atau keringat yang bisa membuatnya bau. Dia terus berlari tanpa mengurangi kecepatannya. Dia tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, dikeluarkan dari kelas hanya karena terlambat tidak sampai dua menit.

"Hah, akhirnya..."

Lega, itulah yang dirasakan Surya saat ini. Bagaimana tidak, perjuangan larinya tidak sia-sia. Dia bisa mencapai kelas lima menit sebelum kelas dimulai. Dan dosen pengajar juga belum datang. Tampaknya keberuntungan berpihak padanya kali ini.

"Kenapa lo lari kayak orang kesetanan gitu? Masih ada lima menit juga?" Tanya Lano.

"Ck, gue gak mau dikeluarin dari kelas lagi. Trauma gue." Jawab Surya.

"Lah, kan sekarang bukan waktunya Pak Ahmad."

"Hah, siapapun dosennya... Gue gak mau telat. Cukup sekali aja. Gue gak mau ambil resiko beasiswa gue dicabut, ya... Huh, ogah banget."

Surya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang