1. Ulangan Dadakan

2.3K 99 11
                                    

Kring... Kring...

Seorang remaja laki-laki terbangun dari tidurnya. Tangannya tergerak mematikan jam weker disebelahnya.

Sekilas, dia melihat jam di dinding. Kemudian beranjak membersihkan tempat tidurnya. Jangan salah, meski dia laki-laki, tapi kamarnya sangat bersih dan rapi.

Setelah tempat tidurnya bersih kembali, dia keluar kamar. Berjalan, menuju kamar mandi dengan handuk yang terkalung di lehernya.

Hanya ada satu kamar mandi di rumah ini, tapi dia tetap bersyukur. Diluar sana, masih banyak yang tidak memiliki kamar mandi dan melakukan kegiatan bersih-bersih di sungai.

Hanya butuh lima menit untuk menyelesaikan kegiatan mandinya. Dan lima belas menit untuk memakai seragam dan menyiapkan keperluan sekolahnya.

Setelahnya, dia memakan sarapan lesehan di lantai bersama keluarganya. Di rumah ini tidak ada yang namanya ruang makan. Mereka terbiasa makan di lantai.

Dengan alas tikar di atas lantai keramik, mereka sekeluarga makan bersama dengan nikmat dalam kesunyian. Karena adab makan yang baik adalah tidak berbicara saat sedang makan.

Oke, sekarang saatnya dia berpamitan kepada kedua orang tuanya dan bergegas pergi ke sekolah.

Dengan mengendarai motornya, dia membelah padatnya jalan raya demi mencapai tempatnya bersekolah. Jarak rumah ke sekolah cukup dekat, sekitar sepuluh kilometer. Hanya butuh lima belas menit untuk sampai di tempat menuntut ilmu itu.

Ketika sampai di sekolah, dia mendorong motornya ke tempat parkir khusus siswa. Mematuhi salah satu peraturan di sekolah ini, yang mengatakan siswa dilarang menaiki motornya dari gerbang menuju tempat parkir. Peraturan ini diterapkan semata-mata hanya untuk mendisiplinkan siswa.

Dia melihat jam tangan, ternyata sudah pukul 06.45. Artinya, bel jam pertama akan berbunyi lima belas menit lagi. Masih ada waktu untuk berjalan ke kelas.

Dia berjalan dengan santainya. Sampai suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Surya."

"Eh, iya pak. Bapak memanggil saya?" Tanyanya sopan seraya mendekat kepada orang yang memanggilnya.

"Iya, saya hanya mau bilang kalau nanti saya tidak bisa mengajar karena ada keperluan. Jadi tolong kamu sampaikan ke teman-temanmu untuk mengerjakan tugas di buku paket halaman 15. Dikerjakan di kertas folio dan dikumpulkan hari ini juga!" Ucap Pak Anton, guru matematikanya.

"Iya pak, nanti akan saya sampaikan." Ujarnya sopan, lalu bergerak menyalimi Pak Anton dan berpamitan untuk pergi ke kelas.

Kaki Surya melangkah kembali, menelusuri lorong-lorong yang sepi, memecah kesunyian dengan suara langkah kaki. Ini sudah biasa terjadi, koridor masih sangat sepi, walau waktu sudah tidak pagi lagi.

Tapi ya sudahlah, apa urusan Surya dengan itu semua? Urusannya di sini hanya untuk menuntut ilmu, bukan mengurusi hal-hal semacam itu.

Tidak terasa Surya sudah sampai di kelasnya, tepatnya kelas XII Mipa 1. Kondisi kelas juga masih sepi, hampir sama seperti suasana di koridor tadi, padahal sepuluh menit lagi bel berbunyi.

Surya tak habis pikir terhadap teman-temannya ini. Mereka suka sekali datang di detik-detik terakhir sebelum bel berbunyi. Jangan tanya kenapa, pasti jawabannya "Biarlah, yang penting kan nggak telat." Surya dibuat geleng-geleng dengan kelakuan teman-teman sekelasnya ini.

Jam pertama dimulai. Pak Leo yang merupakan guru pengajar mata pelajaran Kimia memasuki kelas. Dia datang membawa tumpukan kertas di tangan kiri dan tas berisi laptop di tangan kanan.

Surya (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang