Hari semakin malam, suara jangkrik riuh terdengar, tangan Latisha bergetar karena malam sudah tiba. Gadis itu terus berjalan dengan membawa kayu di tangannya dan flash ponsel yang terus menyala. Entah kenapa Latisha bisa masuk sampai ke hutan seperti ini, sejak siang ia mencari jalan keluar tapi malah semakin masuk ke dalam
Air matanya sudah kering, menyisakan sisa-sisa di pipi. Memikirkan jika saja dirinya tidak bisa kembali lagi ke perkemahan dan menetap di dalam hutan. Dengan susah payah Latisha menelan saliva nya. Duduk di bawah pohon besar dari pada ia semakin kemana-mana, bertemu hewan buas dan tidak ditemukan siapapun. Karena terakhir kali Latisha masuk ke hutan karena melihat adanya panah bertuliskan 'Kayu kering'. Latisha mengikutinya dan sampai disini tapi tidak menemukan kayu kering sama sekali
"Tolong" rintih Latisha dengan air mata yang turun kembali. Latisha phobia dengan gelap seperti ini. Ponselnya yang tidak mendeteksi sinyal dan baterai yang tinggal 20% membuatnya semakin panik
***
"Anak-anak silahkan berkumpul di lapangan. Kita akan memulai game" ucap Pak Anang dengan suara tegas membuat siswa yang berada di dalam tenda langsung berhamburan keluar.
"Pak maaf kita mau melapor" ucap Revi yang datang dengan suara takutnya
"Silahkan" jawab Pak Anang
Revi menghembuskan nafas panjang "Latisha belum kembali sampai malam pak. Dia yang bertugas mencari kayu hari ini. Tapi sampai sekarang belum kembali" ucap gadis berambut sebahu tersebut
Sergio mendelik kaget saat mendengarkan berita tersebut, begitupun Latika yang langsung membelalakkan matanya kaget
"Kenapa kalian baru melapor sekarang?" Tanya Pak Anang dengan suara marah
"Karena kami mengira Latisha akan kembali kalau Maghrib. Ternyata tidak pak" jawab Revi dengan takut.
Sergio berdecak, ia mengingat betul bagaimana Latisha takut dengan gelap, terlebih jika sampai gadis itu masuk ke dalam hutan yang rimbun dan sekarang sudah malam seperti ini "saya akan mencarinya. Karena saya ketua kelas IPA 3" ucap Sergio tegas kemudian berlari kecil kecil tanpa menghiraukan panggilan dari teman-temannya atau dari Pak Anang melalui pengeras suara yang memekikkan telinga
"Yang lainnya disini saja. Jangan sampai kalian ikut hilang juga. Sergio kita cari juga nanti" ucap Pak Anang
"Bu Indah tolong kabari orang tua Latisha. Saya dan beberapa guru yang lain akan masuk ke hutan. Jangan sampai membuat masalah dengan yayasan. Awasi juga semua siswa disini, jangan sampai ada yang masuk ke hutan dengan dalih ikut mencari" sambungnya kepada Bu Indah
"Baik Pak" jawab Bu Indah dengan rasa khawatir tinggi karena yang dikabarkan hilang adalah anak dari pemilik yayasan. Mungkin saja bisa menimbulkan masalah nantinya
Setelah itu Pak Anang dan 5 orang guru laki-laki lainnya masuk ke dalam hutan untuk menyusul Sergio yang sudah berlari lebih dulu entah kemana.
Mauren tersenyum tipis kemudian menatap Latika yang berada di sebelahnya dengan wajah panik
"Udahan aktingnya. Mereka udah pergi" ucap Mauren pelan kepada Latika
"Maksud lo apa?" Tanya Latika dengan suara sinis kemudian menarik Mauren ke belakang tenda
"Gue tau lo pasti seneng kan Latisha hilang dan nggak pernah ketemu, kalau Latisha nggak ketemu, kasih sayang mama papa lo bakal utuh buat lo" ucap Mauren setelah memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan keduanya

KAMU SEDANG MEMBACA
My Flat Boyfriend
JugendliteraturKembar bersaudara harusnya sama, namun ini tidak. Moza Latika Pradipta dan Zoya Latisha Pradipta, memiliki sifat berbanding terbalik, bahkan berlawanan. Tidak pernah sinkron dan tidak pernah akur. Dipertemukan dengan laki-laki yang baik, dengan cara...