(7) Menunggu

454 58 1
                                    

Mobil mini Cooper 3 door warna volcanic orange baru saja terparkir di area parkir SMA Salvator mengalihkan perhatian Sergio yang tengah menunggu Aldi dan Brian yang katanya akan segera datang.

Sergio menatap datar ke arah mini cooper tersebut sampai beberapa waktu si pemilik keluar dari mobilnya. Rambut terurai diberikan sedikit gelombang pada bagian bawahnya, wajah natural khas Amerika - Indonesia yang sedikit ketara dan senyum yang langsung menyambut dunia. Gadis itu adalah Latisha. Yang kemudian menatap Sergio bengis melempar kebencian dan berlalu pergi.

Tidak mau berfikir panjang dan akan mengembalikan ATM Latisha nanti, Sergio duduk diatas kap mobil. Berbagai siswi menatapnya, sesekali menggoda tapi diacuhkan oleh Sergio begitu saja. Sergio tidak pamer wajah disini, tapi menunggu kedua temannya yang tidak pernah waras. Sementara itu Revan malah sibuk menebar senyum kepada siswi yang lewat didepannya, menebar pesonanya meskipun sama sekali tidak mempesona. Tapi jangan salah, meskipun sikapnya gila dan jarang waras, Revan ini termasuk playboy kelas Salmon, bukan lagi kelas kakap. Selama Revan hidup detik ini, mantannya sudah berjumlah 67 orang. Entah darimana Revan mendapatkan mantan sebanyak itu dalam jangka waktu 17 tahun.

Selang 5 menit kemudian, mobil mini cooper berwarna pepper white lewat di depan Sergio kemudian parkir di sebelah mobil cowok itu. Tidak lama, keluar seorang gadis dengan rambut sebahu namun diikat, sepatu Converse setinggi atas mata kaki dan gelang berwarna hitam yang menghiasi tangannya. Aura tomboi benar-benar terlihat jelas. Dia adalah Latika, yang berpenampilan sangat jauh dari Latisha kembarannya. Meskipun wajah western terlihat nyata, tetap saja perbedaannya jauh, tidak seperti pepatah 'pinang dibelah dua'

"Yang satu kayak seleb, yang satu kayak manager nya seleb. Kembar tapi beda kayak Eropa ke Australia" ucap Revan sembari bergeleng kepala saat Latika sudah pergi meninggalkan area parkir

"Di makan sama Latika tau rasa lo" ucap Sergio membuat Revan bergidik merinding. Latika memang tidak sehalus Latisha saat bertutur kata, tidak ada anggun-anggunnya sama sekali dan cenderung ke sifat laki-laki

"Udah lama?" Pertanyaan itu muncul dari belakang Revan dan Sergio. Brian menunjukkan gigi-giginya yang rapi

"Katanya bentar lagi sampai, katanya ini udah sampai perempatan timur sekolah. Sekarang udah 10 menit lewat Brian. Lo muter lewat Turki atau lewat Bangladesh nih?" Tanya Sergio yang mulai kesal karena menunggu lama

"Gapapa lagi Gio. Selagi nunggu, kita bisa liatin cewek-cewek bening lewat" ucap Revan yang disetujui oleh Brian. Jika Revan senang memasang wajah, Sergio sama sekali tidak menyukai hal ini. Ritual tunggu menunggu sangat menyebalkan bagi Sergio

"Butek" jawab Sergio tanpa ekspresi.

Bukan lagi aneh jika Sergio berbicara tanpa ekspresi dan lebih ke arah datar. Sergio bahkan sangat jarang sekali tertawa, tersenyum atau sedih. Ekspresi nya sama semuanya.

Brian hanya mengangkat bahu kemudian duduk di atas kap mobil Sergio sembari menunggu kedatangan Aldi yang entah sekarang berada dimana.

"Sergio" pekik seorang gadis dengan wajah bersinar seperti matahari di siang hari. Jeslin berlari kecil ke arah Sergio dan di ekori oleh Sely dan Oliv. Tiga serangkai yang selalu melabrak perempuan yang terlihat dekat dengan Sergio, terkecuali Latisha.

"Mak lampir" ucap Revan. Meskipun Revan memiliki banyak mantan, tapi Revan tidak menyukai tipikal seperti Jeslin yang mengejar laki-laki padahal selalu diacuhkan.

"Sergio, gue anterin ke kelas yuk" ucap Jeslin

"Gak"

"Gue temenin disini ya"

"Gak usah" jawab Sergio ketus tanpa menatap ke arah Jeslin

"Tapi gue mau kok" ucap Jeslin

"Beresin" suruh Sergio sembari menatap Revan dan Brian bergantian

My Flat BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang