Berlembar-lembar undangan di letakkan di depan Latisha oleh papanya di tengah sarapan. Warna undangan merah muda yang begitu lucu membuat Latisha tersenyum puas. Gadis itu langsung membaca satu persatu kata yang ada di undangan.
Samudra berganti menaruh tiket keberangkatan Latika ke New York dihadapan gadis itu. Senyumnya mengembang tapi paksa.
"Latika, kamu bisa berangkat besok. Itu tiket pulang pergi, 5 hari lagi kamu sudah ada di rumah. Untuk izin kamu di sekolah, sudah papa urus" ucap Samudra
"Siap bos" jawab Latika senang
"Papa Mama makasih ya" ucap Latisha
Caca dan Samudra tersenyum kompak. Bahagia melihat kebahagiaan yang terlihat dari mata anak kembarnya.
"Iya sayang sama-sama. Nanti dress nya mama atur" ucap Caca
"Ma,Pa Latisha berangkat dulu ya" ucap Latisha lalu menyalami kedua orang tuanya dan mencium pipi mereka secara bergantian.
"Hati-hati sayang" ucap Samudra
"Kak Bara, Latika. Latisha duluan ya" pamit Latisha pada kedua saudaranya
"Hati-hati" jawab Bara dan Latika kompak.
Latisha menjawab dengan anggukan kepala. Gadis itu kemudian berlari kecil ke depan, karena Sergio sudah mengiriminya chat jika dirinya sudah datang.
Tangan gadis itu membawa beberapa buku paket, dan paper bag yang berisi undangan untuk teman-temannya. Menghampiri Sergio lalu tersenyum begitu cerah. Sergio membalas senyuman itu tidak kalah tulus.
Sergio membukakan pintu mobilnya, mempersilahkan Latisha untuk masuk. Bahkan cowok itu memasangkan seat belt tanpa di minta. Perubahan yang begitu drastis.
"Sayang, langsung ke sekolah atau muter dulu?" Tanya Sergio
Latisha menyipitkan matanya, menajamkan pendengaran dan memutar momen yang baru saja terjadi. Entah ia salah dengar atau memang Sergio mengatakan 'Sayang' padanya. Tapi Latisha yakin jika pendengarannya masih cukup baik saat ini.
"Sayang" panggil Sergio sembari melambaikan tangan tepat di depan wajah Latisha.
"Langsung sekolah aja" jawab Latisha seusai tersadar dari semua lamunannya.
Sergio mengangguk kemudian menginjak pedal gas nya. Jalanan yang biasa ia lewati saat menjemput Latisha berbulan-bulan yang lalu tetap sama. tidak ada yang berubah. Hanya beberapa tambahan untuk penjual di taman yang tak jauh dari rumah Latisha.
"Temen kamu pinter lo aktingnya" ucap Latisha
"Siapa?"
"Yang nanya"
"Bukan Soy. Maksud aku, siapa yang aktingnya pinter?" Tanya Sergio gemas
"Brian. Dia nelpon aku bilang kamu mau bunuh diri. Pake nafasnya kayak mau habis segala. Emang totalitas ya" ucap Latisha
Sergio meraih tangan Latisha, memegangnya erat lalu mencium punggung tangan itu sekilas membuat Latisha mematung beberapa saat. Untuk pertama kalinya di dunia ini Sergio mencium punggung tangan perempuan selain mama nya.
"Tapi kamu percaya kan akhirnya" ucap Sergio
"Enggak. Revan yang chat aku, makanya aku datang" ucap Latisha
Sergio mengernyitkan dahinya bingung "kok Revan?" Tanya Sergio sembari memberhentikan mobilnya karena di persimpangan jalan ada lampu merah yang baru saja menyala
"Lepasin dulu" ucap Latisha. Sergio langsung melepaskan genggamannya. Kemudian Latisha menunjukkan chat Revan kepada Sergio.
"Ada gunanya juga jadi temen" ucap Sergio lalu mengangguk-angguk
KAMU SEDANG MEMBACA
My Flat Boyfriend
Teen FictionKembar bersaudara harusnya sama, namun ini tidak. Moza Latika Pradipta dan Zoya Latisha Pradipta, memiliki sifat berbanding terbalik, bahkan berlawanan. Tidak pernah sinkron dan tidak pernah akur. Dipertemukan dengan laki-laki yang baik, dengan cara...