(3) Kesal

685 64 2
                                        

Sementara menunggu lift rumahnya terbuka, Latisha berdecak berulang saat suara Sergio terngiang-ngiang di telinganya, dimana cowok itu meminta traktiran sebulan penuh kepada Latisha. Memikirkan uang siapa jika tempat makan yang dipilih Sergio adalah rumah makan berbintang-bintang dan tidak ada ampun di setiap angka harganya.

Ting

Pintu lift terbuka, tidak ada siapapun di dalamnya. Latisha masuk lalu memencet angka 5 dimana kamarnya berada. Menghentak-hentakkan kakinya dengan kasar di dalam lift dan mengucap beberapa sumpah serapah untuk dirinya sendiri.

Pintu lift tidak lama setelah itu terbuka langsung ke lantai lima. Latisha berjalan santai memasuki kamarnya yang di dominasi warna merah muda. Kesialan telah menimpanya saat ini.

"Lihat aja, gue bakal bales lo Sergio. Jangan sebut gue Latisha kalo gue nggak bisa" ucap Latisha sembari melempar tas punggungnya dengan kesal lalu berganti melepas sepatunya dan melemparkannya ke sembarang arah. Latisha benar-benar kesal.

"Latisha" suara Latika terdengar nyaring sampai ke dalam kamar Latisha

"Masuk Ka" ucap Latisha

Pintu dibuka menampilkan Latika dengan kaos hitam polos dan celana jeans selutut. Latika berjalan ke arah Latisha dan menatapnya dengan kesal

"Emang sengaja ya deketin Sergio" ucap Latika dengan kesal

Latisha menyeringai lebar mendengar penuturan saudara kembarnya ini "yang deketin siapa sih Ka. Lo suka sama Sergio? Ambil aja" ucap Latisha sembari bangkit dari duduknya

"Nggak. Gue yakin pasti lo suka sama Sergio Sha makanya cari perhatian. Apa perhatian dari mama papa Kak Bara semuanya belum cukup?" ucap Latika

"LO SUKA KAN SAMA SERGIO?" Tanya Latisha dengan suara meninggi. Ia sudah lelah dituduh oleh Latika yang tidak-tidak. Keirian yang Latika tunjukkan benar-benar terlihat tanpa ditutupi nya

"Enggak. Karena Mauren suka sama Sergio" jawab Latika. Pasalnya Mauren - sahabat Latika sejak SMP menyukai Sergio sejak mereka ada di gugus yang sama saat MOS. Latika tidak menyukai saat Mauren bersedih.

"Mauren. Ya Mauren" ucap Latisha sembari manggut-manggut saja. Ia mengingat Mauren, gadis yang memiliki mental illnes, terkadang marah dan terkadang sedih. Bisa baik dan tiba-tiba bisa jahat "gue udah bilang jangan berteman sama Mauren. Lo yang nggak nganggep. Dia itu perempuan ular Latika" sambung Latisha dengan ketus. Latisha tidak menyukai Mauren, karena dari awal Mauren lebih dulu tidak menyukai Latisha. Alasan cukup klasik, karena semenjak kecil Latika sebenarnya bersikap biasa dan lebih senang bermain dengan Latisha, tapi semenjak berteman dengan Mauren dihasut oleh Mauren dengan alasan Latisha lebih cantik, lebih disayang orang tuanya dan kakaknya, lebih disukai guru. Rasa iri muncul dalam diri Latika sampai pada detik ini.

"Bukan urusan lo gue mau berteman sama siapa. Yang perlu lo tau, jangan deketin Sergio" ucap Latika kemudian berlalu pergi. Menutup pintu dengan keras meninggalkan Latisha yang langsung meluluh di karpet. Menyingkap poni rambut yang berada di depan, memang hari ini Latisha tidak melihat Mauren berada di sekitar Latika. Tapi fakta mengatakan jika Mauren masih berteman baik dengan Latika.

"Makin lama, Latika makin gila" ucap Latisha sembari bangkit dari posisinya dan duduk diatas ranjang kembali.

***

Sergio mendorong pintu kamarnya dengan tekanan sampai terbuka, mengganti pakaiannya tanpa kata dan menaruh seragam kotornya di keranjang baju. Setelah itu Sergio melangkah keluar kamar, duduk di ruang makan bersama dengan Saga dan Pamela yang baru pulang sekolah.

Kebetulan, hari Selasa seperti ini mama nya sedang ada arisan RT. Sergio mengambil dua potong ayam dan sesendok sayuran. Makan dalam diam meskipun Saga dan Pamela sibuk bercengkerama dan sesekali tertawa. Padahal menurut Sergio, sama sekali tidak ada yang menarik dalam percakapan adik dan kakaknya.

My Flat BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang