|• EXTRA PART ~》

200K 13.5K 5K
                                    

~》☆《~
.
.
.
.
.
Baca sampai kata terakhir. Di sana ada beberapa pesan dari saya☺😊
:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Eca menatap Dila dari balik pintu kamar Acha. Ya, sejak seminggu kepergian Acha, Dila tak pernah absen untuk mengunjungi kamar itu.

Eca iri, namun apa yang harus ia perbuat? Eca sadar, ini semua kesalahannya. Perlakuan bodohnya membuatnya harus menanggung semuanya. Berusaha membuat keluarganya tidak memperdulikan Acha, nyatanya justru berbalik kepadanya.

Eca merasakan bagaimana rasanya tidak dilirik, tidak diperdulikan, tidak dianggap, dan dibenci keluarganya.

Air mata Eca jatuh ketika melihat Dila yang berbicara sendiri.

"Halo anak Bunda. Bunda datang, ayo bangun!"

Dila menggoyang-goyangkan guling di atas kasur tempat tidur Acha dulu. Senyum manis teroatri di wajahnya.

Ya, sejak satu minggu itu pula, kejiwaan Dila terganggu. Hampir setiap saat dia akan berbicara sendiri, seperti adanya kehadiran sesosok Acha di sisinya.

Arlan sendiri selalu menyibukkan dirinya di kantor. Ia akan pergi pagi-pagi buta dan pulang paling cepat jam sepuluh malam.

Rian? Dia bahkan kini tinggal di apartementnya. Selama satu munggu ini dia tidak pulang sama sekali.

Arka? Arka tetap tinggal di rumah itu. Bagi Arka, meski pun ia kecewa, ia tidak akan bisa meninggalkan keluarganya dalam keadaan seperti ini.

Arka juga memiliki gangguan mental. Ketika teringat akan Acha, Arka sering menggores jari telunjuknya menggunakan cutter.

Eca? Setiap hari ia harus makan hati. Setiap hari, ia akan selalu mengunjungi kamar Acha dan selaku mendapati Dila di sana.

Tak ada lagi yang peduli kepadanya. Kini, Eca merasakan penyesalan yang teramat dalam. Pertungannya juga sudah batal. Bahkan kini, Cakra tidak mau bertemu dengannya lagi.

"Acha, ayo bangun!!"

Teriakan Dila membuat Eca tersadar dari lamunannya. Ia menatap bundanya yang kini menangis histeris.

"Jangan tinggalin Bunda sayang! Bangun!"

Dila melempar bantal dan selimut di atas kasur itu. Setelahnya, Dila juga mengacak rambutnya kasar. Sedetik kemudian ia menatap takut ke arah sekitarnya.

"Jangan ambil anak saya! Jangan ambil Acha!"

Eca menangis. Dengan ragu ia berjalan menghampiri Dila. "Bunda tenang," katanya berusaha menggapai tubuh Bundanya.

Dila mendongak menatap Eca, ia menatap Eca lembut.

"Sayang sini," ujarnya berubah lembut.

Eca mendekat. Ia tersenyum senang ketika Dila menariknya ke dalam pelukannya.

"Kamu kemana ajah? Bunda nyari kamu tadi. Jangan tinggalin Bunda ya? Bunda sayanh bangat sama Acha."

Lagi-lagi seperti ini, Bundanya hanya menggap Eca sebagai Acha.

Eca menggeleng sambil melepaskan pelukannya, air matanya kembali luruh.
"Aku bukan Acha Bun! Aku Eca!"

Dila langsung menatap tajam Eca, tangannya terangkat menarik kasar rambut Eca.

"Pergi kamu! Kamu pembunuh! Kamu bunuh anak saya! Pergi! Saya benci kamu! Pergi!"

Eca menangis keras. "Eca mohon Bun, akui Eca!"

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang