~》¿♧¿《~
•
VOTE
☆☆☆☆☆
.
.
.
.
.
______________________________________Terlihat 4 orang sedang berbicara serius di ruangan keluarga Breklin.
"Kalian harus lebih perhatian lagi sama Eca. Sekarang penyakitnya udah memasuki stadium dua. Bunda nggak mau penyakit Eca tambah parah," lirih Bunda Dila, namun ucapannya terdengar tegas dan tidak terbantah.
"Bun, kita selalu perhatian sama Eca!" bantah Arka.
"Iya, Bunda tahu. Tapi kali ini kalian harus lebih perhatian pada Eca dibanding Cia."
"Tapi Bun-"
"Ayah juga enggak mau penyakit Eca lebih parah. Cia enggak kayak Eca, dia bisa mandiri. Sedangkan Eca harus diberi perhatian lebih," sergah Ayah Arlan dengan cepat.
"Tapi Arka enggak mau Cia menganggap bahwa kita enggak sayang lagi sama dia," cicit Arka pelan.
"Dia pasti mengerti," bujuk Bunda.
"Baiklah," pasrah Arka.
Sedangkan Rian dari tadi hanya diam menyimak. Itu tidak perlu menurutnya, karena selama ini ia lebih melebihkan perhatiannya kepada Eca dibanding Cia.
"Oke, lusa Cia akan ke Yogyakarta. Dia akan tinggal dengan Opa dan Oma," ucap Arlan.
"Ha?! Ngga-nggak, enggak gitu juga, Yah," bantah Arka.
"Ini demi kebaikan bersama. Kita harus fokus pada pengobatan Eca dulu"
"Enggak, Yah! Cia bakal menganggap bahwa kita mengucilkannya!" bantah Arka lagi.
"Udalah, dek. Benar kata Ayah, kita harus fokus sama pengobatan Eca," sahut Rian.
"Ta-"
"Enggak ada bantahan, Arka!" peringat Arlan.
"Oke, jangan salahkan Cia kalau dia benci kalian!"
"Itu tidak akan terjadi, dia itu peka, dia pasti mengerti," ucap Bunda sambil mengelus jari-jari tangan Arka yang ia genggam.
"Terserah kalian!" Setelah mengucapkan itu, Arka berlalu menuju kamarnya.
Semua diam melihat sikap Arka kali ini. Memang selama ini, Arka tidak pernah bisa pisah dari Cia.
Sedangkan seorang gadis berusia 7 tahun yang mendengar perbincangan tadi tersenyum miris. Dia Cia. Meski belum mengerti sepenuhnya akan semua hal, namun ia mengerti kali ini.
'Apa dengan ini mereka menyelesaikan masalahnya. Kalau iya, aku akan mengalah lagi dan lagi' - batinnya.
Ia berlari menuju kamarnya dan menangis di sana.
Tepat 2 hari setelah kejadian itu, mereka benar-benar membawa Cia ke Yogyakarta. Cia hanya menurut, ia tidak ingin membantah ucapan kedua orang tuanya. Ia akan mengalah demi Eca, adik sekaligus kembarannya.Setelah turun dari pesawat, ia disambut oleh Opa dan Omanya yang telah menunggu kedatangannya.
"Halo, girl!" sapa Opa.
"Opa, Oma, Cia kangen!!" Cia berteriak tiba-tiba dan berlari memeluk Opa dan Omanya. Membuat seorang anak kecil seumur dengannya, yang sedang memakan es cream di sampingnya terlonjak kaget.
"Huaa, Mama! Es cleam Akla jatuh!" Teriakan cowok tersebut membuat Cia menoleh.
Cia kaget, 'apa aku teriak kenceng banget ya??' -pikir Cia.
"Cia, jangan teriak-teriak sayang," peringat Oma. Cia hanya menyengir memperlihatkan gigi putihnya yang tertata rapi. Cia lalu berjalan menuju anak cowok tersebut.
"Hai, maaf tadi enggak sengaja," cicitnya. Mendengar seseorang menyapanya, anak tersebut menoleh.
'Cantik' -pikirnya sambil senyum-senyum.
"Hei, aku ngomong sama kamu loh," tegur Cia. Tidak mendapat respon Cia kembali bersuara.
"Aku ngomong sama kamu!" teriak Cia.
"Ha!" kaget aanak tersebut, "enggak apa-apa kok," ucapnya masih dengan senyum manisnya.
"Kamu gila?" Cia bertanya polos membuat siapa saja yang melihatnya menjadi gemas.
"Ih, Akla nggak gila loh," elak cowok itu, "oh iya, nama kamu siapa?" tanyanya lagi.
"Nama aku, Cia," ucap Cia menyodorkan tangannya.
"Nama aku, Akla," balas cowok bernama 'Akra' itu dan membalas sodoran tangan Cia.
Cia hanya mangut-mangut.
"Kamu mau kemana?"
"Cia mau ke rumah Opa dan Oma."
"Ooh, Akla boleh nitip ini enggak?" ucap Akra sambil menyodorkan sebuah liontin.
"Eh, ini apa?"
"Akla titip di kamu, ya?"
"Terus?" bingung Cia.
"Akla akan ambil kalau kita ketemu lagi, kalau enggak, itu buat kamu aja."
"Tapi kita-"
"Sayang, ayo, Papa udah nunggu dari tadi loh," sahut wanita cantik dari arah belakang Akra.
"Aku pelgi dulu Cia. Jaga dili baik-baik ya, semoga kita ketemu lagi. Dadah!" pamit Akra. Cia hanya melambaikan tangannya hingga ia tak melihat punggung Akla lagi.
Yang ia ketahui nama cowok itu 'Akla' atau 'Akra'? Ah, pokoknya cowok itu cadel ngomong huruf 'R'.
﹋﹋﹋﹋
Acha melalui hari-harinya bersama Opa dan Omanya. Sedang Eca dinyatakan mulai membaik, tapi keluarganya belum juga berniat membawa Cia kembali.
Cia tak ambil pusing. Ia bahagia di sana, ia selalu diprioritaskan di sana. Di sekolah, Cia selalu menjadi idola. Baik guru maupun siswa, memiliki kecerdasan di atas teman sebayanya, membuat ia selalu meraih banyak penghargaan. Memiliki paras cantik, membuatnya diidolakan oleh kaum adam dan memiliki sifat ramah dan lembut membuatnya disukai semua warga sekolah dan masyarakat setempat.
Semua itu Cia dapatkan dengan tekad kuat, ia ingin membanggakan keluarganya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
*Baca:
Ada banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Jangan mengambil keputusan saat sedang marah ataupun panik. Karena kemungkinan besar itu bisa membawa bencana.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~VOTE☆ AND COMEN💬:)!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]
Narrativa generaleVersi Cetak ACHA sudah bisa kalian pesan di toko buku online yang sudah bekerja sama dengan pihak penerbit. Kalian juga bisa menekan link di bio untuk memesan♡ PRE ORDER [25-11-2021]-[08-12-2021] 》Terbit di @Cloudbookspublishing REVISI!! SANGAT BAN...