|♧ 34• Diary Acha II ~》

102K 10.7K 1.3K
                                    

~》☆《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
💬💬💬💬💬

_________________________________________

Dua hari dirawat, Acha terus mendesak dokter untuk memberinya izin untuk pulang. Dengan sangat terpaksa dr. Robert dan dr. Yuli mengizinkannya pulang. Tapi, dengan syarat Acha rajin meminum obat serta rutin untuk check-up.

Plak!

Kepala Acha tertoleh ke samping kanan. Ringisan terdengar dari bibirnya, tangannya terangkat memegang pipi sebelah kirinya. Ia menoleh menatap sang pelaku yang menamparnya, oraang yang tak lain adalah Ayahnya sendiri. Sedangkan Arlan, ia menatap tangannya yang dengan lancang terangkat mengenai pipi putrinya. Arlan mendongak menatap Acha yang kini terkekeh miris ke arahnya.


"A-Ayah, Ayah nggak ... Ayah nggak ber--."

"Nggak bermaksud?" potong Acha cepat.

"Ayah--"

"Basi, Yah!" Setelah mengatakan itu, Acha langsung berlari menuju kamarnya berada, meninggalkan Arlan yang kini diselimuti penyesalannya, Dila yang hanya terdiam, dan Eca dengan raut wajah kagetnya.

Sedangkan Acha langsung menangis histeris di dalam kamarnya. Kata Arlan tidak bermaksud? Kini di tangannya ada sebuah buku yang mulai usang dan juga polpen. Acha mulai menuliskan isi hatinya di sana.


Dear Diary

Acha kecewa.
Kemarin, Acha masih bersyukur karena Ayah nggak ngelakuin kekerasan fisik sama Acha.
Tapi sekarang??

Lucu, ya?
Sekarang orang yang pertama nyakitin Acha adalah pahlawan Acha.
Orang yang Acha tahu, akan ngelindungin Acha malah nyakitin Acha.
Orang yang Acha tahu, akan selalu ngejaga Acha, kini jadi orang pertama yang lukain Acha.
Orang yang Acha percaya kini rusak kepercayaan itu.

Sakit Yah!
Sakit!!
Bukan pipi Acha.
Tapi, hati Acha.
Cinta pertama Acha kini pergi entah kemana.
Sandaran Acha udah hilang.
Pahlawan Acha kini melupakan kewajibannya.

Acha mohon.
Cepat sadar.
Acha juga butuh kalian.
Bukan cuma Eca!

~Anastachya Friska.

_______________

Dear Diary

Acha benar-benar kecewa.
Sama Bunda.
Acha kira, Bunda masih mau belain Acha.
Acha kira, Bunda akan marahin Ayah karena udah nampar anak gadis Bunda.
Acha kira ....

Acha kecewa.
Sangat!
Kepercayaan Acha benar-benar hancur.
Acha butuh Bunda.
Tahu nggak Bun?
Acha punya penyakit.
Dan Acha nggak mau, kalau sampai Acha pergi sebelum bisa meluk Bunda lagi.
Acha kangen Bun.
Gini, ya, rasanya?

Ternyata nggak cukup sebelas tahun yang lalu kalian ngucilin Acha.
Nyatanya, sekarang masih berlanjut.
Dan entah sampai kapan.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang