|♧ 14• MARIN ~》

105K 11.6K 368
                                    

~》¿♧¿☆¿♧¿《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
💬💬💬💬💬

_________________________________________

VOTE☆ sebelum baca😊👐
.
.
.
.
.

"Kamu!?"

Pikiran keduanya melayang entah kemana. Keduanya sangat syok. Meski ini sudah menjadi resiko bagi Acha tapi ini di luar nalar pikirnya. 'Harus satu kelas gitu?'- pikirnya.

Salahkan dirinya yang tidak bertanya terlebih dahulu pada pamannya. Lah ini, tahu-tahu udah satu kelas aja. Bisa rempong urusannya.

"Ka ... kamu anak baru itu?" tanya Eca tergagap.

Ya, Eca akui wajah mereka enggak mirip-mirip amat lah. Tapi, namanya juga kembar, pasti ada ikatan batinnya. Lagi pula sama halnya dengan Arka, Eca juga melihat tanda lahir Cia atau Acha di sana, di dekat siku tangan kanan Cia.

Acha berekspresi datar. Keacuhannya kini muncul. "Hm."

"Kamu Cia kan?" Pertanyaan itu Eca lontarkan dengan hati-hati. Ia tidak mau menanggung malu karena salah orang.

"Hm."

Mendengar itu membuat kedua bola mata Eca berbinar. Dengan gerakan cepat, ia menghampiri Cia dan langsung memeluknya membuat Serli yang sedang memerhatikan keduanya hampir terjungkal ke samping kalau saja tidak bertumpu pada meja.

"Bangsat!"

"Hiks hiks hiks, Eca kangen. Kenapa Cia ninggalin Eca?"

Cia yang mendapat serangan mendadak itu menjadi kaku sendiri. Pelukan ini yang ia rindukan. Tapi mendengar perkataan terakhir Eca membuat egonya menang. 'Lo yang buat gue pergi, bego'- umpatnya dalam hati.

Acha ya tetap Acha. Gadis keras kepala.
"Cengeng. Nggak usah nangis deh."
Tak habis pikir. Bertahun-tahun namun kecengengan Eca tetap ada.

"Ish, Cia nyebelin. Eca kan kangen," ujar Eca melepas pelukannya lalu kedua tangannya beralih mengusap kedua sisi pipinya yang basah.

"Udah sana, bentar lagi bel."

Dengan kesal Eca kembali ke tempat duduknya sambil menghentakkan kakinya. Belum sempat Serli menyemburkan kalimat penasarannya, bel masuk berbunyi, membuatnya memberenggut kesal. Tak lama seorang guru cantik memasuki kelas mereka.

"Selamat pagi."

"Pagi Bu."

"Mm, di sini katanya ada anak baru?"

Merasa diperhatikan Acha mendongak dan menatap sekelilingnya. Semua penghuni kelas menatapnya seolah menjadi tersangka pencurian. Tatapan Acha jatuh pada guru muda di depannya. Yang Ia lihat, guru itu melebarkan matanya terkejut.
"Acha?! Kamu ngapain di sini?"

Acha memutar bola matanya jengah sambil melirik orang-orang yang ada di sekitarnya. Sadar akan hal itu, guru muda tersebut langsung tersenyum kikuk pada murid-muridnya.
"Eh, maaf. Tadi Ibu refleks."

Acha terkikik geli melihat ekspresi guru itu. Seandainya ini bukan di kelas sudah dipastikan Ia akan tertawa keras. Sedangkan murid yang lain melongo melihat sifat Marin yang berubah drastis.

"Acha, maju ke depan."

Dengan sigap Acha berdiri dan berjalan santai menuju depan. Melihat itu membuat kening Eca berkerut bingung. 'Kan yang di panggil atas nama Acha kenapa Cia yang maju?'- pikirnya.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang