|♧ 38• Diary dan Surat u/ Akla ✅

105K 11.8K 1K
                                        

Sebelumnya, makasih buat yang udah dukung cerita ini. Mulai dari awal sampe sekarang. Yang udah vote, komen, follow, dan yang mungkin udah nambahin cerita ini ke daftar bacaan kalian atau udah bagikan cerita ini, pokoknya makasih banget.🙏

Maaf kalau ada yang nggak sesuai sama ekspektasi kalian. Kalau menurut kalian banyak typo, feelnya nggak dapat banget, dan alurnya nggak jelas. Maaf banget.🙏

.
.
.
.
.
_________________________________________

PLAK!

Tubuh Acha terhuyung dan terjatuh ke lantai, saking kuatnya tamparan yang mengenai pipi kirinya. Naasnya, pelipis kanannya terbentur ke sudut meja. Darah segar mengalir di sana dan area sekitar pelipisnya itu langsung lebam.

Cakra terdiam. Apa ia baru saja menampar seorang perempuan? Apa ia baru saja menyakiti perempuan? Rasa kasihan muncul dalam dirinya ketika melihat Acha seperti itu. Entah kenapa, ia khawatir, hatinya menyuruhnya untuk menghampiri Acha.

Niat itu terkubur dalam-dalam. Kali ini egonya berkuasa. Tanpa rasa kasihan, Cakra justru terkekeh.

"Itu balasan karena lo udah nyakitin Cia."

Air mata Acha turun begitu saja. 'Jadi benar? Kamu udah anggap dia Cia?' batinnya.

Acha bangkit dari duduknya. "Dia bukan Cia!"

"Lo jangan ngada-ngada. Jelas-jelas dia Cia," tunjuk Cakra pada Eca yang hanya diam memerhatikan mereka berdua. Oh tidak, sekarang Eca sedang menatap sinis ke Acha tanpa sepengetahuan Cakra.

"Nggak! Dia bukan Cia!!"

Mendengar teriakan Acha membuat Cakra kembali terkeleh. "Dia Cia, buktinya dia bisa memakai gelang yang waktu itu gue kasih ke dia."

Acha menggeleng kuat. "DIA BUKAN CIA! GUE CIA! BUKAN DIA!"

"LO JANGAN BUAT KEBOHONGAN DI SINI! GUE BENCI PEMBOHONG!!"

Eca tersentak kaget. Kata-kata Cakra tergiang di kepalanya.

"Gue nggak bohong. Gue Cia, bukan dia! Gue sayang sama lo!"

"Astaga Acha, kamu jangan gitu. Kamu tahu 'kan? Aku ini Cia. Kenapa kamu bilang gitu? Apa karena kamu iri sama aku?" kata Eca tidak percaya, yang tentunya hanya sebuah akting.

Acha menatap sinis kembarannya. "Akting lo bagus juga polos. Permainan lo childis. Lo itu iblis yang menjelma jadi gadis sok kepolosan. Lo itu pencuri! Lo itu perebut. Lo itu--"

Plak!

Tamparan itu lagi. Masih pipi kiri Acha yang menjadi objek Cakra kali ini. Tubuh Acha tidak lagi terjatuh, hanya saja kepalanya yang tertoleh ke kanan.

Seorang laki-laki langsung memeluk tubuh Acha dari belakang.

"Lo kuat! Gue tahu itu Cha!"

Acha mengenal suara itu. Acha tersenyum tipis dan berbalik ke belakang dan langsung memeluk laki-laki itu. "Kenapa lo baru datang?"

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang