|♧ 23• MAU BUNUH ECA!? ~》

98.3K 11.3K 760
                                    

~》¿♧¿☆¿♧¿《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
💬💬💬💬💬

_________________________________________
VOTE☆ sebelum baca😊👐
.
.
.
.
.

Sejuknya angin malam, membuat Acha memeluk dirinya sendiri. Kini ia duduk di bangku balkon, tepatnya di apartnya. Ya, renovasi kamar barunya di kediaman keluarga Breklin belum juga selesai. Jadi, dari pada harus tidur di kamar lama kembarannya itu, ia lebih memilih tinggal di apartnya.

Sesaat, terdengar rintihan dari arah balkom di sebrangnya. Ia menoleh dan mendapati seorang pemuda yang kini sedang mengobati lukanya sendiri.

"Itu ... Cakra?" gumannya pelan. Matanya menatap intens pemuda itu, dan yah, itu Cakra.

"Ssttt," Cakra menoleh dan mendapati Acha yang baru saja bersuara. Alisnya terangkat menunggu Acha melanjutkan ucapannya.

"Mau dibantu?" tawar Acha.

"Mm, boleh?"

Acha mengangguk, lalu ia berjalan keluar apartnya dan berhenti tepat di depa Cakra yang kini berdiri di pintu apartnya. Acha masuk lebih dalam mengikuti Cakra yang terus meringis menahan sakit. Mereka berhenti di balkon. Langsung saja Acha mengambil kotak P3K yang berada di meja. Mengeluarkan beberapa obat yang sekiranya diperlukan. Ia berdiri di depan Cakra, mulai membuka tempat alkohol dan menuangkannya sedikit ke kapas di tangannya.

"Sshhh," Cakra meringis tertahan ketika Acha mulai menempelkan kapas itu di siku tangan kanannya.

"Ini kenapa?" tanya Acha tanpa mengalihkan pandangannya. Cakra menoleh menatap wajah Acha lekat.

"Jatuh dari motor."

"Kok bisa."

"Ya, karena bisalah."

"Serius ih," kesal Acha lalu dengan sengaja menekan kuat luka itu.

"Aakkhh... Pelan napa?!" teriak Cakra refleks.

"Lonya ngeselin!" tajam Acha dan kembali fokus mengobati luka Cakra.

"Nggak niat?"

"Nggak!!"

"Eh," Cakra terjengkit kaget. Sedetik kemudian ia menarik tangannya.

"Ya sudah. Nggak usah!"

"Ellah, baperan lu dugong," Acha menarik kembali tangan Cakra lalu mengobatinya.

Setelah membersihkan dan memberi obat merah dan plester obat di setiap luka Cakra yang berada di kedua siku dan lututnya, Acha kembali mengemas obat-obatan itu.

"Selesai!" Acha menatap bangga karyanya.

Sementara Cakra mendengus kesal menatap siku dan lututnya. Lalu ia beralih menatap Acha tajam. Bagaimana tidak? Plester obat yang digunakan Acha memiliki corak hellokitty dan juga berbie. Mau menyalahkan Acha, yah, gimana? Salahkan bundanya yang membelinya dengan corak aneh itu.

Acha tertawa kecil melihat ekspresi Cakra. "Ha ha. Jadi tambah cantik deh. Ups!" ucap Acha pura-pura keceplosan.

"Sialan lo!"

"Ha ha."

Seakan terhipnotis, Cakra turut mengembangkan senyumnya, tipis, sangat tipis.

*****

Acha keluar dari kamar mandi dengan pakaian santai dan wajah yang lebih fress. Jangan lupakan tangannya yang sibuk mengusap lembut rambut panjangnya dengan handuk kecil. Hari ini, sekolahannya di liburkan karena ada rapat guru.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang