|♧ 42• AYAH ANAK ITU ~》

107K 11.3K 1.3K
                                        

~》☆《~
.
.
.
.
.
_________________________________________

Hampir tujuh bulan setelah pernyataan tentang kehamilan Acha. Selama itu pula Bara tinggal bersama Acha di kediaman Breklin. Jangan lupakan tatapan sinis yang setiap hari mereka dapatkan. Untung saja keduanya adalah orang yang tidak terlalu peduli dengan hala-hal seperti itu.

Selama hampir tujuh bulan itu juga, Acha terus ngidam yang aneh-aneh. Pengen makan ini makan itu, pengen lakuin ini lakuin itu. Pokoknya serba aneh. Namun beruntungnya, seluruh permintaan Acha terpenuhi.

Devano selalu meluangkan waktunya demi Acha. Setiap Acha pengen itu selalu ia kabulkan. Walaupun sudah tengah malam, Devano tetao berusaha untuk memenuhi kebutuhan Acha.

Devano-lah yang menemani Acha selama ini. Bagi Devano, Acha merupakan seseorang yang sangat istimewa. Acha oerempuan yang Devano cintai setelah Santi.

Tidak terhindar dari rasa sakit yang setiap kali menghampiri Devano ketika harus kembali menyadari tentang kehamilan Acha. Rasa sakit.

Acha juga sudah mengundurkan diri dari sekolah.

Saat ini, Acha berada di rumah Devano, tepatnya di kamar Devano. Di tangannya ada sebuah note.

"Acha, jangan ambil note it___."

Perkataan Devano terhenti ketika mendapati sebuah note di tangan Acha, matanya membulat sempurna. Devano berjalan menghampiri Acha sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Acha mendongak. "Lo, suka sama gue?"

Devano tersenyum kikuk. "Itu-itu Cha. Mmm___."

"Jujur ajah."

Devano mengangguk lesu dengan senyum miris di wajahnya. "Iya, gue suka sama lo."

"Sejak kapan?"

"Sejak pertama lo pindah dan ketemu sama gue."

"Selama itu?"

"Iya."

"Kenapa lo ngak bilang?"

"Gue takut lo ngak suka sama gue. Dan benar, di hati cuma ada Cakra."

Acha memilin jarinya. "Maaf."

"Bukan salah lo," ucap Devano dengan senyum manisnya.

Acha ikut tersenyum, ia menatap Devano lekat. "Van, gue pengen peluk Akla."

Devano merutuki kebodohannya. Kenapa harus nyebut si Cakra sih? "Peluk gue ajah ya?"

"Pengen peluk Akla!"

"Ta___."

"Ya ya ya?"

Devano menghela napas kasar. Dengan ragu Devano mengangguk.

*****

Sekarang Acha dan Devano sudah sampai di sebuah taman. Sebelumnya, Devano sudah menghubungi Cakra agar ingin bertemu. Cakra setuju-setuju saja.

Acha dan Devano berjalan dengan bergandeng tangan. Salah satu tangan Acha mengelus perut buncitnya.

Mata Acha berbinar mendapati Cakra yang sedang duduk sendiri di bangku taman. Acha berjalan cepat dan menarik tangan Devano. Sedangkan Devano hanya menatap miris Acha. 'Sabar Van.'- lirihnya dalam hati.

"Akla."

Cakra berbalik menatao Acha. "Apa lo bilang?"

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang