~》¿♧¿☆¿♧¿《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
❤
______________________________________
Video perkenalan Acha❤❤
Terhitung 9 tahun kejadian itu berlalu, namun Acha tetap saja memikirkan semua itu. Ia seperti dikucilkan, tak dianggap, dan tak diharapkan. Acha tidak mau egois, tapi apa bisa seseorang bertahan ketika dijauhkan dari keluarganya hanya dengan alasan itu? Sudalah.
Pikiran Acha kini melayang pada kejadian di bandara. Cowok pemberi liontin yang Acha tahu bernama Akra. Cowok cadel yang menurut Acha cengeng, namun pada saat itu pula Acha mulai menyukai Akra. Meski tak bersama, namun melihat liontin pemberiannya saja membuat Acha senyum-senyum sendiri.
Senyumnya pudar saat ia melihat sebuah keluarga yang terlihat bahagia di seberang sana. Tertawa bersama tanpa beban. Acha iri! Ia juga ingin seperti itu. Terus memerhatikan keluarga bahagia itu membuat air matanya lolos begitu saja. Dengan cepat ia menghapusnya.
"Cha, lo ngak papah?" tanya Seren, gadis yang menjadi muridnya saat ini. Sekarang mereka berada di sebuah cafe ternama di Yogyakarta. Seren asli orang Jawa.
Selama memasuki bangku SMA Acha juga sering menjadi tutor pribadi berbagai murid salah satunya Seren.
"Enggak apa-apa" jawab Acha dengan senyum paksa.
♨♨♨
Sepulang mengajar menjadi tutor, Acha langsung pulang ke kediaman Opa dan Omanya."Acha pulang!"
"Acha, jangan teriak-teriak sayang," tegur Oma yang berjalan dari arah dapur. Meski sudah berusia lanjut, wajahnya tetap memancarkan aura kecantikan alaminya.
Acha yang ditegur hanya cengar-cengir tidak jelas. "Sorry, Oma."
"Iya-iya, sekarang ke kamar, bersih-bersih, terus turun makan malam."
"Iya, Omaku sayang," ucap Acha lalu mengecup singkat pipi Oma Resty.
.
.
.Setelah acara makan malam, Acha kembali ke kamar. Ia duduk di kursi balkon kamarnya sambil memangku gitar.
Suara merdu diiringi lantunan nada indah beralun mengiri sejuknya malam. Acha menyanyikan lagu 'Bad Liar'.

Keesokan harinya, Acha bangun tepat pukul enam pagi. Ia berjalan menuju kamar mandi menjalankan ritual mandinya. Setelah itu ia bersiap-siap menuju sekolah, lalu ia menuju meja makan yang sudah ada Opa dan Oma.
"Good pagi, All," sapa Acha lalu duduk di kursi kebanggaannya.
"Pagi, sayang," sahut Opa dan Oma."Masih jadi tutor, Cha?" tanya Opa.
"Masih, Opa."
Opa hanya mangut-mangut menanggapi ucapan Acha.
"Jangan lupa, pulang sekolah kita ke cafe."
"Iya, Opa."
"Acha udah selesai, Acha berangkat dulu ya," pamit Acha lalu mencium pipi keduanya.
Acha berjalan menuju garasi dan memasuki sebuah mobil putih di sana. Ia melajukan mobilnya menuju sekolahnya. Sampai di sekolah.
"Pagi, Acha," sapa seorang siswi.
"Pagi."
"Hai, Cha!"
"Hai!"
Acha terus membalas sapaan para penghuni sekolah dengan sapaan balik maupun hanya dengan senyum manisnya.
Acha memasuki kelasnya dan duduk di bangku pojok. Ia menelungkupkan kepalanya di meja lalu terlelap. Selang beberapa menit bel masuk berbunyi, seorang guru masuk ke kelas. Ia melihat Acha tiduran hanya menghela napasnya. Tapi tak ada niat sedikit pun untuk membangunkannya karena ia tahu, sebelum pelajaran dimulai Acha terlebih dahulu mengetahui materinya. Huft, pengalaman.
Sekitar 4 jam kemudian, bunyi bel istirahat berbunyi.
Kring Kring Kring
Acha terusik dari tidurnya mendengar gusrak-gusruk siswa yang berniat keluar kelas. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Setelah mendapatkan kesadaran penuh, ia berjalan menyusuri koridor menuju kantin.
Acha duduk di bangku paling pojok. Tanpa memesan, seorang pelayan kantin datang membawakannya nasi goreng kesukaannya. Ia pastikan ini pasti kerjaan Opanya.
Brata atau Opa, memang selalu menjaga pola makan Acha. Nanti sakitlah, kurang gizilah, dan.. masih banyak lagi. Sedang asyiknya makan, seseorang datang mengganggu aktivitasnya.
"Halo, Cha!" sapa orang tersebut.
Acha hanya menoleh lalu melanjutkan makannya kembali, tanpa berniat menjawab.
"Ya elah Cha, balas napa sapaan gue," cibir orang itu.
"Saudara Devano terhormat, bisa nggak? Nggak usah ganggu!" ucap Acha menatap sinis Devano.
"Sama sahabat gitu amat, mbaknya," ucap Devano.
"Memang lo sahabat gue?"
"Dasar kutil anoa," guman Devano yang masih didengar Acha.
"Apa lo bilang?!" teriak Acha.
"Eh setan!" umpat Devano,
"nggak kok, nggak," cengirnya."Yayang Ano," panggil seorang cewek yang berjalan menghampiri mereka berdua. Membuat keduanya menoleh ke sumber suara.
"Tuh Dev, cewek lo datang."
"Sekate-kate lo. Gue kagak mau ya sama nenek lampir," bantah Devano.
"Eh ada Acha. Hai, Acha!" sapa cewek itu.
"Hai, Bela!"
"Yayang Ano kok nggak ajak Bela sih?" kesal Bela merajuk.
"Jijik, Bel," sahut Devano.
"Yayang Ano kok gitu sama aku?" ucap Bela dengan mata berkaca-kaca. Bela merupakan gadis polos, imut, dan lucu yang menyukai Devano sejak kelas 10.
"Eh jangan nangis, nanti gue beli in es cream deh," tawar Devano.
"Benar?" tanya Bela dengan mata berbinar.
"Iya-iya," ketus Devano.
"Unch, makin sayang."
"Gue cabut ye, malas jadi obat nyamuk gue. Bye, Bela!" pamit Acha.
"Dadah, Acha!" balas Bela sambil melambaikan tangannya.
"Lo ngapain masih di sini?" sinis Devano.
"Aku kan nunggu kamu," polos Bela.
"Gue nggak pernah dan nggak akan pernah suruh lo nunggu gue," ketus Devano lalu meninggalkan Bela yang sudah berlinang air mata.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
*Baca:
Senyum pembungkus tangis. Yang dapat di artikan bahwa orang itu memaksakan sebuah senyum untuk menutup atau tidak memperlihatkan kesedihannya.
(Maaf kalau salah)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~VOTE☆ AND COMENT💬❤:)!!
Hola sahabat🙌
Part ini juga udah direvisi yah😊MAAF BANYAK TYPO🙏😥
Revisi lagi😥
KAMU SEDANG MEMBACA
ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]
Ficción GeneralVersi Cetak ACHA sudah bisa kalian pesan di toko buku online yang sudah bekerja sama dengan pihak penerbit. Kalian juga bisa menekan link di bio untuk memesan♡ PRE ORDER [25-11-2021]-[08-12-2021] 》Terbit di @Cloudbookspublishing REVISI!! SANGAT BAN...