|♧ 32• ACHA TIDAK PUNYA HARGA DIRI!? ~》

102K 11.3K 646
                                        

~》☆《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
💬💬💬💬💬

_________________________________________


.
.
.
.
.

"Loh Rigel? Kok lo ada di sini?"

Rigel menoleh dan mendapati Arka di sana. Ia menatap datar Arka. "Urusan lo?"

Arka mengerutkan keningnya bingung. "Mm, nggak sih." Arka menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. Arka juga bingung mengapa sifat sepupunya itu tiba-tiba berubah.

Rigel beranjak dari sana meninggalkan Arka yang bertambah bingung. Seakan tidak peduli Arka berjalan memasuki ruangan UGD. Marin yang berada di depan bilik Acha terbelalak kaget melihat Arka memasuki ruang UGD. Ia langsung bersembunyi di balik tirai.


Ketika melihat Arka yang memasuki salah satu bilik yang tepat berada di samping bilik Acha, Marin menjadi bingung. Dengan penasaran Marin sedikit mengintip di balik celah di sana. Di dalam ada Eca, Rian, Arka, Arkan, dan Dila yang sedang menjaga... Eca??

Lalu Acha? Apa mereka tidak tahu bahwa Acha juga sakit? Dan apa mereka tidak tahu bahwa Opa dan Oma Acha dan mereka juga sudah pergi? Atau ...? Sudalah.

Marin berbalik dan memasuki bilik Acha.
"Cha," panggilnya ketika menyadari bahwa Acha sudah sadar.

"Rin," lirih Acha dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Yang sabar."

"Gue pengen liat mereka."

"Ayo!"

Marin membantu Acha untuk berdiri dan duduk di kursi roda yang telah disediakan di sana. Dengan terpaksa Acha harus menggunakan kursi roda itu karena fisiknya yang masih lemah.

"Bara mana?"

"Dia tadi pamit ke taman," balas Marin membuat Acha manggut-manggut.

Ketika melewati bilik Eca, Marin sengaja mempercepat langkahnya. Acha yang hanya duduk di kursi roda dan hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong, terkesiap ketika mendengar suara orang yang Ia kenal.

"Haha, anak Ayah emang cantik banget."

Itu! Itu suara Arlan!

Marin menghela napas kasar ketika Acha menahannya untuk berhenti mendorong kursi roda itu lagi. Acha mengambil ahli dan mendekatkan kursinya ke celah bilik yang terbuka sedikit.

Di sana, di dalam sana ... keluarganya berkumpul tanpa dirinya. Acha meneteskan air matanya. Mereka tertawa tanpa dirinya. Ternyata benar, sekarang ia sangat susah untuk berada di tengah-tengah mereka lagi.

Bukan hanya itu, Acha sangat menyayangkan mereka yang masih bisa tertawa lepas ketika Opa dan Omanya neninggal. Bahkan tidak ada raut wajah sedih di sana. Oh, Acha lupa! Mereka sepertinya belum mengetahui itu.

Acha tersenyum misterius menatap kelima orang yang ada di sana. 'Tunggu waktunya!!- batinnya.

Acha memberi kode kepada Marin agar mengambil alih kursi roda itu lagi. Dengan senang hati Marin menerimanya dan kembali mendorongnya. Air mata Acha kembali luruh ketika sampai di depan ruang ICU. Masih ada Paman Riel dan istrinya, Laurent, dan juga Rigek di sana.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang