|♧ 7• PANTI~》

137K 14.1K 208
                                    


*****

~》¿♧¿☆¿♧¿《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆

______________________________________

Sampai di rumah Acha menghempaskan tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. Ia kembali teringat kejadian saat di restoran tadi. Ingin rasanya ia ikut andil dalam kebahagiaan itu. Namun, keinginan itu ia kubur dalam-dalam. Bukannya ia tidak mau, tapi itu hal yang tidak mungkin.

Satu hal yang membuatnya bertambah kecewa. Ia bisa melihat bahwa keadaan Eca sudah lebih baik dari sebelumnya, tapi keluarganya tidak juga berniat untuk menjemputnya. Bahkan untuk menghubunginya saja tidak pernah. Tapi lagi-lagi Acha kembali meyakinkan dirinya bahwa itu mungkin karena mereka ingin Eca sembuh 100%, sesudah itu mereka akan menjemputnya. Ya, seperti itu ... semoga.

"Cha?"

Tok tok tok

"Makan malam dulu Cha."

Suara Marin dari balik pintu kamarnya membuyarkan lamunannya. Makan malam? Acha menolehkan kepalanya ke arah cendela. Bahkan, ia tidak sadar bahwa matahari kini sudah tergantikan oleh bulan dan ribuan bintang di angkasa sana. Acha bangun dari kasurnya dan berjalan sempoyongan menuju pintu.

Ceklek

"Makan dulu Cha," ajak Marin. Ya, mulai hari ini Marin akan mulai tinggal di rumah Acha. Itu semua atas suruhan Opa Brata.

Acha mengangguk menjawab ajakan Marin. Mereka berdua berjalan beriringan menuju lantai bawah tepatnya ke meja makan. Di sana sudah ada Bi Ratna dan juga Pak Sarman, seperti biasanya mereka akan selalu makan bersama.

Sesudah makan Acha pamit, ia berjalan menuju sebuah ruangan di sebelah kamarnya. Baru melihatnya saja sudah terpampang jelas bahwa itu ruang musik. Di ruangan itu terisi oleh berbagai macam alat musik. Seperti biola, piano, gitar, alat musik band, dan lain-lain.

Acha duduk disebuah kursi. Kini di depannya ada sebuah piano. Ia mulai membuka penutupnya, menatapnya sebentar, lalu tangannya mulai menari-nari menekan setiap tuts piano menghasilkan alunan melody yang indah. Tak hanya itu, Acha juga mulai bernyanyi mengikuti irama permainan tangannya.

Lagu yang dinyanyikan Acha berjudul 'Ayah'. Acha terus bernyanyi dengan suaranya yang mulai serak, namun ia tetap tidak menangis, dia tidak ingin terlihat lemah. Menurutnya, lagu itu tidak hanya ia tujuhkan untuk ayahnya saat ini tapi kepada semua keluarganya yang tega mengucilkannya sedari kecil.

Acha mengakhiri lagunya, seketika bunyi tepukan tangan terdengan dengan jelas dipendengarannya. Acha lalu menoleh ke arah pintu, di sana berdiri tiga orang dengan tersenyum kagum ke arahnya.

Acha dapat melihat jelas tatapan iba di sana. Ia tidak suka ditatap dengan tatapan seperti itu. Namun, kali ini ia tidak mempermasalahkannya. Acha tahu betul bahwa ketiga orang yang tak lain Marin, Bi Ratna, dan Pak Sarman baru saja menyemangatinya.

Acha lalu membalas perlakuan mereka dengan senyum manisnya, senyum yang jarang ia nampakkan.

"Hebat Cha," puji Marin dan lagi dibalas senyuman oleh Acha.

"Iya nih, pasti bisa jadi juara kalau ikut kompetinsi," timpal Bi Ratna.

"Kompetisi, Bu," koreksi Pak Sarman.

"Alah sama aja toh Pak," sinis Bi Ratna.

"Beda, Bu."

"Sama."

"Astaga beda."

"Beda."

"Yaudah beda, tidur di luar," finish Bi Ratna.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang