|♧ 20• ACHA EGOIS!? ~》

104K 11.4K 747
                                    

~》¿♧¿☆¿♧¿《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
💬💬💬💬💬

__________________~__~__________________

VOTE☆ sebelum baca😊👐
.
.
.
.
.

Cia Bunda sakit. Pulang ya?

"Siapa?" bingung Acha.

Siapa?

Ini Eca, Acha. Pulang, ya? Bunda sakit.

Hm.

Bunda dari tadi nyariin Acha.

Tanpa membalas pesan itu Acha segera bangkit lalu berjalan cepat menuju pintu. Ia akan menjenguk Bundanya. Jujur. Sekarang ini Acha sedang khawatir. Namun, matanya tak sengaja menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Refleks ia berhenti. Menghela napas lalu kembali berjalan mengambil tasnya di kursi belajarnya.


"Bego bangat sih. Kan hari ini sekul," gerutunya sambil berjalan dengan gontai keluar dari kamarnya.

*****

Baru saja bel pulang berbunyi, Acha segera lari keluar dari kelasnya. Ia akan mengunjungi Bundanya. Sekecewa apapun, Bundanya tetap menjadi seorang yang sangat berarti bagi Acha. Acha berlari menuju mobilnya terparkir, memasukinya dan langsung melajukannya membelah kerumunan siswa-siswi yang masih berlalu lalang di sekolah. Acha sangat khawatir. Di tambah Eca yang tidak datang sekolah membuatnya berpikir panjang.


'Bunda sakit apa? Apa parah? Ini semua salah gue'- Acha terus saja menyalahkan dirinya.

Sesampainya di kediaman Breklin Acha dengan tergesa berlari memasuki rumah itu. Ia langsung menuju kamar Bundanya dan memasukinya tanpa mengetuk. Arlan, Dila, dan Eca yang ada di sana terkejut. Mereka tidak salah liatkan?


Dila menitikan air matanya ketika merasakan pelukan dari putrinya yang satu ini. Ia ikut membalas pelukan Acha dengan posisi masih bersandar di kepala tempat tidur. Arlan menarik lembut tangan Eca meninggalkan keduanya.

"Maafin Acha Bun. Maaf," ucap Acha terus mengeratkan pelukannya.

Dila menggeleng keras, ia melepaskan pelukan itu dan meletakkan tangannya di kanan dan kiri wajah Acha lalu mengusap lembut air mata Acha yang terus mengalir. "Bukan salah kamu. Bunda yang salah. Kami yang salah. Kami bodoh, bodoh banget udah biarin kamu tumbuh tanpa kasih sayang penuh dari kami. Maaf-maaf?" Dila mengecup kening, kedua mata dan pipi Acha.

"Nggak. Nggak ada yang salah. Mungkin Acha yang terlalu baper."

Dila tersenyum simpul. "Udah. Jangan nangis."

"Tapi Bunda sakit gara-gara Acha."

"Nggak! Bunda sakit karena memang sakit. Sekarang berhenti nangis, ya?"

Acha mengangguk, ia menghapus jejak-jejak air matanya.

"Kamu mau tinggal bareng Bunda lagi, kan?"

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang