Sejatinya tempat berteduh dan berlindung, rumah juga tempat untuk menitipkan hati agar memiliki alasan untuk selalu pulang dan merindukan kedamaiannya.
Melangkahlah sejauh apapun kaki membawa, tetaplah rumah menjadi tujuan utama sebagai tempat ternyaman. Itulah yang ingin Reza tanamkan dalam hati keluarga kecilnya.
Rumah yang menjadi impian Reza untuk membawa keluarga kecilnya hidup di dalamnya telah selesai dibangun dan siap untuk dihuni. Mencurahkan semua rasa. Menua bersama. Impian terbesar dalam hidupnya adalah mewujudkan semua mimpi istri dan anaknya.(bebas membayangkan rumah seperti apa yang kalian idamkan, anggaplah seperti itulah rumah Reza dan Tiara 😊)
Mereka pun mengadakan acara syukuran yang hanya di hadiri oleh keluarga dan teman-teman terdekat.
Tiwi menggenggam kedua tangan Tiara, menatapnya penuh rasa sedih untuk melepas mereka hidup terpisah darinya.
"Sering-sering pulang ya nanti! Sebenarnya ibu lebih suka kalian tinggal di rumah. Tapi ya ibu bisa apa jika kalian ingin hidup mandiri."
"Butiw, rumah ini dengan rumah papa jaraknya gak nyampe satu jam. Kami bisa pulang kapanpun dan butiw bisa main kesini kapanpun," Tiara mengusap kedua punggung tangan Tiwi.
"Lihat saja seberapa betah kalian hidup hanya bertiga saja. Mama akan menunggu kalian bilang 'ma, kami kembali tinggal di rumah mama saja ya, disini sepi sekali' lihat saja nanti!" sahut Sania sambil melipat kedua tangannya di dadanya.
Tiara tersenyum menggoda Sania, "aku juga penasaran sebenarnya ma apa kami akan betah disini atau gak. Nanti aku video call mama satu jam sekali ya!"
"Ngapain?"
"Iseng aja, biar ngobatin rasa kangen mama."
"Kalau satu jam sekali, itu artinya mama gak punya kerjaan lain selain ngeladenin vidcall kamu mulu."
"Biar seru gitu ma, biar kita keliatan kayak mertua dan menantu yang akur bin akrab gitu ma. Pencitraan aja sih ma."
"Pencintraan sama siapa?"
"Sama operator yang punya aplikasi lah ma. Sama siapa lagi?"
"Emang bisa gitu?"
"Gak baik godain mama terus, ntar kalau mama marah kamu sendiri yang kualahan," Reza menyentil lembut hidung Tiara.
"Tiara!" Sania menurunkan nada bicaranya namun tetap terdengar geram pada Tiara.
"Becandaan doang sih ma."
Tiara bergelayut manja di lengannya Sania. Mereka semua pun tertawa hingga terhenti saat Raka berjalan mendekati mereka dengan raut wajah seperti benang kusut."Kenapa kamu?" tanya Reza penasaran.
"Lagi PMS," jawab Raka asal.
"Rani mana?" tanya Sania.
"Ke laut."
"Ke laut gimana?"
"Pulang."
"Lah kok bisa pulang? Kamu apain sampai dia pulang sendiri tanpa pamit lagi?"
"Gak aku apa-apain mama. Dianya aja yang lebai. Cuma perkara bahas soal cincin. Dia mau cincin yang kecil terus ada permatanya sedangkan cincin buat akunya polos doang kayak besi jemuran. Yah aku gak setuju. Terus dia minta aku buat milih sendiri, aku udah milih dia bilang aku gak ngerti milih cincin. Aku bilang aja emang bisa jaganya kalau pakai cincin yang ada permatanya, entar permatanya copot gimana? Eehh dia malah kesinggung terus pulang.""Itu hanya masalah kecil Raka, harusnya kalian itu sama-sama bisa nurunin ego kalian." Tiwi menegur Raka. Diam. Itulah yang dilakukan Raka.
"Sana susul Rani, minta maaf sama dia!" seru Sania.
"Minta maaf? Ogah."
"Kalian itu akan menikah sebentar lagi, ini baru sebuah kerikil, saat menikah nanti bisa jadi ada masalah sebesar bongkahan batu besar. Jika kerikil kecil saja gak bisa kamu atasin gimana bongkahan batu besar?" bujuk Reza sambil merangkul bahu Raka.
![](https://img.wattpad.com/cover/160414090-288-k696073.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilau Mutiara
RomansaHighest rank 20 November 2020 #10 in Percintaan #1 in pengorbanan #1 in syahadat #1 in pelecehan seksual #1 in istrikedua #2 in poligami #8 in rohani #89 in roman "Asyhadu allaa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah." Syahadat ini...