SM - 17

10.1K 571 26
                                    

Langit di pagi hari tidak begitu bersahabat bagi orang-orang yang akan melakukan aktivitas di luar rumah, karena awan hitam tengah menyelimuti langit yang biasanya terlihat cerah. Memberi tanda bagi setiap insan yang melihatnya bahwa hujan akan segera turun membasahi bumi di lingkungan tersebut. Semua orang sedang sarapan pagi di ruang makan kecuali Tiara dan Habib. Tanpa ingin menunggu lama, di pertengahan mereka sedang sarapan, Salman ingin menyampaikan keinginannya.

"Reza. Lusa papa akan pergi ke Korea karena ada pertemuan bisnis dengan pihak SM entertainment. Adikmu Arif besok juga akan pergi Italia bersama Aira." Salman menjeda kalimatnya, sedangkan Reza yang sedang diajak bicara tetap fokus pada makanannya. Reza sudah mulai menyadari kemana arah pembicaraan ini akan berujung.

"Karena hal itu, papa ingin kamu pergi ke kantor untuk mengurusnya." Lanjut Salman.

"Papa benar kak. Aku tahu kakak tidak begitu tertarik dengan CNC grup, tapi tidak bisakah kakak memenuhi keinginan papa? Kakak juga memiliki hak yang sama seperti kami." Timpal Arif.

"Kan masih ada Raka pa." Jawab Reza.

"Kak, tanganku cuma ada dua. Mana bisa aku menghandle semuanya sendiri." Keluh Raka. "Lagian kakak tu kenapa sih gak pernah mau setiap disuruh papa ke kantor." Lanjutnya.

"Papa ini sudah tua nak. Papa hanya ingin semua anak papa itu meneruskan usaha keluarga kita ini. Selama ini papa tidak pernah menghalangimu untuk melakukan apapun, hari ini papa ingin memohon padamu. Bantulah papa dan juga adik-adikmu." Pinta Salman.

"Reza akan ke kantor besok pa. Jangan khawatir! Iya kan Reza?" Sania mulai menanggapi perbincangan mereka. Reza masih tetap diam, belum berniat menanggapi permintaan mereka.

"Mau ya nak? Demi orang tuamu, adik-adikmu. Selain itu, kamu harus ingat bahwa kamu punya Habib dan Tiara. Nanti Tiara akan melahirkan dan anakmu bertambah satu, belum lagi biaya pengobatan Laras di rumah sakit yang masih menjadi tanggunganmu. Menjadi dosen tidak buruk, tapi dengan semua tanggung jawab yang harus kamu pikul. Apakah itu cukup jika kamu hanya menjadi seorang dosen?" Tiwi mencoba membuka jalan pikiran Reza.

"Iya kak. Tante Tiwi benar. Kakak sendiri tahu, Tiara itu artis. Selama ini kebutuhannya pasti selalu tercukupi, kakak pasti akan lebih merasa malu jika papa dan mama yang harus mengeluarkan uang untuk membantu kebutuhan keluarga kakak." Arif ikut mengompori Reza.

"Lebih baik kamu fokus pada schedule honeymoon kalian untuk yang kesekian kalinya!" Seru Reza dingin pada Arif.

"Mengapa harus Tiara yang menjadi alasannya untuk pergi ke kantor?" Gerutu Sania pelan yang dibalas pelototan mata oleh Salman dan Tiwi.

"Jangan kesal pada adikmu! Mereka juga butuh quality time berdua agar Aira segera bisa hamil." Lerai Tiwi.

"Pergilah kak! Jika kakak juga ikut membantu di perusahaan, maka setidaknya waktu suamiku untuk bersamaku sedikit banyak. Kakak tahu sendiri kan kami sudah dua tahun menikah tapi sampai sekarang aku masih belum hamil juga." Pinta Aira. Reza melihat Aira yang penuh harap padanya, kemudian kembali fokus pada makanannya. Arif memberikan jempolnya pada Aira karena telah membantu memberikan ekspresi yang dapat menyentuh hati Reza.

"Baiklah akan aku pertimbangkan pa." Ucap Reza yang membuat semua orang tersenyum mendengarnya.

"Papa. Aku sudah siap, ayo berangkat ke sekolah!" Habib tiba-tiba menghampiri Reza. Melihat Habib yang telah menghampirinya, Reza langsung mengakhiri proses makannya dan langsung meminum air yang ada di hadapannya.

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang