SM - 26

9.6K 530 43
                                    

"Di saat seperti ini saja dia masih sempat memikirkan soal tagihan belanjanya, dasar wanita!" Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya setelah ia memutuskan sambungan teleponnya.

"Bukan urusanmu!" cetus Tiara.

"Tapi aku penasaran, bagaimana kamu mengingat semua angka tagihan belanjamu?" tanya pria itu penasaran.

"Semua orang bisa mengingatnya dengan baik jika angkanya cantik seperti itu," jawab Tiara.

"Angka cantik, aku saja tidak mengerti. Daya ingat kamu cukup bagus," pujinya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Menjadi artis itu ya harus memiliki daya ingat yang tinggi,"

"Ahhh kalau begitu pupus sudah harapanku jika ingin menjadi artis karena daya ingatku sangat sangat buruk."

"Bisa kok kalau kalian mau jadi artis juga, tapi perannya ya sebagai preman, mamang angkot, kuli bangunan bahkan pemulung juga cocok," jawab Tiara asal, langsung mendapatkan respon tidak baik dari salah satunya dan rahang Tiara kembali dicengkram kuat.

"Hei! Sudahlah untuk apa kita mendengarkan gurauan dia? Jika kamu masih sayang dengan hidupmu, maka jangan sampai dia terluka," lerai pria yang satunya lagi.

Pria itu pun melepaskan cengkramannya pada rahang Tiara dan pergi meninggalkan Tiara dan Marsya.

"Tunggu!" teriak Tiara, Marsya memandang Tiara bingung, sedangkan kedua pria itu kembali memutar tubuh mereka menghadap Tiara kembali.

"Ada apa lagi?"

"Terima kasih," ucap Tiara, "karena telah meminjamkan HP-nya untuk menelpon suamiku," lanjut Tiara.

"Setelah kamu keluar dari sini, katakan pada suamimu jika dia butuh anak buah tambahan, kita siap menjadi anak buahnya," seru salah satu pria itu.

Tiara menyunggingkan senyumnya, "dengan senang hati akan aku sampaikan. Nikmatilah udara segar di luar sana sebelum kalian menjadi anak buah suamiku, karena jika telah menjadi anak buahnya mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk kalian menghirup udara segar,"

Mereka saling menatap bingung, "seperti akan di penjara saja,"

"Kurang lebih begitu, karena semua anak buah suamiku ya begitu hidup bagai dalam penjara karena tugasnya banyak," jawab Tiara.

"Tugas apa contohnya?"

"Seperti bersih-bersih salah satunya,"

"Bersih-bersih juga?"

"Mau ngongkang kaki aja? Maka bersiaplah merasakan cambuk suamiku," Tiara memutar matanya malas, "pergilah! Aku ingin istirahat," usir Tiara.

"Jika saja kau itu bukan istri dari seorang mafia, maka sudah ku cabik-cabik mulutmu itu,"

"Sudahlah, kita keluar saja, jangan mencari masalah dengannya!" seru pria yang satunya lagi.

"Sejak kapan kamu belanja di shopee Ra?" tanya Marsya tiba-tiba saat kedua pria itu telah pergi keluar.

"Salahnya dimana belanja di shopee?" tanya Tiara balik.

"Gak salah Ra, aku cuma gak pernah aja liat kamu belanja. Cari barang diskonan lagi."

"Loh kenapa memangnya dengan barang diskonan?"

"Yakan kamu bisa tinggal bilang sama suami kamu buat dibelikan barang-barang mahal, ngapain cari yang diskonan?"

"Yaelah Sya, aku itu udah gak bisa ngehasilin duit, itu artinya aku juga gak boleh memfoya-foyakan uang suamiku."

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang