Setelah menerima telepon dari ibu mertuanya, Reza langsung keluar dari ruang rawat Tiara. Reza mempercepat langkahnya, terlihat seperti terburu-buru. Arif, Raka dan juga Marsya yang melihat Reza mendadak heran.
"Kak? Mau kemana? Kenapa buru-buru gitu?" tanya Marsya penasaran.
"Laras sudah sadar dari komanya, kakak mau ke sana sekarang," ungkap Reza tersenyum bahagia.
"Tapi Tiara di ...," belum sempat Marsya menyelesaikan kalimatnya, Reza langsung memotongnya.
"Kakak titip Tiara sama kalian ya, nanti kan mama papa juga kemari. Kakak harus melihat Laras sekarang, di sana hanya ada ibu mertua kakak saja dan ibu bilang Laras mencari kakak," jelas Reza kemudian berlalu pergi meninggalkan mereka yang masih menatapnya bingung.
"Bisa-bisanya dia meninggalkan Tiara di saat seperti ini," kesal Raka.
"Sudah! Biar bagaimanapun kak Laras itu juga istrinya, kita hanya bisa menjadi penonton. Dia pasti tahu mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak," lerai Arif.
"Mengapa tiba-tiba hatiku merasa iba pada Tiara? Aku tidak tega melihatnya harus berbagi suami," sedih Marsya yang kembali duduk di kursi.
"Jika dia berani melukai hati Tiara walau setitik pun, maka aku akan melupakan hubunganku dengannya, bahwa dia adalah kakak tertuaku," tukas Raka kesal.
"Jangan menjadi tidak waras hanya karena seorang wanita!" seru Arif.
"Coba saja kakak bayangkan! Jika kak Aira disakiti orang lain, pasti kakak akan melakukan segala hal kan untuk melindunginya?"
"Kenapa jadi bawa-bawa Aira? Lagian kamu itu lucu. Kemarin papa menyuruh kamu untuk menikahi Tiara, tapi kamu kekeh menolaknya. Sekarang giliran dia sudah menjadi istri kak Reza, kamu mau merebutnya. Jika otak kamu sudah tidak berfungsi dengan baik, setidaknya gunakan hati kecil kamu!" geram Arif. Raka merasa tersinggung dengan perkataan Arif, ia pun langsung berdiri sambil terus memandang Arif.
"Stop! Kenapa kalian malah jadi ribut? Ingat! Kita itu sedang di rumah sakit. Tiara sedang istirahat. Jangan sampai keributan kalian ini malah membuatnya terbangun dan malah membuat pasien lain menjadi terganggu," Marsya berusaha melerai perdebatan kedua kakaknya.
Sesaat kemudian, Salman, Sania, Tiwi dan juga Aira sampai di depan ruangan dimana Tiara di rawat. Tiwi langsung membuka pintunya, menampakkan Tiara yang sedang terlelap dan ketiga anaknya yang duduk di kursi.
"Assalammualaikum," ucap Tiwi.
"Waalaikumsalam," jawab mereka bertiga bersamaan.
Tiwi menghampiri Marsya dan langsung memeluknya, "kamu gak apa-apa kan, Nak?" tanya Tiwi sambil memeriksa semua bagian tubuh Marsya.
"Aku baik-baik saja, Tante," jawab Marsya tersenyum. Salman mengusap lembut kepala Marsya, "papa," panggil Marsya kemudian beralih memeluknya.
"Papa akan pastikan orang yang telah menculik dan menyakiti kamu itu akan membusuk di dalam penjara," ucap Salman tegas sambil mengusap pelan punggung putrinya.
"Sya, gak mau peluk mama?" tanya Sania dengan air matanya yang sudah menggenang.
"Mama," Marsya beralih menghambur ke dalam pelukan Sania.
"Kamu tau, mama rasanya mau mati saat kamu tidak pulang dan ternyata malah diculik orang," ungkap Sania.
"Aku baik-baik saja, ma. Gak boleh ngomong mengaur gitu ah," keluh Marsya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekilau Mutiara
RomanceHighest rank 20 November 2020 #10 in Percintaan #1 in pengorbanan #1 in syahadat #1 in pelecehan seksual #1 in istrikedua #2 in poligami #8 in rohani #89 in roman "Asyhadu allaa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah." Syahadat ini...