Extra Part - 4

12.9K 589 100
                                        

Reza membuka pintu kamar mereka. Ruangan itu gelap. Dua detik kemudian terang karena sinar lampu tidur dari atas nakas. Menampakkan Tiara yang duduk hening sambil menatap dan memainkan saklar lampu tersebut. Dua detik kemudian ruangan itu kembali gelap. Begitu seterusnya.

"Lampu itu akan rusak jika kamu mainkan seperti itu terus menerus!" Tukas Reza.

Tiara menghentikan jemarinya memainkan saklar tersebut, lalu menoleh ke arah Reza yang masih berdiri di depan pintu kamar mereka.
Tidak ada sepatah katapun keluar dari bibir Tiara. Detik berikutnya Tiara kembali memainkan saklar lampu tidur di hadapannya. Reza tidak mendapatkan apa yang ingin ia dengar dari Tiara, ia hanya tahu bahwa airmata yang mengalir di wajah istrinya itu, dialah penyebabnya. Tapi egonya menutupi semuanya.

"Apa dengan kamu bersikap seperti anak kecil begini, maka aku akan melupakan kesalahanmu?" tanya Reza yang kini berjalan mendekati Tiara.
"Ayolah Tiara, tidak bisakah kamu bersikap dewasa seperti sebelumnya? Kemarin saja saat ada Laras kamu bisa memenangkan hatiku. Lalu mengapa sekarang saat ia lebih memilih mengalah padamu, kamu malah menyia-nyiakan keberuntunganmu itu?"

Tiara berdiri dan menatap Reza dalam.
"Keberuntungan?" Tiara tertawa hambar.
"Tidakkah menurut mas kata-kata itu terlalu kasar?"

Tiara melangkah melewati Reza dan berjalan menghampiri secarik kertas dan foto yang masih tergeletak di atas tempat tidur mereka.
Tiara mengangkat foto Laras dengan tangan kirinya hingga sejajar dengan wajahnya.
"Kamu lihat baik-baik! Dia, aku, tidak akan pernah sama sampai kapanpun!"

"Aku tidak pernah bermaksud membandingkan kalian, tapi memang benar adanya bahwa Laras tidak pernah pulang diantar oleh laki-laki yang bukan suaminya!"

"Jadi menurutmu, aku ini sehina itu?"

"Aku tidak berkata begitu, tapi harusnya kamu bisa menghindarinya, Tiara!"

Air mata Tiara kembali mengalir di wajahnya.
"Kamu tahu mas, kamu adalah suami terburuk di dunia ini. Kamu melemparkan sesuatu yang jelas-jelas adalah salahmu padaku. Kamu lupa, bahwa kamu sendiri yang berjanji akan menjemputku! Aku sudah menunggumu hingga larut malam di halte itu! Aku bahkan hampir mati karena orang-orang itu! Sedangkan kamu? Kamu malah asik bernostalgia dengan mantan istri kamu yang sudah mati ini!" Tiara melemparkan foto Laras ke hadapan Reza.

"TIARAAA!" Teriak Reza naik pitam.

"Apa mas? Apa? Aku benar kan? Dia sudah mati dan tidak akan pernah hidup kembali meskipun kamu memohon sepanjang tahun.
Harusnya kamu ceraikan aku saat itu dan pilih istri kamu itu! Tapi kamu malah mempertahankanku dan melukainya. Salah aku kah?
Itu semua salah kamu mas!
Kalau kamu tidak bisa bersikap adil pada istri-istri kamu, harusnya kamu dari awal tidak pernah berpikir untuk berpoligami!" Balas Tiara dengan volume suara yang tidak ingin kalah dengan Reza.

"Ayah dan anak ini, sama-sama bersekongkol untuk menghancurkan perasaanku," ucap Tiara pelan sambil mengusap airmatanya.

PLAAAAKKK

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Tiara.

"Kamu memang lebih mencintainya mas. Bukan aku, tapi dia. Kamu lebih mencintainya," ungkap Tiara tersenyum sumbang sambil memegang pipi kanannya yang kini telah memerah bekas gambaran tangan Reza yang telah menyentuhnya dengan kasar.

"Aku tidak akan pernah memperlakukanmu sekasar ini jika kamu bisa menjaga kalimatmu, Tiara!"

"Apapun itu, kamu memang lebih mencintainya, mas."
Tiara memutar tubuhnya dan melangkah menuju ke lemari lalu mengemasi semua pakaiannya.

"Mau kemana kamu?"

Tiara tidak menghiraukan pertanyaan Reza. Berulang kali Reza bertanya padanya namun tetap sama seperti sebelumnya tidak ada jawaban untuk Reza. Setelah menutup koper miliknya, Tiara hendak keluar kamar sambil menarik kopernya. Namun, langkahnya tertahan karena Reza yang menahan lengannya.

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang