SM - 18

9.4K 545 32
                                    

"Tiara!" Teriak Tiwi dari dapur memanggil Tiara.

"Iya butiw sebentar." Balas Tiara dari kejauhan.

Hanya selang beberapa menit kemudian, Tiara sudah sampai di dapur menghampiri Tiwi yang sedang sibuk dengan beberapa gelas dan camilan.

"Ada apa butiw?"

"Tolong bantu ibu membawa camilannya ke halaman belakang ya! Soalnya bik Tati sedang ke pasar, Mira sedang mencuci pakaian di atas dan yang lainnya sedang membersihkan rumah. Jadi kita saja yang bawa kesana." Titah Tiwi.

"Siap butiw." Ucap Tiara, kemudian membawa satu nampan yang berisi dua piring camilan, sedangkan tiwi membawa satu teko kopi dan beberapa gelas kosong untuk diberikan kepada beberapa orang yang sedang bekerja merenovasi rumah mereka bagian belakang.

"Camilannya butiw masak sendiri? Kok gak panggil Tiara? Kan biar Tiara bantu." Tanya Tiara sambil berjalan.

"Camilannya beli kok, tadi pagi Mira ambil di rumah tempat langganan ibu pesan kue." Jelas Tiwi.

"Oooh beli." Tiara manggut-manggut setelahnya. Setelah mereka sampai di teras halaman belakang, mata Tiara menangkap sepotong balok kayu hendak jatuh. Saat Tiara melihat ke bawah tepatnya kemana balok kayu tersebut akan mendarat, Tiara melihat Raka yang sedang berdiri di bawah tempat orang-orang yang sedang bekerja dan asyik berbincang di telepon.

"Mas Raka awas!" Teriak Tiara, kemudian berlari dan melepaskan nampan yang sedang ia pegang hingga terjatuh ke lantai, piringnya pecah dan semua camilannya berserakan di lantai teras rumah mereka. Menimbulkan suara gaduh yang membuat semua orang terkejut termasuk Tiwi yang sedang berjalan bersamanya. Raka yang mendengar namanya diteriaki oleh Tiara dan suara gaduh karena piring pecah langsung menoleh melihat Tiara yang sedang berlari ke arahnya hingga mendorong tubuhnya. Raka yang merasa terkejut dengan apa yang dilakukan Tiara, membuat keseimbangan tubuhnya menjadi hilang dan mereka pun terjatuh kemudian menggelinding di rumput bersama. Balok kayu itu jatuh selang detik dengan Tiara yang mendorong tubuh Raka bersamanya menjauh dari posisi tempat Raka berdiri.

"Tiara!" Teriak Tiwi cemas, kemudian meletakkan nampan yang sedang dibawanya ke atas meja kemudian berlari mendekati Tiara dan Raka.

Raka merasakan sakit pada tubuhnya karena ia dan Tiara menggelinding di rumput halaman belakang rumahnya dan saat ini tubuh Raka ditindih oleh Tiara. Raka meringis kesakitan. Tiara pun mengangkat kepalanya yang sempat terbenam di bahu kiri Raka. Mata mereka bertemu, Raka mulai menyadari bahwa Tiara sedang hamil dan mereka baru saja terjatuh.

"Mas gak papa?" Tanya Tiara dengan napas yang masih terengah-engah. Raka tidak menjawab, matanya terus menatap mata Tiara dengan tangannya yang masih memeluk tubuh Tiara di atasnya.

"Ya Allah nak. Kalian gak papa?" Tanya Tiwi cemas sambil membantu Tiara untuk berdiri. Raka melepaskan tangannya pada punggung Tiara.

"Gak papa butiw." Jawab Tiara sambil membersihkan pakaiannya.

"Perut kamu gimana? Sakit atau gimana nak?" Tiwi menggenggam tangan Tiara sambil memegang perut Tiara.

"Semoga gak papa butiw. Sekarang gak sakit kok perutnya. Harus jadi anak yang kuat di dalam ya nak." Ucap Tiara tersenyum sambil mengusap pelan perutnya sedangkan Raka tetap diam menatap Tiara.

"Kamu tahu, hal tadi itu sangat berbahaya untuk kandungan kamu!" Kesal Tiwi karena ia begitu mengkhawatirkan Tiara dan calon cucunya yang masih di dalam kandungan.

"Aku lupa butiw. Soalnya tadi baloknya mau jatuh, aku lihat mas Raka di bawahnya. Tanpa berpikir aku berlari untuk menolongnya. Maafkan aku butiw." Sesal Tiara.

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang