SM - 7

11.5K 588 12
                                    

Setiap saat Usman tidak pernah berhenti memikirkan tentang nasib putrinya. Meskipun Tiara telah banyak melalui berbagai masalah namun, anak yang ada di dalam kandungan Tiara tetap kuat. Usman mulai menyadari bahwa semua ini sudah menjadi takdir yang harus dijalani oleh Tiara. Karena terlalu larut dalam kesedihan memikirkan Tiara, kesehatan Usman mulai memburuk hari demi hari.

"Papa sudah tiga hari di rumah sakit ini, papa harus sehat kembali. Papa sudah berjanji akan menemani Tiara melewati semua ini." Ujar Tiara sambil menggenggam tangan papanya.

Usman tersenyum pada Tiara. "Tentu saja. Besok pagi papa akan pulang nak. Dokter tidak akan menahan papa di rumah sakit ini lagi. Kamu jangan banyak pikiran ya nak, ingat anak yang sedang ada di dalam kandungan kamu."

"Papa janji ya besok udah sehat terus pulang!" Seru Tiara tersenyum.

"Siap putri papa yang cantik." Ucap Usman sambil memberi hormat pada Tiara, dan mereka pun tertawa bersama.

"Assalammualaikum." Ucap Salman ketika ia tiba-tiba masuk ke dalam ruang rawat Usman.

"Waalaikumsalam. Salman? Aku tidak menyangka kamu akan datang." Jawab Usman menyapa Salman.

"Teman baikku sedang sakit begini, apa aku tidak boleh untuk menjenguknya? Aku pulang saja kalau begitu." Canda Salman. Mereka pun tertawa kembali.

"Om. Apa kabar?" Sapa Tiara setelah mencium tangan Salman.

"Alhamdulillah om sehat Tiara. Kamu juga harus lebih sehat karena papa kamu butuh kamu saat ini." Jawab Salman sambil mengusap kepala Tiara.

"Om! Rambut Tiara rusak nih. Kayak Tiara masih anak kecil aja." Protes Tiara.

"Bagi om kamu itu tetap anak kecil." Ucap Salman dan kembali mengacak rambut Tiara. Mereka pun kembali tertawa. Usman dan Salman sangat bahagia melihat tawa Tiara yang begitu lepas, meskipun untuk sesaat Tiara dapat melupakan semua masalahnya. Salman berusaha untuk tidak mengungkit semua permasalahan yang telah menimpa Tiara. Ia takut bahwa ia akan membuka kembali luka di hati Tiara.

"Tiara. Kamu tolong belikan papa buah apel ya. Lihatlah! Buahnya sudah habis." Seru Usman.

"Oh iya. Tiara hampir lupa pa. Tiara akan segera pergi membelinya pa." Pamit Tiara, kemudian mencium tangan papanya dan Salman. "Om. Pamit dulu ya."

"Hati-hati." Ucap Usman dan Salman bersamaan yang dibalas acungan jempol oleh Tiara.

"Apa yang ingin kamu bicarakan? Aku tahu kamu sengaja menyuruh Tiara pergi agar dia tidak mendengar pembicaraan kita." Salman bertanya dan mulai menduduki kursi yang ada di sebelah ranjang tempat Usman terbaring.

"Aku ingin menitipkan putriku padamu Salman. Dia terlihat kuat tapi sebenarnya dia sangat lemah. Bantu aku untuk menjaga putriku." Pinta Usman sambil menangis.

"Kamu pasti bisa menjaganya sendiri Usman. Ayolah, bangkitlah! Jangan berpikir seperti orang yang akan mati besok." Seru Salman. "Aku tidak akan memenuhi keinginanmu jika kamu memintaku untuk menjaga putrimu dan kamu akan pergi."

"Memangnya aku mau kemana Salman? Aku baik-baik saja. Aku sudah merasa lebih sehat daripada kemarin. Aku meminta bantuanmu karena aku merasa tidak bisa untuk menjaganya dan menghiburnya seorang diri. Kamu tahu sendiri, Tiara hanya memiliki aku. Ibunya telah lama meninggal." Jelas Usman.

"Kalau soal itu kamu jangan khawatir, tanpa kamu minta pun aku akan melakukannya. Anakmu itu, anakku juga. Aku malah sedang berpikir untuk mempertemukan Tiara dengan putraku, lalu menikahkan mereka." Ungkap Salman antusias.

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang