SM - 10

13.5K 708 42
                                    

Minggu pertama bulan Maret yang bertepatan dengan hari Minggu, Reza dan Tiara melangsungkan pernikahan mereka. Pernikahan tersebut hanya dihadiri oleh keluarga dan berlangsung di kediaman keluarga Reza. Tidak pernah terbayangkan oleh Tiara bahwa ia akan menikah dengan cara seperti ini, tetapi Tiara lebih memilih agar pernikahannya tidak tersebar meluas karena ia takut akan membuat keluarga Reza menjadi dipermalukan. Semua masyarakat akan tetap mengetahui bahwa ia telah mengandung karena untuk alasan apa lagi menikah yang terkesan terlalu terburu-buru jika bukan karena telah kecelakaan sebelumnya.

"Fahreza Cornelius?" Panggil hakim sambil menjabat tangan Reza. Pernikahan mereka menggunakan wali hakim karena Papa Tiara tidak mempunyai saudara dan anak laki-laki, sedangkan kakek Tiara sudah lama meninggal dunia.

"Ya." Jawab Reza.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Fahreza Cornelius bin Salman Cornelius dengan Mutiara Rahayu Aditama binti Usman Aditama dengan cara wali hakim dengan mas kawin berupa satu koma tujuh gram berlian dan emas seberat dua puluh empat gram dibayar tunai." Ucap hakim.

"Saya terima nikah dan kawinnya Mutiara Rahayu Aditama binti Usman Aditama dengan mas kawin tersebut, tunai." Jawab Reza dengan lantang.

"Saksi?" Tanya hakim kepada para saksi.

"Sah." Jawab para saksi bersamaan.

"Alhamdulillah." Kemudian hakim memimpin doa setelah pernikahan. Setelah selesai, hakim mempersilahkan kepada Reza untuk memberikan mas kawinnya kepada Tiara.

"Silahkan dipasangkan cincinnya kepada istrinya!"

Reza meraih jemari Tiara lalu menyematkan cincin pernikahannya di jari manis sebelah kiri Tiara.

"Ananda Mutiara, silahkan dicium tangan suaminya!" Seru hakim kembali.

Dengan rasa canggung Tiara meraih tangan Reza lalu menciumnya tanpa berani menatap Reza, kemudian mereka melakukan prosesi sungkeman dan dilanjutkan dengan mengabadikan moment pernikahan mereka dengan foto bersama.

"Papa. Kata nenek Tiwi, aku harus memanggil tante cantik mama. Berarti aku punya dua mama sekarang?" Tanya Habib. Tiara menelan air ludahnya. Walaupun pertanyaan itu terdengar biasa tetatpi bagi Tiara pertanyaan itu begitu menohok untuknya.

"Mau kan Habib panggil tante Tiara dengan sebutan mama? Karena mama Tiara juga mama Habib nak." Jawab Reza. Habib pun menganggukkan kepalanya.

"Mama." Panggil Habib pada Tiara sambil menggenggam tangan kiri Tiara dengan tangannya yang mungil. Tiara berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Habib.

"Iya nak?" Jawab Tiara tersenyum. Habib mencium pipi kanan Tiara, kemudian tersengir.

"Jangan tinggalkan Habib ke rumah sakit ya ma! Aku sayang mama." Pintanya, membuat hati Tiara terenyuh. Lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuknya yang hanya dapat mengenal ibunya lewat cerita dan juga hanya melihat tubuh ibunya yang terbaring di rumah sakit. Tiara membawa Habib ke dalam pelukannya.

"Anak laki-laki itu tidak boleh takut pada apapun kecuali pada Allah. Oke?"

Habib menganggukkan kepalanya. "Mama juga sayang Habib." Ucap Tiara tersenyum. Reza hanya menatap Tiara dalam. Ada rasa bahagia dihatinya melihat kedekatan keduanya.

***

"Tiara, ayo ikut ibu ke dapur! Kita siapkan makan malam." Ajak Tiwi. Tiara sangat gembira saat Tiwi mengajaknya untuk melakukan kegiatan apapun karena setidaknya meskipun terkurung di rumah besar tersebut masih ada aktivitas yang dapat ia lakukan. Tiara segera beranjak dari tempat duduknya lalu keluar kamar menyusul Tiwi ke dapur.

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang