SM - 22

9.5K 513 45
                                    

Yaa Humairaku...

Mawar ini bak cermin untukmu, begitu elok dan arumi namun berduri

Kau begitu kama oleh saban mata yang memandang

Humaira,

Jika kau adalah mawar ini, maka biarkan aku menjadi tangkainya yang berduri

Bila kau dipetik kasar

Durimu ini akan melukainya lebih dulu.

Agar asmaraloka ini, lenggana terlupakan hingga kelak kita rimpuh

Love,

Your Hubby

Sudut bibir Tiara tertarik menyunggingkan senyumnya setelah ia membaca secarik kertas yang ditulis oleh suaminya. Tiara menemukan kertas tersebut sengaja diletakkan di atas kasur dengan setangkai bunga mawar yang menyertainya. Reza meletakkannya saat Tiara sedang mandi. Hanya kejutan kecil, berharap Tiara akan menyukainya.

"Mengapa kamu menjadi begitu manis pagi ini mas?" entah pada siapa Tiara bertanya, karena di dalam kamarnya hanya ada ia seorang diri.

Tidak ingin membuang waktunya, Tiara segera meraih hijabnya lalu mengenakannya. Membuka pintu kamarnya dengan semangat. Matanya memandang ke semua penjuru rumah mencoba menemukan sosok laki-laki yang telah memberinya surat cinta di hari minggu pagi ini. Sesampainya ia di pangkal tangga rumah mereka, Marsya menghentikan langkah Tiara karena rasa penasarannya.

"Ngapain kamu bawa-bawa bunga sama kertas begitu pagi-pagi begini?" tanya Marsya bingung saat melihat Tiara yang sedang celingukan.

"Liat kakak kamu gak?" Tiara malah menjawab Marsya dengan pertanyaan.

"Siapa? Kakakku banyak."

"Suamiku lah, ngapain nyari yang lain?"

Mendengar jawaban Tiara, membuat Marsya tertawa lepas, "Jangan bilang kalau kamu mau kasih kakakku itu bunga ini? Hahahaha .... Asal kamu tahu, kakakku itu bukan orang yang suka hal begituan." Marsya berlalu meninggalkan Tiara dengan tawa kecilnya yang masih dapat Tiara dengar.

"Kakakku bukan orang yang suka hal begituan. Nyatanya, kakakmu sendiri yang memberikan ini padaku." Cibir Tiara pelan sambil menatap punggung Marsya yang semakin menjauh, kemudian Tiara memutar tubuhnya hendak melanjutkan pencariannya. Langkahnya terhenti karena tubuh Reza yang berdiri di hadapannya menghalangi jalannya. Nasibnya memang baik hari ini, tanpa harus bersusah payah terlalu lama mencari, orang yang dicari sudah muncul lebih dulu. Tiara memasang wajah terkejut saat kepalanya berhasil membentur dada bidang milik Reza.

"Kalau jalan hati-hati sayang!" Tutur Reza sambil mengusap pelan kepala Tiara.

"Sejak kapan mas ganti profesi?" tanya Tiara yang mulai menatap mata Reza dengan senyuman seakan sedang mengejek Reza.

"Ganti profesi?" Reza mengernyitkan dahinya.

"Iya. Sebagai penyair," jawab Tiara sambil mengangkat tangan kanannya yang sedang menggenggam kertas dan setangkai mawar.

Reza tersenyum malu pada Tiara, "Asal kamu tau, mas hampir gak tidur semalaman hanya untuk menuliskan kata-kata itu."

"Semalaman? Aku tidak menyangka kamu begitu berniat mas." Tiara kembali tersenyum meledek Reza.

"Kamu suka gak?"

Tiara menganggukkan kepalanya dan tersenyum senang, "Terima kasih mas."

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang