SM - 8

11K 631 14
                                    

Setelah selaksa peristiwa selama tiga bulan sebelumnya menimpa hidup Tiara, tak jarang dan tak sedikit buliran air mata mengalir di wajah lembutnya. Apapun yang telah hancur sebelumnya masih dapat ia benahi di masa mendatang. Itulah tekadnya. Hidupnya yang temaram hampir membinasakan hatinya, tetapi indurasmi itu menjadikan dunianya yang gemerlap menjadi terang.

"Mengapa bapak membawa anak ini juga?" Tanya Tiara bingung saat melihat Reza keluar dari rumah bersama Habib.

"Agar tidak menimbulkan fitnah dan juga tidak baik jika kita hanya pergi berdua saja." Jawab Reza. Mendengar jawaban dari Reza, Tiara merasa bahwa dirinya seakan ditampar oleh kalimat yang dilontarkan Reza padanya.

"Tunggu sebentar kalau begitu!" Ucap Tiara sambil mengangkat tangannya memberi isyarat pada Reza untuk menunggu, kemudian ia kembali masuk ke dalam rumah Reza.

Tiara datang kepada Tiwi, memintanya untuk ikut menemaninya pergi ke masjid Baiturrahman. Awalnya Tiwi menolak, karena Tiara sudah akan ditemani oleh Reza dan Habib. Selain itu, Salman juga akan menyusulnya ke sana untuk menemani Tiara. Tetapi, karena Tiara terlalu memohon kepada Tiwi untuk menemaninya akhirnya Tiwi menyetujui permintaan Tiara. Setelah Tiwi mengenakan hijabnya, mereka pun keluar rumah bersama, sukses membuat Reza menatap heran keduanya.

"Aku ajak ibu juga pergi bersama kita. Adil kan sekarang? Bapak mengajak dia dan aku mengajak ibu. Kita tidak berdua melainkan berempat." Ungkap Tiara tersengir.

"Bisa kita pergi sekarang?" Tanya Reza. Mereka semua pun menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobil Reza.

Selama di perjalanan, Reza hanya diam dan tetap fokus pada jalan. Habib juga sibuk dengan game pada ponsel yang digenggamnya. Suasana di dalam mobil terasa begitu sunyi. Tiara pun akhirnya melontarkan pertanyaan kepada Tiwi untuk memecah keheningan mereka di sana.

"Anak lucu itu siapa bu?"

"Siapa?" Tanya Tiwi bingung.

"Itu yang duduk di depan." Jawab Tiara.

"Namaku Habib tante." Jawab Habib tanpa mengalihkan pandangannya dari game.

"Habib anak siapa bu?" Tanya Tiara penasaran.

"Anak papa tante." Jawab Habib kembali.

"Papanya siapa bu?"

"Papa Reza tante. Kalau mau bertanya tentang Habib jangan bertanya pada orang lain tante. Tanya langsung sama orangnya." Jelas Habib. Tiara menelan ludahnya. Tiwi pun tersenyum karena sikap keduanya.

"Dia benaran anak bapak?" Tanya Tiara tidak percaya pada Reza.

"Telinga kamu belum rusak kan? Dia sudah mengatakannya tadi." Jawab Reza. Tiara menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia sudah mengerti. Tiara tidak bertanya kembali karena merasa tidak ingin terlalu mencampuri urusan mereka.

"Kok kamu panggil Reza bapak?" Tanya Tiwi penasaran.

"Karena memang dia bapak-bapak." Jawab Tiara asal.

"Dulunya dia siswaku tante." Jawab Reza yang dibalas pelototan mata oleh Tiara.

"Siswa? Maksudnya dulu pas kamu menjadi guru honor di SMA apa itu kemarin lupa tante." Tiwi mencoba menerawang mengingat nama SMA tempat Reza mengajar dahulu.

"Iya di sana." Potong Reza.

"Itu artinya kalian sudah lama saling mengenal. Dulu, Reza gimana kalau sedang mengajar?" Tanya Tiwi penasaran.

Tiara kembali menelan air ludahnya, tenggorokannya seketika terasa sangat kering. "Tiara tidak pernah diajar oleh pak Reza bu."

"Jangan bohong." Ucap Reza. Tiara kembali melotot pada Reza yang sama sekali tidak melihatnya.

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang