SM - 24

8.7K 455 24
                                    

"TIARA! CEPAT KELUAR KAMU!" Teriak Sania kembali.

"Sania! Bisa kan gak teriak-teriak? Dia juga belum tuli sehingga kamu harus memanggilnya seperti itu," tegur Tiwi.

"Aku ini sedang emosi mbak, dia itu gak bisa dikasih tau, keras kepala," tukas Sania kesal.

"Iya, mama? Mama kenapa sih teriak-teriak begitu?" jawab Tiara sambil menuruni anak tangga rumah mereka dengan ponselnya yang digenggamnya.

"Pakai nanya lagi, kamu udah liat berita di media hari ini?" tanya Sania dengan wajah penuh dengan kemarahan.

"Memangnya ada berita apa? Aku tidak pernah kepo sama media lagi, mama," jawab Tiara, kemudian melihat ponselnya.

"Sudah ku duga, wajar saja kamu makin keras kepala," gerutu Sania.

"Memangnya ada apa lagi Sania?" tanya Tiwi bingung.

Sania merogoh ponselnya dari dalam tas, kemudian mencari apa yang ingin ia cari di dalam sana lalu menunjukkan video salah satu akun gosip yang menayangkan berita tentang Tiara yang terlihat bersama dengan Salman keluar dari dalam mobil yang sama dengan membawa sebuah rantang ditangannya.

"Haisshhh ..., aku sudah pakai kacamata dan juga masker bahkan aku sudah berhijab tapi mereka masih bisa mengenaliku?" gerutu Tiara tidak percaya, "harusnya mereka menayangkan berita tentang aku yang sudah berpindah keyakinan, mengapa malah membuat berita murahan seperti ini?" kesal Tiara.

"Kamu juga ngapain ke kantor bareng sama papa lagi? Kamu tidak lupa kan bahwa media juga pernah memberitakan kalian punya hubungan? Lalu sekarang kalian terlihat bersama dalam satu mobil, ya Allah Tiara dimana otak kamu?" Sania semakin kesal.

"Ma, aku ke sana untuk mengantarkan makan siang untuk mas Reza. Dimana salahku? Apa aku salah mau menemui suamiku di jam makan siang?"

"Tidak salah, hanya saja kamu seharusnya tidak datang ke sana apalagi bareng sama papa!" Peringat Sania.

"Sudahlah Sania! Media itu memang begitu, apa yang ada ditambah-tambahin, apa yang gak ada jadi di adain. Memang begitu kerjaan mereka yang mencari berita, tinggal kita yang melihat harus pandai-pandai menyaringnya," lerai Tiwi.

"Maaf ma ...," sesal Tiara, "janji deh gak akan mengulanginya lagi ...,"

Sania tetap diam, lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya.

"Ma," panggil Tiara.

"Menantu kamu sedang meminta maaf, tidak inginkah kamu menjawabnya?" sahut Tiwi.

"Iya iya, mama maafkan. Tapi ingat! Kamu harus ...." belum selesai Sania menyelesaikan kalimatnya, Tiara sudah berjalan melewatinya dan membenarkan pandangannya karena melihat Marsya yang pergi terburu-buru dengan mobilnya. Marsya mau kemana buru-buru begitu? Kapan lewatnya? Kok aku gak liat dia? Aku harus mengikutinya. Dasar gadis bodoh tidak mendengarkan nasihatku. Batin Tiara menggerutu.

"TIARA! Kamu itu niat minta maaf atau gak sih?" kesal Sania. Tiara kembali menghampiri Sania.

"Mama, dompet mama mana?" tanya Tiara.

"Apa?" Sania bingung.

"Dompet ma, cepetan! Ini mendesak sekali," Tiara semakin cemas. Sania mengeluarkan dompetnya yang langsung di raih oleh Tiara.

"Mama, pinjami aku uang seratus ribu ini ya! Ini darurat," pinta Tiara dengan wajah cemas kemudian mengembalikan dompet Sania dan berlalu pergi meninggalkan mereka.

"Hei Tiara, kamu mau kemana?" teriak Sania dan Tiwi bersamaan.

"Ada sesuatu yang harus aku urus butiw, mama. Assalammualaikum," pamit Tiara melambaikan tangannya sebelum menghilang dari pandangan mereka.

Sekilau MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang